MOMSMONEY.ID - Kecerdasan buatan (AI) kini hadir dalam setiap sisi kehidupan manusia. Dari pagi hari hingga malam hari, AI dalam kehidupan sehari-hari semakin terasa.
Namun, di balik kenyamanan itu, muncul pertanyaan besar seperti apakah AI membantu atau justru menggerus kemampuan kita sebagai manusia?
Untuk menjawab pertanyaan ini, simak pemaparan berikut yang menyadur dari laman Communiication UII tentang bagaimana AI berperan dalam keseharian, pekerjaan, dan tantangan etika yang mengiringinya.
Baca Juga: Intip Penyebab Utama Berbagai Pekerjaan Kedepan akan Diambil AI
AI dalam kehidupan sehari-hari hadir di balik layar kenyamanan
Perangkat AI kini tidak hanya canggih, tetapi juga personal. Alarm pintar, asisten virtual, hingga rekomendasi tontonan semuanya bekerja berkat kecerdasan buatan. Moms mungkin tak sadar, tapi AI sudah menemani setiap langkah sejak membuka mata.
Namun, ada sisi lain yang perlu dicermati. Ketergantungan pada AI bisa membuat otak jarang bekerja. Istilahnya disebut "Atrofi Kognitif Akibat AI", yaitu penurunan kemampuan berpikir karena terlalu sering dibantu mesin. Ini menjadi perhatian para ahli, terutama di era digital yang serba cepat.
AI mengubah pekerjaan dan keterampilan manusia di berbagai bidang
Di dunia kerja, AI telah banyak mengambil alih tugas yang sebelumnya dikerjakan manusia. Mulai dari layanan pelanggan, produksi pabrik, hingga keputusan medis dan finansial kini bisa dilakukan lebih cepat dengan bantuan AI.
Moms mungkin bertanya-tanya, apakah ini artinya manusia akan tersingkir? Tidak juga. Kuncinya adalah adaptasi.
Dengan meningkatkan keterampilan seperti empati, komunikasi, dan kreativitas, kita bisa bekerja berdampingan dengan AI, bukan tergantikan olehnya.
Baca Juga: Apakah AI akan Menggantikan Peran Dokter dan Tenaga Kesehatan? Ini Faktanya
Etika AI jadi isu serius dalam kehidupan sehari-hari
Isu etika AI dalam kehidupan sehari-hari kini menjadi sorotan dunia. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah masalah privasi.
Data Moms bisa dikumpulkan dan dianalisis tanpa disadari, dan ini menimbulkan pertanyaan besar soal persetujuan dan keamanan.
Selain itu, algoritma AI juga bisa bias. Dalam perekrutan kerja atau pinjaman, AI bisa membuat keputusan diskriminatif jika tidak diawasi dengan benar.
Karena itu, regulasi dan pengawasan yang ketat sangat dibutuhkan agar teknologi tetap berada di jalur yang benar.
AI bisa jadi sahabat jika Moms menggunakannya dengan bijak
Bukan berarti Moms harus menghindari AI sepenuhnya. Justru sebaliknya, gunakan teknologi ini sebagai alat bantu, bukan pengganti keputusan pribadi. Misalnya, biarkan AI memberi saran, tapi keputusan akhir tetap berada di tangan Moms.
Mengatur batasan, tetap berpikir kritis, dan melibatkan diri secara aktif dalam aktivitas harian bisa menjaga keseimbangan.
Dengan begitu, Moms tetap mandiri dan tidak kehilangan peran penting sebagai pengambil keputusan di rumah maupun pekerjaan.
Baca Juga: Ini Penyebab AI Mulai Gantikan Pekerjaan di Bidang Keuangan, Simak
AI dalam kehidupan sehari-hari harus dimaknai dengan kesadaran penuh
AI dalam kehidupan sehari-hari membawa perubahan besar dari kemudahan dalam aktivitas rutin hingga efisiensi dalam dunia profesional.
Namun, dampak negatifnya juga nyata jika tidak disikapi dengan bijak. Dengan tetap menjaga kendali, Moms bisa menjadikan AI sebagai alat yang memperkuat, bukan melemahkan, peran manusia.
Masa depan AI bukan soal mesin yang menggantikan manusia, tapi bagaimana manusia mampu beradaptasi dan menggunakannya untuk kebaikan bersama. Selama itu terjadi, AI akan tetap menjadi pelengkap, bukan penguasa.
Selanjutnya: Miliarder Ini Meramal Siapa yang Bakal Jadi Triliuner Pertama di Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News