MOMSMONEY.ID - Pala adalah buah berwarna kekuningan dengan biji hitam yang dilapisi selaput merah. Tanaman pala merupakan pohon hutan yang kecil, tinggi sekitar 18 m dan termasuk dalam familI Myristicaceae yang mempunyai sekitar 200 spesies.
Tanaman ini tumbuh baik di bawah keteduhan pohon tinggi lainnya dan menjadi rempah-rempah paling langka di zamannya. Buah ini menjadi tujuan pendatang dari berbagai bangsa menjejakkan kaki mereka di Kepulauan Banda, Maluku, ratusan tahun lalu.
Selama berabad lamanya, inilah satu-satunya tempat di dunia yang menghasilkan buah pala, dan dikirim jauh sekali ke berbagai belahan dunia. Dirangkum dari Indonesia.go.id, pada abad ke-6 nama pala sudah dikenal di Byzantium, 12 ribu kilometer jauhnya dari Banda.
Pada tahun 1000 M, seorang dokter dari Persia, Ibnu Sina menulis tentang "jansi ban", atau "Kacang dari Banda". Lantas, seperti apa sejarah pala?
Baca Juga: 13 Ide Lomba 17 Agustus Ibu-ibu Unik dan Lucu untuk Rayakan HUT RI
Sejarah pala
Pala diperkenalkan di Eropa oleh pedagang Arab yang mengirimnya ke Venesia untuk kemudian dihidangkan di meja-meja para bangsawan Eropa.
Pada abad ke-14 harga pala sangat fantastis. Di Jerman disebutkan bahwa 1 pon pala, dihargai setinggi "Seven Fat Oxen", atau "Tujuh Sapi Jantan Dewasa yang Gemuk".
Kemudian, awal mula perburuan pala oleh orang-orang Eropa terjadi saat adanya embargo perdagangan yang dilakukan oleh Kekaisaran Turki Usmani. Pada 1453, Kekaisaran Turki Usmani menyerang dan mengalahkan Konstantinopel (kini Istanbul).
Baca Juga: Daftar 5 Makanan Terpedas di Dunia, Ada Sambal Ulek dari Indonesia!
Kemudian mereka mengembargo perdagangan yang melewati daerah baru kekuasaannya di mana selama ratusan tahun sebelumya, para pedagang Arab melewatinya untuk mengirim pala ke Venesia. Embargo ini lah yang menghentikan suplai Pala ke Eropa.
Hal ini pedagang dan orang-orang Eropa mencari sendiri asal-usul buah pala yang selama ini sering disebut sebagai Fabled Land, atau negeri dongeng, melalui rute ke timur.
Akhirnya Christoper Columbus berlayar menyeberangi Atlantic untuk mencari jalan ke India, lalu Vasco de Gama mengitari Cape of Good Hope pada 1497, dan kru kapalnya turun dari kapal sambil menangis berteriak "For Christ and spices!" (Untuk Tuhan dan Rempah-rempah).
Baca Juga: Rayakan HUT Kementerian BUMN, BNI & ANTAM Gelar Bazar UMKM untuk Indonesia di Sarinah
Namun Alfonso de Albuquerque menyerang pulau-pulau di kepulauan Maluku, termasuk di dalamnya Banda, pada 1511. Dia membangun benteng-benteng untuk mengkonsolidasikan monopoli atas perdagangan Pala hingga seabad kemudian.
Lalu, pada 1605, Belanda datang untuk menyingkirkan Portugis setelah menaklukkan Ambon untuk memonopoli perdagangan pala dan bunga pala. Belanda mencoba memonopoli pala melalui Perusahaan Dagang Hindia Belanda atau yang dikenal dengan nama Verenigde Oost - Indische Compagnie (VOC) membangun pos perdagangan di Banda.
VOC juga membuat perjanjian dengan warga Banda yang mengharuskan warga menjual pala dan bunga pala hanya kepada VOC secara eksklusif. Tetapi warga Banda masih tetap menjual hasil buminya kepada pedagang dari Jawa, Makassar, dan Inggris.
Baca Juga: Flora dan Fauna di Indonesia: Wilayah Persebaran dan Jenis-Jenisnya
Bersamaan dengan itu, Inggris datang untuk mendirikan koloni di pulau-pulau terpencil yaitu Pulau Run dan Ay pada tahun 1616. Hal tersebut, VOC merasa terancam dan menganggap bahwa Inggris berupaya untuk memonopoli perdagangan pala dan bunga pala serta mengusir VOC.
Lima tahun kemudian, VOC berhasil menguasai Banda dengan cara mengirim pasukan beranggotakan lebih dari 2.000 tentara yang berasal dari Batavia (kini Jakarta). Mereka dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen untuk membunuh ribuan warga Banda.
Konon belasan ribu orang meregang nyawa akibat ulah Belanda yang datang dan ingin berkuasa. Kekejaman dan perbudakan pertama di Nusantara pun terjadi disana.
Baca Juga: Resep Olahan Cumi Goreng Tepung Saus Semur yang Bikin Penasaran
Disatu sisi Belanda dan Inggris terus terlibat dalam pertempuran hingga 50 tahun ke depan, karena Belanda ingin sepenuhnya menguasai kepulauan Banda, namun masih ada Inggris di pulau Run dan Ay. Hingga akhirnya, keduanya sepakat untuk berkompromi dan tukar guling dalam Perjanjian Breda pada 1667.
Inggris bersedia memberikan pulau Run ke Belanda, sebagai gantinya, Belanda menyerahkan pulau Manhattan di New York. Perjanjian ini memuluskan monopoli VOC (Belanda) atas perdagangan pala global.
Setelah berhasil menjalankan seluruh rencananya, VOC kemudian menjelma menjadi perusahaan terbesar di dunia. Pada tahun 1669, VOC membayar dividen tahunan 40%, dengan 50.000 karyawan, 10.000 tentara, dan 200 kapal besar, yang kebanyakan kapal perang.
Belanda mengamankan monopoli atas perdagangan pala dengan merahasiakan lokasi pulau Banda, bahkan juga dengan cara memandulkan biji-biji pala yang dijual.
Baca Juga: Gejala Kolesterol Tinggi Bisa Dilihat dari Kuku Tangan, Cek Cara Menurunkannya
Pembibitan pala di luar Indonesia
Petaka datang untuk VOC, pada 1769, seorang ahli holtikultura berkebangsaan Prancis, Pierre Poivre, berhasil mencapai pulau Banda dan menyelundupkan buah pala dan bibit-bibit pohon Pala.
Perancis kemudian menanam biji dan bibit pohon pala di koloni mereka di Mauritius, dan itulah awal kehancuran monopoli pala oleh Belanda.
Setelah itu, Inggris juga berhasil menguasai Banda pada 1796 hingga 1802, dan berhasil mengembangkan perkebunan pala di Penang dan Singapura, juga di daerah-daerah jajahan lain. Pulau Grenada di Karibia, salah satu jajahan Inggris terlama, pada akhirnya menjadi daerah pengekspor pala terbesar di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News