MOMSMONEY.ID - Pasar karbon semakin sering dibahas, tapi banyak yang masih bertanya apa yang sebenarnya diperdagangkan, siapa pembelinya, dan kenapa peluang ini makin besar?
Di COP30 Brazil, proyek restorasi alam dari Indonesia justru menarik perhatian pembeli global.
Berikut tiga poin penting terkait pasar karbon :
1. Pasar karbon berkembang karena aturan internasional baru
Perubahan pasar karbon global saat ini dipicu oleh Article 6 Paris Agreement. Aturan ini mendorong permintaan terhadap kredit karbon yang berasal dari proyek berbasis alam dan bisa dipertanggungjawabkan manfaatnya.
“Lanskap Indonesia memiliki potensi besar untuk menghadirkan solusi iklim yang tidak hanya kuat secara ilmiah, tetapi juga membawa transformasi sosial,” ujar Elim Sritaba, Chief Sustainability Officer APP Group dalam keterangan yang dikutip Senin (17/11).
Baca Juga: Begini Strategi Pelaku Usaha Perkuat Daya Saing Pasar Karbon lewat Program ICMA
2. Indonesia sudah punya dua proyek pemulihan alam yang ditawarkan ke pembeli internasional
Proyek pertama adalah Riau Wetlands Heritage seluas ± 90.000 hektare, yang berfokus pada restorasi gambut, perlindungan biodiversitas, dan pencegahan kebakaran jangka panjang.
Proyek kedua adalah South Sumatera Elephant Pathway Carbon Reserve (SEPaC Reserve) seluas ± 8.210 hektare lebih, berupa restorasi mangrove untuk menjaga koridor pergerakan gajah dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat.
Keduanya dirancang untuk memberikan manfaat iklim, keanekaragaman hayati, dan sosial secara terverifikasi.
Baca Juga: Tren Penghimpunan Dana Pasar Modal Kian Mendekati Target OJK
3. Pemerintah memastikan proyek karbon harus menguntungkan masyarakat
Menurut Nani Hendiarti, Deputi Koordinator Bidang Aksesibilitas dan Keamanan Pangan, Indonesia berkomitmen mendorong solusi berbasis alam melalui pendekatan Public Private Community Partnership
"Yang menjadi kunci dalam menampilkan proyek-proyek berintegritas tinggi sekaligus memastikan manfaatnya dirasakan masyarakat lokal," katanya.
Ia menyebut proyek ini sebagai contoh konkret kolaborasi pemerintah, industri, dan teknologi untuk memperkuat pengelolaan hutan berkelanjutan dan membantu target iklim global.
Selanjutnya: Jumlah Peserta Tak Bertambah, Dapen BTN Siapkan Program untuk Jaring Peserta Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News