MOMSMONEY.ID - Investasi saham merupakan salah satu jalan untuk meraih kebebasan finansial. Namun, ada tantangan yang kerap dialami investor, salah satunya bias psikologis.
Investor perlu memahami bias psikologis, karena dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Bias psikologis mencakup berbagai jebakan yang bisa mengaburkan pandangan dan mengarah pada keputusan yang kurang rasional.
SEVP Retail Markets & Technology BNI Sekuritas Teddy Wishadi, mengatakan, bias seperti overconfidence dan confirmation bias, dapat memengaruhi cara investor menganalisis informasi dan membuat keputusan. Memahami bias ini adalah langkah penting untuk menjaga rasionalitas dalam berinvestasi dan mengurangi risiko.
"Dengan mengenali jebakan-jebakan ini, kita dapat lebih percaya diri dalam membuat pilihan yang bijak," kata Teddy, mengutip artikel tertulis yang dirilis Jumat (29/11).
Berikut ini berbagai jenis bias psikologis yang dapat dialami oleh investor, serta upaya untuk menghindarinya:
1. Overconfidence alias terlalu percaya diri
Dipicu oleh rasa percaya diri yang tinggi setelah meraih kesuksesan dalam beberapa transaksi, investor cenderung meremehkan risiko dan mengabaikan analisis mendalam yang sebelumnya mereka lakukan pada transaksi berikutnya.
Teddy berpendapat bahwa investor perlu melakukan evaluasi berkala terhadap strategi investasi mereka. Penting untuk menyadari bahwa seberapa pun tinggi tingkat kesuksesan selama ini, analisis mendalam tetap diperlukan. Riset untuk setiap transaksi, baik yang kecil maupun besar, sangat penting agar dapat mengambil keputusan yang bijak.
2. Anchoring atau terjebak pada harga pembelian
Banyak investor sering kesulitan melepaskan harga awal saat membeli saham. Ketika harga saham turun, mereka cenderung memilih untuk menahan saham tersebut dan berharap harganya kembali, meski terus mengalami kerugian. Padahal, penting untuk menganalisis kembali situasi yang sedang terjadi.
Menurut Teddy, apapun perubahan yang terjadi di pasar, investor harus secara aktif meninjau portofolio yang dimiliki. Fokuslah pada nilai saham saat ini dan terus pelajari analisis potensi saham tersebut di masa depan. "Keputusan untuk menahan atau menjual saham seharusnya didasarkan pada analisis dan data terkini, bukan hanya pada harga beli awal,” kata dia.
3. Confirmation bias atau melihat hanya apa yang ingin dilihat
Confirmation bias terjadi ketika investor hanya mencari informasi yang mendukung keyakinan yang mereka miliki, sementara mengabaikan data yang mungkin menentang pandangan tersebut. Hal ini dapat mengarah pada keputusan investasi yang merugikan.
Investor sebaiknya terbuka terhadap berbagai perspektif yang kredibel. Saran Teddy, aktiflah berdiskusi dengan analis atau penasihat keuangan untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam. Dengan cara ini, keputusan yang diambil tidak hanya berdasarkan harapan pribadi, tetapi juga didukung oleh analisis dan pertimbangan dari sumber yang terpercaya.
4. Herd behavior atau mengikuti kerumunan
Dalam investasi, kita mungkin tergoda untuk mengikuti langkah orang lain. Saat melihat banyak orang membeli saham tertentu, kita mungkin merasa ingin ikut serta. Namun, sikap ini dapat mengarah pada keputusan impulsif yang berisiko dan berujung pada kerugian.
Kata Teddy, terjebak dalam saham gorengan adalah salah satu dampak dari perilaku herd. Ketika banyak orang yang membeli dan harga saham melonjak, investor akan terdorong untuk ikut membeli tanpa melakukan analisis yang tepat. Akibatnya, mereka bisa mengabaikan informasi yang penting dan berisiko mengalami kerugian.
Nah, semoga Anda dapat lebih bijak menghadapi jebakan psikologis dalam investasi saham, ya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News