MOMSMONEY.ID - Pasar saham Indonesia sedang tidak baik-baik saja. IHSG anjlok lebih dari 5% pada sesi pertama perdagangan Selasa (18/3). Kondisi ini berujung pada penghentian perdagangan sementara atau trading halt oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jika melihat ke belakang, kinerja IHSG yang menurun sudah terjadi sejak bulan lalu. Tercatat pada Februari IHSG ditutup melemah 11,8% secara bulanan.
Berdasarkan Monthly Market Review, Rizky Hidayat Investment Specialist Schroders Indonesia, sentimen negatif yang membuat kinerja IHSG anjlok yang pertama adalah investor asing membukukan outflow dari pasar saham sebesar Rp 18 triliun.
"Pasar saham Indonesia menghadapi tantangan berat di bulan Februari karena outflow asing terjadi dalam jumlah besar-besaran," kata Rizky, dalam video laporan bulanan pasar, Senin (17/3).
Kedua, kekecewaan investor terhadap laba bersih dari sektor perbankan yang memang menghadapi normalisasi setelah periode yang kuat pasca-pandemi.
Ketiga, rupiah melemah sampai di atas Rp 16.500 per dollar AS.
Baca Juga: IHSG Melorot 3,84% ke 6.223 pada Selasa (18/3), BRPT, MAPI, AMRT Jadi Top Losers LQ45
Keempat, ketidakpastian seputar Danantara yang diumumkan pemerintah pada akhir bulan lalu.
"Investor asing dan juga lokal turut bertanya mengenai kebijakan Danantara terhadap manajemen dan juga dividen BUMN besar," kata Rizky.
Tidak hanya itu, investor juga mempertanyakan mengenai kebutuhan dana yang cukup besar untuk membayar program Danantara dan bagaimana Danantara ataupun pemerintah berencana membiayai atau fund rising untuk program tersebut.
Sementara, kondisi dari global juga turut menekan IHSG. Rizky mengatakan makroekonomi Amerika Serikat (AS) juga dalam keadaan yang tidak baik karena angka consumer confindence AS berada di titik terendah sejak 2021.
Selain itu, tingkat konsumsi di AS mulai tertekan terlihat dari earnings Walmart yang diumumkan berada di bawah ekspektasi pasar. Alhasil, Walmart memangkas ekspektasi laba bersih mereka untuk 2025.
Baca Juga: IHSG Anjlok 6,1%, Wamen Investasi: Gak Ada Masalah, Market Itu Kondisional
"Kami melihat DXY sudah mulai menurun sehingga menunjukkan pelemahan dari sisi domestik yang menekan USD," kata Rizky.
Sikap Schroders dalam melihat kondisi pasar saham saat ini adalah cenderung berhati-hati. Namun, Schroders juga bersikap opportunistic melihat valuasi pasar saham Indonesia sudah murah, seperti di level April 2020 saat lockdown pandemi. Dengan begitu, Rizky menilai penurunan IHSG saat ini sudah cukup terbatas.
Meski begitu, kemungkinan pasar saham Indonesia bisa bangkit kembali dibutuhkan sentimen rupiah yang kembali stabil. Dengan begitu, investor bisa kembali percaya diri masuk ke pasar saham Indonesia.
Selanjutnya: Update Grafik Harga Emas Antam, Bergerak Kemana? (18 Maret 2025)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News