MOMSMONEY.ID - Harga emas hari ini di pasar global naik, memperpanjang rekor all time high. Prospek pemotongan suku bunga AS meningkatkan daya tarik emas dan pedagang mencari keamanan setelah aksi jual di pasar saham dan obligasi.
Mengutip Bloomberg, Rabu (3/9), harga emas spot naik mencapai US$ 3.546 per troi ons pada pembukaan pasar Asia, sebelum sedikit melandai ke level US$ 3.536,09 per troi ons pukul 14.43 WIB.
Harga emas siang ini masih naik tipis dibandingkan penutupan sesi Selasa yang mencapai US$ 3.533,16 per troi ons. Dengan kenaikan harga emas hari ini, maka logam mulia telah melompat 5% dalam enam sesi terakhir.
Reli tajam harga emas didorong oleh meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ekspektasi bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga bulan ini, setelah Ketua Federal Reserves Jerome Powell dengan hati-hati membuka pintu untuk penurunan suku bunga. Emas cenderung diuntungkan di lingkungan suku bunga rendah, karena tidak memberikan bunga.
Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
Di samping itu, permintaan emas sebagai safe haven meningkat di tengah kekhawatiran atas masa depan Federal Reserves dan kekhawatiran anggaran di negara-negara maju.
Melansir Bloomberg, Rabu, pasar sedang menunggu putusan pengadilan mengenai apakah Presiden AS Donald Trump memiliki dasar yang sah untuk mencopot Gubernur Fed Lisa Cook dari bank sentral. Jika dianggap sah, langkah tersebut memungkinkan presiden untuk menggantinya dengan pejabat yang cenderung dovish.
Para investor juga mengantisipasi pengumuman dari Gedung Putih mengenai pemilihan Ketua Fed berikutnya, ketika Powell mengundurkan diri pada Mei. Menteri Keuangan Scott Bessent akan mulai mewawancarai para kandidat pada Jumat.
Secara terpisah, Trump mengatakan pemerintahaannya akan meminta Mahkamah Agung untuk putusan yang dipercepat dengan harapan dapat membatalkan keputusan pengadilan federal yang menyatakan bahwa banyak tarifnya dikenakan secara ilegal.
Selanjutnya: Adira Finance Bidik Pembiayaan Mobil Listrik Tumbuh 30% di Sisa Tahun 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News