AturUang

IFG Life Menjawab Mitos Seputar Asuransi yang Bikin Penetrasi Asuransi Rendah

IFG Life Menjawab Mitos Seputar Asuransi yang Bikin Penetrasi Asuransi Rendah
Reporter: Danielisa Putriadita  |  Editor: Danielisa Putriadita


MOMSMONEY.ID - Penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah. PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) menjabarkan mitos seputar asuransi dengan pemahaman baru mengenai manfaat asuransi, agar mengurangi kesalahpahaman.​

Berdasarkan laporan IFG Progress (Februari 2025), tingkat penetrasi asuransi di Indonesia masih menjadi yang terendah di kawasan Asia Tenggara, yakni hanya 1,4%.

Angka ini tertinggal dibandingkan Vietnam (2,2%), Filipina (2,5%), Malaysia (3,8%), Thailand (4,6%), Singapura (12,5%), serta dua negara besar Asia lainnya, Tiongkok (3,9%) dan India (4,0%).

Di sisi lain, tingkat literasi asuransi di Indonesia pada 2025 tercatat sekitar 45,45% menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK bersama BPS. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata negara lain yang mencapai 60%–70%.

Minimnya pemahaman mengenai manfaat asuransi, yang memicu banyak kesalahpahaman dan menjadi salah satu faktor utama rendahnya kesadaran masyarakat untuk memiliki perlindungan sejak dini.

“Rendahnya penetrasi dan literasi asuransi di Indonesia menunjukkan masih besarnya tantangan dalam meningkatkan edukasi keuangan,” kata Fabiola Noralita, Direktur Bisnis Individu IFG Life dalam keterangan tertulis, Selasa (9/9). 

Banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa asuransi bukan sekadar biaya, melainkan investasi perlindungan jangka panjang bagi diri dan keluarga.

Baca Juga: Menkeu Baru Diharapkan Tegas dalam Menuntaskan Kasus Jiwasraya

Untuk memahami lebih jelas manfaat asuransi, IFG Life meluruskan beberapa miskonsepsi yang selama ini berkembang. 

Klaim asuransi itu sulit dan ribet

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa proses klaim asuransi selalu rumit, membutuhkan waktu lama, dan sering kali memakan biaya tambahan. Persepsi ini membuat sebagian orang enggan memiliki asuransi, karena merasa nantinya justru akan dipersulit saat membutuhkan manfaat perlindungan.

IFG Life menegaskan bahwa klaim asuransi sebenarnya dirancang untuk mudah, cepat, dan transparan. Selain pengajuan klaim konvensional, nasabah IFG Life juga dapat mengajukan klaim secara digital melalui aplikasi One by IFG.

Proses klaimnya juga tidak berbelit, karena nasabah hanya perlu mengunggah softcopy klaim dokumen yang diperlukan, setelah itu klaim akan langsung diproses dan nasabah dapat melacak statusnya di aplikasi.

Selain itu, nasabah tidak dikenakan biaya apa pun dalam proses klaim, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya pungutan tambahan.

Asuransi hanya untuk kalangan tertentu

Banyak orang beranggapan bahwa asuransi hanya ditujukan bagi mereka yang memiliki penghasilan tinggi atau pekerjaan tertentu. Persepsi ini membuat sebagian masyarakat merasa bahwa proteksi asuransi bukanlah kebutuhan prioritas, melainkan sebuah “kemewahan” yang hanya bisa dijangkau oleh kelompok tertentu.

Baca Juga: Rayakan Hari Pelanggan Nasional, IFG Hadirkan Solusi Digital untuk Nasabah

Produk IFG Life dirancang agar mudah diakses, fleksibel, dan sesuai dengan kebutuhan di setiap tahap kehidupan, mulai dari anak muda, keluarga baru, hingga persiapan pensiun. Dengan pilihan produk yang komprehensif, masyarakat dapat menyesuaikan proteksi sesuai kemampuan finansial dan prioritas hidupnya.

Dengan demikian, asuransi bukanlah kemewahan, melainkan perlindungan penting bagi siapa saja.

Manfaat asuransi jiwa hanya dapat dirasakan setelah nasabah meninggal 

Sebagian masyarakat menganggap asuransi jiwa hanya bermanfaat bagi ahli waris ketika pemegang polis meninggal dunia. Pandangan ini keliru dan membuat banyak orang menunda memiliki perlindungan sejak dini.

Faktanya, asuransi jiwa tidak hanya bermanfaat saat pemegang polis meninggal dunia, tetapi juga dapat memberikan perlindungan finansial ketika menghadapi risiko penyakit kritis.

Melalui produk seperti IFG LifeCHOICE, nasabah memperoleh proteksi yang lebih komprehensif. Mulai dari perlindungan terhadap penyakit kritis hingga santunan meninggal dunia, sehingga beban biaya dapat diminimalkan dan keluarga tetap terlindungi di setiap tahap kehidupan.

Klaim asuransi sulit di kota kecil

Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa klaim asuransi hanya bisa dilakukan dengan mudah di kota besar, sementara di daerah lain prosesnya rumit dan membutuhkan waktu lebih lama. Hal ini membuat sebagian orang di daerah enggan berasuransi karena khawatir tidak bisa mengakses manfaatnya.

IFG Life menegaskan bahwa klaim asuransi kini dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan transparan, termasuk bagi nasabah di daerah. Melalui digitalisasi layanan, nasabah dapat mengajukan klaim secara seamless melalui aplikasi One by IFG tanpa harus datang langsung ke kantor cabang.

Proses klaim juga tidak dipungut biaya apa pun, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya beban tambahan.

Baca Juga: Danantara Gandeng IFG Perkuat Kolaborasi Komunikasi dan Stakeholder Management

Premi asuransi mahal

Banyak masyarakat beranggapan bahwa premi asuransi selalu mahal dan sulit dijangkau, sehingga asuransi dianggap bukan prioritas. Persepsi ini membuat sebagian orang menunda memiliki proteksi sejak dini. Faktanya, asuransi dapat disesuaikan dengan kemampuan finansial masyarakat, sehingga tidak perlu menunggu mapan atau berpenghasilan besar untuk mulai memiliki perlindungan.

Data IFG Progress menunjukkan tiga faktor utama yang menghambat masyarakat menjadi peserta asuransi, yaitu, pertama, belum merasa memiliki kebutuhan, kurangnya kepercayaan terhadap perusahaan asuransi, dan persepsi bahwa premi asuransi cenderung mahal. 

Ketiga faktor ini membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk mendorong peningkatan penetrasi asuransi. Studi tersebut juga menemukan belum adanya kecenderungan kuat dari responden yang belum memiliki asuransi untuk segera membeli produk asuransi. 

Hal ini terlihat dari komposisi subkelompok responden yang masih terbagi: 53% menyatakan ingin membeli asuransi pertama mereka, sementara 47% belum memiliki niat. Bahkan, dari kelompok yang ingin membeli, sekitar 40% baru berencana mendaftar asuransi lebih dari lima tahun ke depan. 

Temuan ini menegaskan betapa besarnya tantangan dalam memperluas penetrasi asuransi di Indonesia. Fabiola mengatakan, asuransi bukanlah beban biaya, melainkan perlindungan finansial yang semakin penting di tengah ketidakpastian. 

“Kami mendorong masyarakat untuk memiliki proteksi sejak dini, agar manfaat perlindungan dapat dirasakan lebih optimal dengan premi yang tetap terjangkau,” imbuh Fabiola.

Selanjutnya: Gantikan Sri Mulyani sebagai Menkeu, Ini Profil Purbaya Yudhi Sadewa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Video Terkait