MOMSMONEY.ID - Tren gaya hidup dalam berpakaian terus berubah. Untuk menunjang penampilan, tak sedikit yang memilih parfum sebagai produk pendukung gaya hidup. Beberapa waktu belakangan, pamor parfum lokal pun kian mewangi. Antusiasme konsumen akan parfum lokal jadi pemantik yang menggiurkan bagi pelaku usaha di bidang ini.
Faqih Maulana, Founder Laux, menyebutkan, industri parfum lokal di Indonesia saat ini semakin bertumbuh. Dia pun tak menyangka, Laux yang dia dirikan pada 2020 sudah dikepung banyak kompetitor lokal baru. "Kalau lima tahun lalu, tidak seramai sekarang," ucapnya.
Pelaku usaha parfum lokal yang makin banyak, Faqih bilang, memang tak lepas dari permintaan pasar yang terus naik. Ia sendiri menjajakan parfum dengan wangi makanan, buah, dan minuman.
Menyasar pasar remaja, mahasiswa, dan pekerja baru, Laux saat ini memproduksi 10 aroma parfum. Harga yang dibanderol untuk parfum berukuran 30 mililiter (mm) Rp 79.000 per botol dan Rp 99.000 untuk ukuran 50 mm. Dalam sebulan, Faqih bisa memproduksi 3.000-an botol.
Bicara penjualan, dia menyebutkan, jumlah botol parfum yang terjual sebanyak kapasitas produksi setiap bulan. Dari situ, omzet yang ia raup per bulan puluhan juta rupiah hingga lebih.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Bedak hingga Parfum dari Sephora
Faqih menghitung, penjualan parfum Laux sampai saat ini masih didominasi dari marketplace, salah satunya Shopee. Sedang sisanya berasal dari konsinyasi dengan gerai ritel seperti Naughty.
Tentu, cerita Faqih yang parfum racikannya laris diborong di kanal online maupun offline bukan satu-satunya. Briandy Putra, CEO sekaligus Founder Fordive, juga tak mengira, parfum besutannya akan banyak dibeli orang, mulai dari kalangan remaja hingga pegawai kantoran.
Brian berpandangan, pekerja produktif di Indonesia sangat banyak. Dan, untuk menunjang aktivitas pekerjaan, parfum yang digunakan tidak lagi produk dengan harga Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per botol. Nah, peluang ini yang coba ditangkap Brian.
Usaha yang dia mulai Agustus 2020 di Surabaya ini telah memasarkan delapan jenis parfum untuk wanita, laki-laki, atau konsumen umum, dengan harga Rp 249.000 sampai Rp 279.000 untuk ukuran 10 mm hingga 100 mm.
Aroma parfum yang paling banyak dibeli, kata Brian, adalah feeling good, atlantis, utopia, miracle in scent, shelby, 1970, dan royal.
Baca Juga: 5 Aroma Parfum yang Cocok Dipakai Siang Hari, Segarnya Bikin Semangat!
Dalam sebulan, Brian bisa memproduksi 10.000 sampai 20.000 botol parfum. Sementara penjualannya mencapai 10.00015.000 botol melalui kanal online Instagram, marketplace, dan gerai offline dengan sistem titip jual.
Omzet yang Brian kantongi tak main-main. Mencapai miliaran rupiah per bulan.
Ada juga Scentalgia. Meski terbilang baru meluncurkan parfum pada 2024, produk wewangiannya banyak diminati di pasar. Ryan Gunawan, Chief Operating Officer Scentalgia, bilang, puluhan botol parfum bisa terjual dalam sehari di pameran.
Hanya saja, Ryan tak menyebut pasti omzet yang ia peroleh setiap bulan. Kendati demikian, dia tak menampik, usaha parfum yang dirinya jalankan di Jakarta terbilang menguntungkan. Apalagi, di tengah pamor parfum yang terus menanjak karena animo tinggi konsumen Tanah Air.
Baca Juga: Kemenyan Jadi Bahan Baku Parfum Gucci, Wapres Gibran Tertarik untuk Hilirisasi
Selanjutnya: AAUI Optimistis Industri Asuransi Umum Tetap Tumbuh Meski Dibayangi Tekanan Klaim
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News