Bugar

Kenapa Manusia Bisa Lupa ya? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kenapa Manusia Bisa Lupa ya? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Reporter: Rezki Wening Hayuningtyas  |  Editor: Rezki Wening Hayuningtyas


MOMSMONEY.ID - Sering kali kita alami, kenapa manusia bisa lupa sebenarnya? Yuk, intip penjelasan ilmiahnya di sini.

Pernahkah Anda mengalami momen ketika sudah berdiri di depan lemari es, tetapi lupa apa yang ingin diambil? Atau lupa nama seseorang yang baru saja dikenalkan? Fenomena ini sering membuat kita bertanya-tanya, kenapa manusia bisa lupa?

Ternyata, lupa bukan sekadar tanda pikun atau kurang fokus, melainkan bagian alami dari cara kerja otak. MomsMoney akan membahasnya di sini. Yuk, simak!

Peran waktu dalam proses lupa

Psikolog Jerman Hermann Ebbinghaus adalah salah satu yang pertama meneliti fenomena lupa secara ilmiah. Ia menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek penelitian dengan cara menghafal suku kata acak tiga huruf, agar tidak dipengaruhi asosiasi dengan kata-kata yang sudah dikenal.

Dalam eksperimennya, Ebbinghaus menguji seberapa lama ia bisa mengingat informasi tersebut, mulai dari 20 menit hingga 31 hari setelah mempelajarinya. Hasil penelitian yang ia publikasikan pada tahun 1885 melahirkan konsep terkenal bernama kurva lupa Ebbinghaus.

Kurva ini menunjukkan, sebagian besar informasi cepat hilang segera setelah dipelajari, terutama jika tidak pernah diulang atau digunakan. Namun, jika berhasil masuk ke memori jangka panjang, ingatan justru relatif stabil.

Ebbinghaus juga menemukan, melupakan tidak berlangsung tanpa henti sampai semua informasi hilang. Pada titik tertentu, jumlah informasi yang terlupa akan melambat.

Baca Juga: Psikologi Uang: Ini 5 Alasan Orang Pintar Tetap Miskin

Kenapa manusia bisa lupa?

Melansir dari laman Very Well Mind, psikolog Elizabeth Loftus dan peneliti lainnya menyebutkan beberapa teori utama yang menjelaskan kenapa manusia bisa lupa sebagai berikut:

1. Teori Interferensi

Lupa bisa terjadi karena adanya informasi lain yang saling mengganggu. Misalnya, Anda mungkin mudah mengingat menu makan malam kemarin pagi harinya, tetapi setelah beberapa hari, ingatan itu kabur karena bercampur dengan banyak pengalaman makan malam lainnya.

Gangguan ini bisa terjadi dalam dua bentuk:

  • Interferensi retroaktif – informasi baru mengganggu ingatan lama, contohnya seorang guru sulit mengingat nama murid tahun lalu setelah menghafal nama murid baru.
  • Interferensi proaktif – informasi lama mengganggu pembentukan ingatan baru, misalnya sulit mengingat nomor telepon baru karena masih terbiasa dengan nomor lama.

Ebbinghaus juga mencatat adanya “efek posisi serial”, yaitu kecenderungan lebih mudah mengingat item pertama dan terakhir dari sebuah daftar, sementara bagian tengah lebih mudah terlupakan.

2. Teori Peluruhan (Decay Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa ingatan melemah seiring waktu bila tidak pernah diulang. Plato sudah mengemukakan gagasan ini ribuan tahun lalu, dan Ebbinghaus kemudian mendukungnya melalui eksperimen.

Namun, kelemahan teori ini adalah sulit membuktikan bahwa waktu semata menjadi penyebab utama. Sering kali, banyak pengalaman baru yang terjadi di antara pembentukan memori hingga proses mengingat kembali.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Podcast Indonesia Bertema Psikologi dan Self Help

3. Kegagalan Pengambilan (Retrieval Failure)

Kadang, informasi sebenarnya tersimpan di otak, tetapi kita kesulitan menemukannya. Hal ini bisa terjadi karena informasi tersebut tidak pernah benar-benar diproses dengan baik sejak awal, atau karena kurangnya isyarat yang memicu ingatan.

Peneliti Nickerson dan Adams pernah menunjukkan hal ini melalui eksperimen sederhana. Mereka meminta orang menggambar bagian belakang koin 1 sen dari ingatan. Hasilnya, kebanyakan orang gagal melakukannya dengan detail meski sering melihat koin itu.

Alasannya, otak kita hanya fokus pada informasi penting (ukuran, warna, bentuk), sementara detail lain tidak pernah benar-benar masuk ke memori jangka panjang.

4. Teori Isyarat (Cue-Dependent Forgetting)

Dalam beberapa kasus, ingatan bisa muncul kembali jika kita menemukan isyarat yang sama dengan saat memori itu terbentuk. Misalnya, aroma parfum yang dipakai pasangan saat kencan pertama bisa memicu ingatan detail tentang momen tersebut.

Baca Juga: Coba 6 Website Tes Psikologi Gratis Ini Untuk Ketahui Kepribadian Anda

Itulah ulasan lengkap tentang kenapa manusia bisa lupa. Manusia bisa lupa karena otak memiliki keterbatasan dalam menyimpan dan mengakses informasi.

Menurut psikolog Elizabeth Loftus, lupa dapat terjadi karena adanya gangguan antar-ingatan (interferensi), memori yang memudar seiring waktu (peluruhan), kesulitan mengambil kembali informasi (retrieval failure), serta hilangnya isyarat yang memicu ingatan.

Dengan kata lain, lupa adalah bagian alami dari cara kerja otak dalam memilah informasi yang dianggap penting. Hermann Ebbinghaus lewat kurva lupanya menunjukkan, sebagian besar informasi cepat hilang bila tidak diulang.

Walaupun lupa kadang menyulitkan, kita bisa memperkuat ingatan dengan cara sederhana, seperti mengulang informasi penting, memberi jarak antar-sesi belajar, tidur cukup, serta memanfaatkan isyarat yang relevan. Dengan begitu, otak kita bisa bekerja lebih efisien dalam menyimpan hal-hal yang benar-benar penting.

Baca Juga: 4 Jenis Kepribadian Introvert Menurut Ilmu Psikologi, Anda yang Mana?

Selanjutnya: Bursa Saham Australia Ditutup Merah Senin (8/9), Profit Bank Terancam Suku Bunga!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News