Santai

Fenomena Bediding yang Bikin Badan Merinding Berlangsung hingga September

Fenomena Bediding yang Bikin Badan Merinding Berlangsung hingga September

MOMSMONEY.ID - Saat ini, Indonesia sedang mengalami fenomena bediding atau kondisi udara dingin yang bikin badan merinding kedinginan.

"Fenomena bediding adalah kondisi udara dingin yang menusuk dari malam hingga pagi hari di musim kemarau," kata BMKG di akun Instagram resminya, dikutip Selasa (15/7).

Bediding lazim terjadi di wilayah pegunungan dan dataran tinggi seperti Dataran Tinggi Dieng, juga wilayah lainnya di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

"Fenomena bediding merupakan kejadian alamiah yang erat kaitannya dengan kondisi atmosfer yang khas pada musim kemarau," sebut BMKG.

Menurut BMKG, faktor yang memengaruhi bediding pada skala local, langit cenderung cerah tanpa tutupan awan. 

Kondisi ini memungkinkan panas dari permukaan Bumi lepas dengan mudah ke atmosfer melalui radiasi.

Baca Juga: BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Terjadi, meski Masuk Pertengahan Musim Kemarau

Selain itu, kelembapan udara yang rendah saat kemarau mengakibatkan tidak ada "selimut alami" yang menahan panas.

Ini memperkuat pendinginan, membuat suhu Udara turun drastic menjelang pagi.

Pada skala regional, musim kemarau dipengaruhi oleh Angin Monsun Timur yang berasal dari Australia.

Angin ini membawa massa udara kering dan dingin sehingga memperkuat efek pendinginan suhu, khususnya di wilayah Indonesia bagian selatan.

Meski pagi hari terasa dingin, suhu pada siang hari lebih terik karena langit cerah memungkinkan radiasi Matahari langsung memanaskan permukaan Bumi.

"Kondisi perbedaan suhu ini merupakan ciri khas musim kemarau," ungkap BMKG.

Baca Juga: Kata BMKG, Ini Penyebab Suhu Dingin Bulan Juli 2025 di Wilayah Indonesia

Selama 1-13 Juli 2025, BMG mencarat suhu minimum terendah di beberapa wilayah Indonesia: 

  • Manggarai, NTT, 11 derajat Celcius
  • Paniai, Papua Tengah, 13,2 derajat Celcius
  • Pasuruan, Jawa Timur, 13,3 derajat Celcius
  • Silangit, Sumatra Utara, 14,8 derajat Celcius

"Fenomena suhu dingin diperkirakan berlangsung hingga September, seiring dengan masih berlangsungnya musim kemarau di beberapa wilayah," tambah BMKG.

Meski begitu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan, dinamika atmosfer yang tidak lazim telah menyebabkan mundurnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.

Hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30% wilayah Zona Musim di Indonesia yang mengalami peralihan ke musim kemarau.

"Padahal secara klimatologis, pada waktu yang sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau," ungkap Dwikorita dalam siaran pers, dilansir Selasa (15/7).

Kemunduran musim kemarau tahun ini merupakan dampak dari lemahnya Monsun Australia dan tingginya suhu muka laut di selatan Indonesia. 

Kedua faktor ini menyebabkan tingginya kelembapan udara yang memicu terbentuknya awan hujan, bahkan di tengah periode yang seharusnya kering.

Selanjutnya: Cermati Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham DEWA, MDKA, TOBA, Selasa (15/7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News