MOMSMONEY.ID - Ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas, turut mengguncang pasar aset kripto.
Mengutip coinmarketcap.com, dalam 24 jam terakhir hingga Jumat pukul 15.38 WIB, kapitaliasi pasar alias market cap kripto global merosot 5,2% menjadi US$ 3,57 triliun. Bitcoin anjlok 5,3% dalam 24 jam terakhir ke bawah level US$ 105.000.
Sejak 14 Oktober 2025, AS resmi mengutip biaya khusus terhadap kapal asal Tiongkok yang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Amerika. Sebagai respon, Beijing juga akan menerapkan kebijakan serupa terhadap kapal berbendera atau bermuatan kepemilikan AS.
Langkah saling balas tarif menandai babak baru dalam rivalitas ekonomi dua negara adidaya tersebut. Hanya berselang beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor terhadap Tiongkok hingga 100%, Beijing membalas dengan pembatasan ekspor mineral langka yang vital untuk industri teknologi global.
Menurut Resna Raniadi, COO Upbit Indonesia, konflik dagang antara dua raksasa ekonomi dunia ini mempengaruhi pasar keuangan global, dan kripto tidak kebal. "Krisis likuiditas, efek sentimen negatif, serta likuidasi posisi leverage, bisa memicu penurunan harga yang tajam dalam jangka pendek,” jelas Resna mengutip siaran pers, Jumat (17/10).
Baca Juga: Harga Bitcoin Anjlok ke US$ 105.000, Masih Ada Potensi Rebound?
Meski demikian, kata Resna, penurunan yang mungkin terjadi bukan berarti akhir dari aset kripto. Rebound alias memantul naik sangat mungkin terjadi jika ketegangan mereda atau muncul berita positif.
"Seperti pasar tradisional, kripto juga sensitif terhadap sentimen global. Namun, justru dalam situasi seperti ini investor perlu disiplin dalam mengelola risiko,” tuturnya.
Tips hadapi gejolak pasar
Dalam jangka pendek, menurut Resna, dinamika harga masih akan sangat dipengaruhi oleh berita makroekonomi global. Pergerakan harga aset kripto dalam pekan ini masih akan berada dalam fase yang fluktuatif. Tekanan jual kemungkinan besar masih berlanjut apabila ketegangan antara AS dan China terus meningkat, terutama jika ada kebijakan lanjutan seperti kenaikan tarif baru atau pembalasan tambahan dari kedua pihak.
Di sisi lain, peluang untuk rebound tetap terbuka lebar apabila muncul sinyal positif dari kedua negara, seperti pernyataan de-eskalasi, gencatan perang dagang sementara, atau intervensi kebijakan moneter yang mampu menenangkan pasar.
Secara keseluruhan, volatilitas pasar diperkirakan tetap tinggi dengan potensi tekanan pada awal pekan dan peluang pemulihan di akhir minggu. "Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar kripto masih sangat dipengaruhi oleh dinamika geopolitik global, di mana perubahan kecil dalam sentimen dapat memicu reaksi cepat dari para pelaku pasar," jelas Resna.
Baca Juga: Segelintir Aset Kripto Naik saat Pasar Rontok, PAX Gold Salah Satunya!
Menyikapi kondisi ini, Resna merekomendasikan empat langkah praktis bagi investor untuk tetap tenang dan adaptif di tengah pasar yang bergejolak:
- Batasi risiko dan hindari overleverage
Hindari penggunaan leverage berlebihan di masa volatilitas tinggi. Manfaatkan fitur stop loss dan hindari memakai dana darurat untuk trading.
- Diversifikasi portofolio
Jaga sebagian aset dalam bentuk fiat atau stablecoin agar siap dimanfaatkan saat peluang rebound muncul. Pilih aset kripto dengan fundamental kuat dan komunitas aktif, seperti BTC, ETH, atau proyek DeFi berkapasitas tinggi.
- Jangan panic selling
Koreksi pasar bukan alasan untuk keluar sepenuhnya. Fluktuasi merupakan bagian alami dari siklus pasar, dan peluang pemulihan selalu ada.
- Fokus pada visi jangka panjang
Investor yang percaya pada masa depan adopsi blockchain akan melihat gejolak saat ini sebagai fase konsolidasi sebelum gelombang pertumbuhan berikutnya.
Selanjutnya: Bencana Banjir Jadi Alarm, Asuransi Menjadi Kebutuhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News