MOMSMONEY.ID - Kura-kura air adalah hewan peliharaan yang sangat populer. Mereka adalah bagian dari hewan reptil yang aman untuk dipelihara keluarga. Spesiesnya beragam, berukuran sedang, dan cerdas. Namun, Anda perlu memberinya perawatan yang baik, meski umumnya mereka cukup mudah dirawat.
Ada beberapa masalah kondisi kesehatan yang rentan menyerang kura-kura. Di antaranya dapat diobati secara mandiri dengan petunjuk dokter, sementara lainnya membutuhkan penanganan medis yang lebih ahli. Dilansir dari Euro Turtle, ini beberapa penyakit umum yang menyerang kura-kura.
Baca Juga: 6 Jenis Makanan Terbaik untuk Kura-Kura yang Penuh Nutrisi
Masalah Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi pada kura-kura (tanpa adanya kondisi kesehatan serius) saat ini jarang terjadi karena ketersediaan luas informasi peternakan, makanan kura-kura komersial, dan produk perawatan yang sesuai. Namun, masalah kekurangan nutrisi terkadang terjadi sebagai bagian dari masalah kesehatan kronis lainnya. Inilah yang harus Anda perhatikan dan waspadai.
Sebagai contoh, dilansir dari Reptiles Magazine, cangkang lunak (gejala hiperparatiroidisme sekunder nutrisi) disebabkan oleh kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi, fosfor makanan yang berlebihan, dan kurangnya sinar ultraviolet. Ini menyebabkan kura-kura muda mengalami kelemahan dan patah tulang.
Lainnya, kekurangan vitamin A pada kura-kura juga sering menyebabkan mata bengkak. Ini karena kura-kura muda hanya mendapatkan makanan berupa daging sapi, ayam, serangga, atau selada saja. Oleh karena itu, keseimbangan nutrisi perlu diperhatikan melalui pemberian jenis pakannya. Pelet kura-kura adalah solusi yang baik untuk memberi nutrisi yang seimbang.
Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri pada dermis (dua lapisan utama jaringan yang membentuk kulit) adalah hal yang umum dan dapat terlihat. Gejalanya adalah adanya lesion (luka), ulerasi, dan perubahan warna pada dermis. Infeksi bakteri yang memengaruhi meliputi: Dermatitis Erosif Fokal (FED), Septikemia Penyakit Kulit Ulseratif (SCUD), Dermatitis Papiler (PD), ensefalitis bacterial, dan infeksi chylamydia.
Baca Juga: Ingin Pelihara Reptil? Perhatikan Hal-Hal Ini Sebelum Memeliharanya
Infeksi Jamur
Kura-kura sebenarnya hidup secara soliter (sendiri, berpasangan, dan tidak berkelompok), sehingga masalah jamur tidak begitu rentan. Namun, bila hidup di penangkaran dan beramai-ramai, infeksi jamur bisa menyebar dari satu kura-kura ke kura-kura lainnya. Gejalanya adalah lesi (luka) yang dapat terletak baik dermal (superfisial pada kulit) maupun sistemik (infeksi organ dalam).
Untuk masalah jamur yang ringan, ini dapat diatasi dengan pemberian salep dan perbaikan kualitas air. Namun, pengobatan infeksi sistemik jauh lebih sulit karena dapat memengaruhi organ vital seperti paru-paru dan hati, sehingga angka kematiannya juga lebih tinggi.
Virus
Kura-kura juga rentan terhadap masalah virus. Ada dua infeksi virus yang diketahui dapat memengaruhi kura-kura, yakni penyakit pernapasan herpesvirus dan penyakit bercak abu-abu (GPD). Gejala penyakit pernapasan herpesvirus antara lain lesi di mulut, konjungtivitis, trakeitis (infeksi pada trakea yang mengarah ke paru-paru). Penyakit ini kemudian akan berkembang dan memicu GPD. Pemicunya adalah stres karena suhu tinggi, perubahan suhu yang cepat, kepadatan penduduk, dan kualitas air yang buruk.
Kondisi Parasit
Kura-kura air dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi parasit baik secara internal dan eksternal. Parasit ini termasuk lintah, teritip, endoparasit, protozoa, dan cacing. Parasit-parasit ini dapat muncul untuk mengambil darah (lintah), menyebabkan stres, kerusakan cangkang, dan iritasi bahkan ke organ dalamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News