MOMSMONEY.ID - Apa rasanya jika anak melakukan gerakan tutup mulut (GTM) saat momen pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI)? Kebanyakan ibu-ibu akan merasa bingung, gelisah dan panik. Melihat fenomena itu, dr. Dimple Nagrani, Sp.A, BmedSc menyebut hal pertama yang harus dilakukan orangtua khususnya ibu adalah tidak panik.
“Sebagai orangtua wajib untuk tahu kenapa anak melakukan gerakan tutup mulut (GTM),” ujar dr. Dimple Nagrani saat Press Conference SUN Gerakan Lahap Makan di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Ada banyak faktor yang diakui dr. Dimple ketika anak melakukan gerakan tutup mulut (GTM). Sebut saja, anak sedang mengantuk, atau terlalu lelah setelah bermain, si kecil trauma makan karena dipaksa makan berlebihan, saat makan anak diancam untuk makan, atau saat makan si anak melakukan aktivitas lain.
Dia membeberkan beberapa cara mengatasi gerakan tutup mulut (GTM). Metode yang bisa digunakan kata dr. Dimple adalah menerapkan gerakan lahap makan (GLM) yang dibagi dalam tiga kategori.
Baca Juga: Tips Lawan Gerakan Tutup Mulut Anak Melalui Metode Gerakan Lahap Makan (GLM)
Satu, orangtua mesti pastikan bayi sudah dalam kondisi lapar. Untuk hal ini, orangtua harus memberikan makan si bayi saat kondisi lapar dan tidak mengantuk. Pastikan juga anak dalam kondisi puasa selama dua sampai tiga jam sebelum makan. “Kebiasaan yang harus diterapkan adalah saat bayi bangun setelah itu diberi makan. Saat bayi mengantuk diberikan susu,” ucap dr. Dimple.
Kedua, cobalah memvariasi rasa dan jenis makanan. Beri makanan yang teksturnya tepat sesuai usia anak. Bicara soal variasi makanan, dr. Dimple bilang orangtua cari kombinasi sumber karbohidrat, protein hewani, lemak untuk MPASI bayi. “Sumber karbohidrat tak melulu nasi. Bisa diberi kentang, ubi, roti singkong atau mi,” katanya lagi.
Yang tak boleh terlewat adalah buat MPASI dengan aroma yang menggugah selera si kecil. Diakui dr. Dimple penggunaan rempah dapat menggugah selera makan si kecil, lo. Orangtua juga harus melihat bahwa makanan bayi yang diberikan teksturnya sesuai usia. Hal ini perlu agar melatih kemampuan mengunyah si anak.
“Usia 5-6 bulan halus dan kental, 9-12 bulan padat dan lembut, 12 bulan ke atas mulai dikenalkan makanan keluarga,” bebernya.
Ketiga, mengenai cara pemberian makan juga harus jadi perhatian orangtua. Ketika menyuapi, orangtua harus pastikan mulut sudah kosong sebelum suapan berikutnya. “Jangan sekali-kali diberi minum agar kondisi mulut cepat kosong,” tutur dr. Dimple.
Upayakan juga, anak makan dalam posisi duduk, tidak berdiri atau digendong untuk diajak jalan ke luar rumah. Jangan memberi distraksi kepada anak saat diberi makan. Apalagi diberi gadget atau menonton televisi. Berilah kesempatan untuk anak bisa makan sendiri dengan durasi 30 menit.
Bagi dr. Dimple ada baiknya untuk orangtua berusaha melakukan metode Gerakan Lahap Makan dan terus mencari tahu penyebab anak melakukan gerakan tutup mulut (GTM). “Kalau kita konsisten pasti bisa,” pungkasnya.
Baca Juga: Ini lo Cara Hemat saat Anak Mulai MPASI
Selanjutnya: Catat Rute Ganjil Genap Jakarta Timur, Simak Biar Terhindar Tilang!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News