MOMSMONEY.ID - Cek yuk, bagaimana kegagalan proyek AI justru bisa membawa dampak positif bagi dunia kerja dan membuka peluang karier baru di masa depan.
Selama beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) sering dipandang sebagai ancaman yang dapat menggantikan pekerjaan manusia.
Banyak laporan menyebutkan bahwa teknologi ini mampu memangkas biaya dan meningkatkan efisiensi, namun tak jarang menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya lapangan kerja.
Melansir dari Forbes, riset terbaru menunjukkan kenyataan yang sedikit berbeda, kegagalan proyek AI justru bisa menjadi kabar baik bagi pekerja, terutama karena perusahaan mulai menyadari tantangan besar dalam mengadopsi teknologi ini secara efektif.
Baca Juga: 9 Langkah Cerdas Menuju Kebugaran Finansial agar Hidup Lebih Terkendali
Sejarah teknologi dan dampaknya pada pekerjaan
Sejak era mesin industri hingga komputer modern, setiap inovasi teknologi kerap disambut dengan kekhawatiran serupa: apakah manusia akan tergantikan?
Penelitian dari MIT menemukan bahwa pada periode 1940–1980, teknologi baru memang menggeser beberapa pekerjaan, tetapi sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di bidang produksi dan administrasi.
Namun, sejak 1980-an tren berubah. Pekerjaan kelas menengah menyusut, sementara peluang bagi pekerja bergaji rendah dan profesional bergaji tinggi semakin melebar.
Banyak inovasi, termasuk otomatisasi, mengurangi kebutuhan tenaga manusia tanpa diimbangi dengan penciptaan pekerjaan baru dalam jumlah setara.
Proyek AI generatif: harapan besar, realitas pahit
Perusahaan global berlomba menerapkan AI generatif model yang dapat menulis teks, menganalisis data, hingga menghasilkan gambar. Para CEO melihat teknologi ini sebagai cara meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya tenaga kerja.
Namun, hasil riset terbaru MIT terhadap lebih dari 300 inisiatif AI menunjukkan fakta mencengangkan: 95% proyek AI korporat gagal menghasilkan dampak nyata. Sebelumnya tingkat kegagalan proyek perangkat lunak perusahaan berkisar 70%, tetapi kini meningkat drastis.
Banyak eksekutif menginvestasikan dana di area pemasaran atau penjualan karena terlihat menjanjikan secara cepat, padahal bidang seperti operasional dan keuangan justru berpotensi memberi dampak lebih besar.
Dampak kegagalan AI bagi pekerja
Kegagalan proyek AI mungkin terlihat merugikan bagi perusahaan, tetapi bagi pekerja hal ini bisa memberi nafas lega. Ketika dewan direksi dan manajemen mulai meragukan janji penghematan biaya yang tidak terbukti, dorongan untuk menggantikan manusia dengan AI dapat melambat.
Selain itu, banyak karyawan justru memanfaatkan alat AI secara mandiri seperti ChatGPT tanpa menunggu kebijakan resmi perusahaan.
Data menunjukkan sekitar 90% pekerja sudah mencoba memanfaatkan teknologi ini, meskipun hanya 40% perusahaan yang memiliki lisensi resmi.
Kondisi ini membuka peluang bagi pekerja yang adaptif untuk menjadi pionir internal dan memberi nilai tambah bagi perusahaan.
Baca Juga: 10 Kebiasaan Hidup Minimalis Bisa Menghemat Uang Tanpa Mengurangi Kualitas Hidup
Tantangan etika dan risiko hukum
Penggunaan AI tanpa regulasi jelas bisa menimbulkan masalah hukum, seperti pelanggaran hak cipta atau kebocoran data sensitif.
Perusahaan yang gagal mengatur pemakaian AI berpotensi menghadapi tuntutan hukum. Di sisi lain, profesional yang memahami risiko dan dapat membantu perusahaan mengelola penerapan AI akan memiliki nilai strategis yang tinggi.
Peluang karier baru di era AI
Kegagalan proyek AI bukan berarti era teknologi ini berakhir. Sebaliknya, perusahaan akan mencari talenta yang mampu:
- Mengoptimalkan penggunaan AI agar selaras dengan tujuan bisnis.
- Mengelola risiko hukum dan etika penerapan teknologi.
- Menggabungkan kecerdasan manusia dan mesin untuk hasil yang lebih inovatif.
- Profesi baru seperti AI ethicist, prompt engineer, dan AI strategy consultant diprediksi akan tumbuh pesat.
Kegagalan proyek AI korporat memberi pelajaran penting, teknologi tanpa pemahaman mendalam dan strategi yang jelas tidak selalu membawa hasil.
Bagi pekerja, hal ini justru membuka peluang untuk mengambil peran kunci, bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai pengarah transformasi teknologi.
Masa depan pekerjaan tidak sepenuhnya tergantikan AI, justru kolaborasi manusia dan mesin yang akan menentukan pemenang di era digital.
Selanjutnya: Program MBG Dianggap 'Bom Waktu', YLKI Desak Pemerintah Lakukan Audit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News