MOMSMONEY.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mengingatkan, Indonesia sedang bersiap memasuki musim kemarau yang biasanya diiringi peningkatan suhu dan memburuknya kualitas udara.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, risiko kekeringan dan polusi udara, terutama partikulat halus PM 2.5, semakin tinggi karena curah hujan yang minim dan pergerakan angin yang stagnan.
BMKG kini memantau kualitas udara dan menyajikannya secara real-time melalui aplikasi Info BMKG, yang dapat diakses masyarakat untuk mengambil tindakan mitigasi sejak dini.
"Tantangan ini tidak bisa dihadapi oleh satu lembaga atau sektor saja," kata Dwikorita, dilansir dari situs resmi BMKG, Senin (12/5).
Butuh kolaborasi lintas kementerian, lembaga, akademisi, komunitas, dan dunia usaha untuk memperkuat sistem peringatan dini dan ketahanan kesehatan nasional.
Dwikorita juga menyampaikan kesiapan BMKG untuk terus berbagi data dan teknologi yang dimilikinya kepada semua pihak yang ingin berkolaborasi.
"Kita sedang berpacu dengan waktu. Semakin cepat kita bertindak, semakin besar peluang kita menyelamatkan masyarakat dari dampak paling buruk perubahan iklim. Kolaborasi adalah satu-satunya jalan," tegasnya
Sebelumnya, BMKG menyatakan, awal musim kemarau tahun 2025 telah terjadi mulai April dan akan berlangsung secara bertahap di berbagai wilayah Indonesia.
BMKG memperkirakan, musim kemarau tahun 2025 akan berlangsung lebih singkat dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia.
Hal ini berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan BMKG hingga pertengahan April 2025.
“Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak," ungkap Dwikorita dalam siaran pers pertengahan April lalu.
Pada April 2025, sebanyak 115 zona musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak.
"Termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua," ujar Dwikorita.
Fenomena iklim global seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada dalam fase netral.
Ini menandakan, tidak ada gangguan iklim besar dari Samudra Pasifik maupun Samudra Hindia hingga semester kedua tahun ini.
Tapi, Dwikorita mengungkapkan, suhu muka laut di wilayah Indonesia cenderung lebih hangat dari normal dan bisa bertahan hingga September, yang dapat memengaruhi cuaca lokal di Indonesia.
Dia menyebutkan, puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025.
BMKG memprediksikan, wilayah-wilayah seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku mengalami puncak kekeringan pada Agustus.
Terkait sifat musim kemarau 2025, sekitar 60% wilayah diprediksi mengalami kemarau dengan sifat normal, 26% wilayah mengalami kemarau lebih basah dari normal, dan 14% wilayah lainnya lebih kering dari biasanya.
"Durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan," sebut Dwikorita.
Selanjutnya: Oppo F11 Harga Mei 2025, Ini Keunggulannya yang Wajib Anda Tahu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News