BisnisYuk

Ini Alasan Sektor Manufaktur Perlu Bangun Keamanan Siber dengan AI

Ini Alasan Sektor Manufaktur Perlu Bangun Keamanan Siber dengan AI

MOMSMONEY.ID - Palo Alto Networks, perusahaan keamanan siber berbasis artificial intelligence (AI), mengatakan, industri manufaktur menempati peringkat teratas sebagai sektor yang paling terdampak oleh serangan ransomeware.

Risiko tersebut masih berlanjut dari tahun 2024 hingga data per kuartal I 2025. 

Sebab, sektor manufaktur jadi yang paling tinggi mendapat serangan ransomeware, karena sektor ini memiliki ketergantungan yang tinggi pada perangat lunak khusus yang sulit diperbarui. Selain itu, dampak finansial dan operasional langsung jika terjadi downtime

Lebih jauh lagi, risiko ransomeware pada sektor manufaktur bisa menyebabkan gangguan operasional yang parah, kerugian finansial, penerobosan data, kerusakan rantai pasok, serta dampak negatif terhadap reputasi perusahaan. 

Steven Scheurmann, Regional Vice President, ASEAN, Palo Alto Networks, bilang, tantangan serangan siber di sektor manufaktur mendesak para pelaku industri harus mempercepat tidak hanya adopsi teknologi, tetapi juga integrasi strategis keamanan siber yang canggih.

Soalnya, mempercepat tidak hanya adopsi teknologi, tetapi juga integrasi strategis keamanan siber yang canggih. Sistem teknologi operasional (OT) yang dulu dianggap relatif aman kini menjadi target utama ancaman siber, karena telah terbukti sangat rentan.

Peralihan dari lingkungan yang terisolasi ke sistem yang saling terhubung membawa keuntungan nyata dalam efisiensi, tetapi juga secara signifikan memperluas area serangan.

Integrasi keamanan siber yang canggih bisa dilakukan bersama AI yang menawarkan potensi untuk meningkatkan otomatisasi, mengoptimalkan produksi, dan memperlancar rantai pasok, terutama dalam sistem OT. 

Baca Juga: Bukan Sekadar Informasi, Ini Manfaat Penggunaan AI

Selain itu, AI juga telah merevolusi bidang keamanan siber dengan menghadirkan solusi canggih yang memungkinkan pelaku industri manufaktur mendeteksi, menganalisis, dan mencegah serangan dengan lebih cepat dan akurat dibandingkan sebelumnya.

"Faktanya, AI semakin dipandang sebagai pengganda kekuatan dalam keamanan menurut laporan OT Security kami," kata Steven dalam keterangan tertulis, Rabu (2/7). 

Data menunjukkan, 74% pemimpin industri mengidentifikasi serangan berbasis AI terhadap OT sebagai ancaman kritis saat ini. Namun, delapan dari sepuluh responden juga meyakini bahwa AI akan menjadi kunci dalam menghentikan ancaman siber OT di masa depan.

Steven menyatakan, seiring dengan semakin gencarnya upaya sektor manufaktur Indonesia mendalami era Industri 4.0, penerapan solusi berbasis AI tidak lagi sekadar strategi defensif, tetapi menjadi mesin utama pertumbuhan.

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan pedoman dan tengah berupaya menetapkan regulasi yang lebih kuat untuk penerapan AI yang bertanggung jawab, perusahaan tidak bisa menunggu.

Mereka harus mengambil langkah proaktif dan terintegrasi dengan memanfaatkan AI tidak hanya untuk mendorong efisiensi operasional, tetapi juga untuk mengintegrasikannya dalam kerangka keamanan siber yang komprehensif dan tangguh.

Ini guna melindungi sistem TI, menjaga keberlanjutan operasional, serta memastikan pertumbuhan jangka panjang.

AI sebagai pengganda kekuatan dalam keamanan

Menurut Steven, AI bukan sekadar alat, ini adalah sebuah terobosan nyata. AI mampu menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat untuk melihat ancaman lebih awal, yang sangat penting dalam melindungi sistem OT yang mengendalikan produksi dan rantai pasok.

Gangguan pada sistem ini dapat menyebabkan gangguan yang merugikan atau risiko keselamatan.

Baca Juga: Qiscus Mencatat Ada Lonjakan Penggunaan AI dalam Berbisnis

Namun, agar AI dapat dimanfaatkan sepenuhnya, tim IT (yang bertanggung jawab atas keamanan perusahaan), dan tim OT (yang berfokus pada operasional) harus bekerja sama erat, menghilangkan sekat-sekat untuk membangun pertahanan yang kuat dan terpadu.

Steven menyebutkan, untuk mengurangi risiko pelaku industri manufaktur baiknya, mendorong kolaborasi antara tim IT dan OT guna berbagi tanggung jawab keamanan siber, memastikan penerapan AI yang terkoordinasi, serta pengambilan keputusan keamanan yang lebih cerdas.

Diperlukan juga menerapkan prinsip Zero Trust, never trust, always verify, dengan mengautentikasi semua pengguna, perangkat, dan koneksi secara berkelanjutan guna mengurangi risiko serangan berbasis AI.

Selanjutnya, industri harus secara rutin mengevaluasi dan memperbarui alat keamanan siber berbasis AI untuk mengikuti perkembangan ancaman dan taktik siber yang semakin canggih.

Sebab, masa depan industri manufaktur di ASEAN, yang dipimpin oleh Indonesia, bergantung pada sejauh mana sektor ini mampu menyeimbangkan keunggulan teknologi AI dengan keamanan siber yang efektif.

Pendekatan yang terintegrasi, menggabungkan pertahanan berbasis AI, kolaborasi IT-OT, dan prinsip-prinsip Zero Trust, akan melindungi operasional, mengamankan perekonomian, serta mendorong inovasi di dunia yang semakin terhubung. Meskipun rumit, strategi ini menjanjikan hasil yang luar biasa.

Melalui penerapan pendekatan yang komprehensif ini, sektor manufaktur tidak hanya akan memperkuat pertahanannya terhadap ancaman siber yang terus berkembang, tetapi juga membuka jalan bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dalam jangka panjang, langkah ini dapat membantu Indonesia semakin meningkatkan ketahanan serta mempercepat transformasi ekonomi digital di kawasan ASEAN.

Selanjutnya: Sri Mulyani Ingatkan Danantara Berperan Signifikan Tentukan Tumbuh Tidaknya Investasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Video Terkait