MOMSMONEY.ID - Konferensi Pengendalian Tembakau Indonesia atau Indonesian Conference on Tobacco Control (ICTOH) ke-10 resmi dibuka di Kampus Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Selasa (27/5). Konferensi diselenggarakan oleh Tobacco Control Support Center (TCSC) Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Udayana Central dan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, mengangkat tema “Mengungkap Taktik Industri Produk Tembakau dan Nikotin” itu sekaligus memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025 yang jatuh pada 31 Mei mendatang.
Konferensi melibatkan pemangku kebijakan, akademisi, aktivis kesehatan masyarakat dan juga generasi muda. Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Indonesia bilang, ICTOH merupakan wadah penting membangun sinergi, lintas sektor menyusul strategi berbasis bukti dengan mengedepankan perlindungan kesejahteraan publik.
“Pemerintah berupaya memperkuat pengendalian tembakau seperti meningkatkan cukai rokok, membatasi iklan rokok, memperluas kawasan tanpa rokok serta mendukung layanan berhenti merokok,” kata Budi dalam sambutannya di acara ICTOH ke-10, Selasa, 27 Mei 2025.
Baca Juga: Industri Rokok, Antara Kesehatan, Pendapatan Negara dan Ekonomi Buruh
Dukungan kolaborasi untuk pengendalian tembakau juga disampaikan oleh Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (PPPA) yang disampaikan di acara Youth Forum ICTOH ke-10 sehari sebelumnya.
"Semoga semua anak muda yang berpartisipasi dapat membangun sikap kritis terhadap taktik tersembunyi industri tembakau dan nikotin, sekaligus dapat belajar langsung dari para ahli dan aktivis muda inspiratif,” kata Veronica yang hadir dan mendukung ICTOH ke-10 secara virtual.
Menurut Veronika, butuh gerakan kolektif, berkoneksi serta kolaborasi untuk melakukan aksi nyata untuk Indonesia yang lebih sehat tanpa rokok. “Teruslah berbagi inspirasi menuju lingkungan yang sehat dan bebas dari ikatan promosi dan sponsorship serta intervensi industri produk tembakau dan nikotin. Bersinergi, bersatu dan berdampak, salam sehat,” tegas Veronica.
Menjawab kebutuhan gerakan itu, dr. Sumarjati Arjoso, SKM, Ketua Panitia ICTOH ke-10 bilang, konferensi ICTOH ke-10 ini merupakan simbol satu dekade perjuangan komunitas pengendalian tembakau melawan dampak adiksi pada anak-anak, remaja yang merupakan generasi penerus bangsa. Hal ini disampaikan pada pembukaan konferensi, Selasa, 27 Mei 2025 di Kampus Universitas, Udayana.
Baca Juga: Pemerintah Beri Sinyal Kenaikan Tarif Cukai Rokok pada 2026
Dalam laporannya, Sumarjati mengkhawatirkan tentang canggihnya strategi industri rokok mempengaruhi generasi muda, terutama lewat iklan terselubung, sponsorship beasiswa, hadiah, dan bentuk promosi yang menyesatkan. “Diharapkan masyarakat sadar tentang tipu daya dan taktik-taktik industri rokok untuk menjerat anak muda,” tegas Sumarjati.
Konferensi berlangsung selama tiga hari dan dihadiri lebih 200 peserta dan menghadirkan berbagai sesi penting, termasuk tiga plenari, tujuh simposium, dan forum anak muda. ICTOH tidak hanya menjadi ajang ilmiah, tetapi juga platform strategis untuk mendorong kebijakan yang progresif seperti pelarangan total iklan rokok, kenaikan cukai tembakau, penyediaan layanan berhenti merokok, dan pelindungan ruang publik dari asap rokok.
Direktur Vital Strategies Asia Pacific, Dr. Tara Singh Bam, dan perwakilan WHO Indonesia, Dr. Evelyn Murphy juga turut hadir dan memberikan pandangan global tentang upaya pengendalian tembakau dunia dan juga di Indonesia.
“ICTOH merupakan kesempatan untuk terlibat dalam diskusi yang bermakna yang menginspirasi tindakan dan mendorong kolaborasi. Upaya kolektif sangat penting dalam mempromosikan kebijakan yang melindungi kesehatan masyarakat, termasuk pajak tembakau yang lebih tinggi, kemasan yang terstandardisasi, peringatan kesehatan bergambar yang lebih besar, dan larangan iklan tembakau (media cetak dan daring),” kata Tara Singh Bam.
Baca Juga: Gaprindo: Larangan Merokok di Klub Hambat Industri Rokok dan Pengusaha Hiburan
Lebih jauh, Tara berharap ada usaha yang memastikan lingkungan 100% bebas asap rokok dengan mendukung perokok berhenti merokok dan menyediakan layanan penghentian yang mudah diakses dan efektif.
"Kita tidak hanya memerlukan kebijakan yang kuat, tetapi juga kemauan politik dan menerapkannya secara efektif. Sangat penting bagi kita melibatkan para pemimpin kita untuk memprioritaskan inisiatif pengendalian tembakau dan memastikan bahwa kebijakan yang ada ditegakkan secara ketat. Keberhasilan bergantung pada komitmen terhadap implementasi yang kuat dan akuntabilitas di semua tingkat pemerintahan," tambah Tara.
Selain itu, Tara melihat pentingnya peran anak muda, yang diperlihatkan kaum muda di Bali.. “Peran anak muda sangat krusial melakukan perubahan, dan suara-suara mereka akan didengar,” kata Tara saat menyaksikan rentetan agenda pra event ICTOH ke-10 yang diikuti ribuan anak muda baik offline maupun onlie di Denpasar dan daerah lainnya.
Tak hanya dari kalangan mahasiswa, kolaborasi juga melibatkan akademisi muda dan politisi muda. “Kita harus tetap memperketat regulasi, termasuk sponsorship dan juga penggunaan rokok elektrik,” kata Putu Diah Pradnya Maharani, politisi muda yang kini menjadi anggota Komisi IV, Bidang Kesejahteraan Rakyat, DPRD Provinsi Bali yang juga mendukung ICTOH ke-10 saat memberikan sambutan di acara pra event Youth Forum.
Baca Juga: Kemenkeu Susun Peta Jalan Tarif Cukai Rokok 2026-2029, Ini Bocorannya!
Selanjutnya: Bauran EBT Ditarget 42,6 GW Hingga 2035, HGII Kembangkan 4 Jenis Pembangkit EBT
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News