MOMSMONEY.ID - Film ketiga dari penulis dan sutradara Yandy Laurens, berjudul 1 Kakak 7 Ponakan, akan tayang di bioskop di seluruh Indonesia mulai 23 Januari 2025.
Film ini dipersembahkan dan diproduksi bersama Mandela Pictures dan Cerita Films. Film ini tayang perdana sebagai film penutup Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF19) di Yogyakarta dan ditayangkan saat special screening di 7 kota pada 11-12 Januari.
Film 1 Kakak 7 Ponakan diadaptasi dari cerita karya Arswendo Atmowiloto. Film ini bercerita tentang Moko, diperankan oleh Chicco Kurniawan, yang tiba-tiba harus bertanggung jawab menjadi orang tua tunggal bagi keponakan-keponakannya, karena kedua kakaknya meninggal dunia.
Padahal di saat yang sama, Moko masih berjuang meraih mimpi sebagai arsitek. Setelah urung melanjutkan pendidikannya karena harus mengurusi keponakan-keponakannya, Moko masih harus menghadapi berbagai himpitan dalam kehidupannya.
Baca Juga: Akses Asuransi Menjadi Solusi Melek Kesehatan
Untuk bisa bertahan hidup dengan ketiga keponakannya, Moko harus bekerja serabutan. Tak hanya pendapatannya yang tak begitu besar, Moko pun masih harus merawat keponakannya yang masih bayi. Dengan berbagai hambatan dan tekanan yang dihadapi, Moko memilih untuk mengakhiri hubungan percitaaannya dengan Maurin (diperankan oleh Amanda Rawles).
Berbagai hambatan Moko tak berhenti sampai di situ, masih ada lagi berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh Moko.
Tak hanya Chicco Kurniawan dan Amanda Rawles, film 1 Kakak 7 Ponakan dibintangi oleh turut dibintangi oleh Fatih Unru, Freya JKT48, Ahmad Nadif, Kawai Labiba, Ringgo Agus Rahman, Niken Anjani, Kiki Narendra, dan Maudy Koesnaedi.
Yandy Laurens berharap, film ini menjadi sarana setiap keluarga untuk terhubung kembali setelah berjarak lantaran hal-hal yang tak pernah diutarakan.
“Ada perubahan dalam hubungan keluarga yang terjadi ketika seseorang yang bukan ayah, melakukan salah satu tugas ayah yakni memenuhi kebutuhan hidup. Baik yang dibantu maupun yang membantu merasakan kejanggalan itu. Kejanggalan-kejanggalan itu kemudian melahirkan pikiran-pikiran yang dirasa tabu untuk diungkapkan, film ini mencoba memberi ruang agar hal-hal tersebut dapat diutarakan," ujar Yandy dalam keterangan tertulis, Jumat (17/1).
Sementara, produser Cerita Films, Suryana Paramita mengatakan, film ini pun menggambarkan seperti apa kondisi rumah yang penuh kehangatan, keharuan dan juga tawa. Dia pun menyebut karya Arswendo Atmowiloto masih relevan hingga kini.
"Penggambaran tentanga dunia yang dituliskan Arswendo sejak beberapa puluh tahun lalu masih berjalan sampai sekarang, rasanya membantu orang di masa sulit. Kita tidak pernah kalah, tidak pernah lelah membantu orang, apalagi keluarga sendiri," kata Suryana, Jumat (17/1).
Selanjutnya: Simak Rekomendasi Teknikal Saham ICBP, MAPI, SMRA untuk Perdagangan Selasa (21/1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News