MOMSMONEY.ID - Optimisme pasar terkait potensi pelonggaran suku bunga The Fed dan sentimen positif dari kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa digadang berpotensi menyokong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjut menguat.
Indo Premier Sekuritas atau IPOT menaksir potensi penguatan pada pekan ini terjadi setelah IHSG ditutup di level 8.099, atau naik 0,60% dibandingkan pekan sebelumnya.
IHSG sempat menyentuh level tertinggi baru di 8.168 pada 24 September 2025. Meski IHSG menguat, investor asing melakukan penjualan bersih (outflow) senilai Rp 1 triliun di pasar reguler, pekan lalu.
Sejumlah sentimen memengaruhi pergerakan IHSG pada pekan lalu. Dari global ada harapan pelonggaran The Fed, di mana pasar global optimistis bank sentral AS akan kembali memangkas suku bunga, sehingga mendorong arus dana ke emerging markets, termasuk Indonesia.
Ditambah sentimen harga emas spot yang melonjak hingga US$ 3.759 per troi ons atau rekor tertinggi sepanjang sejarah. Dari domestik, ada dukungan dari sentimen perjanjian dagang antara Indonesia-Uni Eropa,
Baca Juga: IHSG Menguat 0,4% Pagi Ini, Saham Big Caps Cenderung Menguat (29/9)
Menurut David Kurniawan, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, amunisi penguatan IHSG pada pekan ini diperkirakan masih bersumber dari kesepakatan dagang Indonesia dengan Uni Eropa yang memberi katalis positif bagi saham eksportir. Kesepakatan substantif tercapai terkait pemangkasan tarif hingga 80% produk ekspor Indonesia mulai 2027 sehingga meningkatkan prospek perdagangan jangka panjang
Selain itu, stabilitas rupiah yang dijaga BI menambah kepercayaan investor asing untuk tetap melakukan akumulasi di pasar domestik. "Jika sentimen ini konsisten, IHSG bisa bergerak dalam tren bullish jangka pendek,” prediksinya dalam siaran pers, Senin (29/9).
Mengutip Bloomberg, hingga Senin (29/9) pukul 10.54 WIB, IHSG naik 0,43% menjadi 8.134.
Rekomendasi saham pekan ini
Pada pekan ini, kata David, ada dua sentimen yang perlu dicermati dan akan memengaruhi potensi pasar. Pertama, kebijakan dan kepemimpinan fiskal, di mana pasar akan sangat memperhatikan langkah Menteri Keuangan baru, apakah akan mempertahankan disiplin fiskal, terutama defisit anggaran serta sinyal-sinyal terkait stimulus atau pengeluaran pemerintah.
Kedua, sentimen cukai rokok yang berpotensi tidak dinaikkan pada 2026. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan bahwa tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk tahun 2026 tidak akan dinaikkan. Hal ini sesuai dengan keinginan pelaku industri rokok dan petani agar ada moratorium selama beberapa tahun ke depan.
Merespons dinamika pasar ini, IPOT merekomendasikan strategi investasi yang berfokus pada saham-saham uptrend berfundamental kuat.
"Investor sebaiknya melakukan akumulasi bertahap pada saham berfundamental kuat di sektor perbankan, konsumer, dan komoditas ekspor. Sedangkan, trader manfaatkan potensi bullish jangka pendek dengan koleksi saham yang uptrend," saran David.
Berikut beberapa rekomendasi saham ala IPOT:
1. Buy on breakout HMSP (Entry: Rp 900, Target harga: Rp 1.000, Stop loss: Rp 856, Risk to reward ratio 1:2,3)
Sektor rokok mulai kembali menarik, semenjak sentimen terkait cukai. Value di harga PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) saat ini memberikan bantalan yield dividen yang cukup menarik. Jangka pendek harga mulai bergerak uptrend dan ada potensi untuk breakout.
2. Buy ANTM (Entry: Rp 3.210, Target harga: Rp 3.470, Stop loss: Rp 3.090, Risk to reward ratio 1:2,2).
Sektor emas masih menjadi primadona didukung dengan kenaikan harga emas mencapai all time high. Meskipun ada tekanan jual di PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), saat ini tepat di area demand-nya.
3. Buy on pullback BTPS (Entry: Rp 1.350-Rp 1.370, Target harga: Rp 1.490, Stop loss: Rp 1.300, dan Risk to reward ratio 1:2,8).
PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) didukung fundamental dengan pertumbuhan selama delapan bulan di 2025. Secara teknikal, saat ini sedang sideways di area demand dalam tren kenaikannya.
Selanjutnya: Strategi ASEI Capai Pertumbuhan Premi Konstruksi Double Digit hingga Akhir 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News