M O M S M O N E Y I D
InvesYuk

Bitcoin cs Melorot Pasca-The Fed Pangkas Bunga, Respons Normal atau Sinyal Negatif?

Bitcoin cs Melorot Pasca-The Fed Pangkas Bunga, Respons Normal atau Sinyal Negatif?
Reporter: Dupla Kartini  |  Editor: Dupla Kartini


MOMSMONEY.ID - Sepekan setelah bank sentral AS atau Federal Reserves (The Fed) memangkas suku bunga 25 basis poin, harga Bitcoin masih volatil, bahkan sempat turun ke US$ 111.500. 

Mengutip coinmarketcap, Jumat (26/9), pukul 15.14 WIB, Bitcoin diperdagangkan seharga US$ 109.517, turun 2,19% dalam 24 jam terakhir. Altcoin populer, Ethereum juga tergerus 2,26% dalam 24 jam terakhir menjadi US$ 3.940.

Padahal, biasanya suku bunga yang rendah mendorong aset berisiko seperti kripto untuk naik.

Apakah ini sinyal negatif atau respons yang wajar di pasar aset kripto?

Fahmi Almuttaqin, Analyst Crypto Reku, menjelaskan bahwa penurunan harga Bitcoin dan Ethereum, lantaran pasar kripto sudah mengantisipasi pemangkasan suku bunga jauh sebelum pengumuman resmi pekan lalu. 

“Likuiditas jangka pendek sempat mengalir deras ke aset risk-on, termasuk Bitcoin dan altcoin, sehingga ketika keputusan akhirnya keluar, sebagian investor justru melakukan aksi
profit taking. Selain itu,  pelemahan ekonomi termasuk pelemahan sektor tenaga kerja AS yang melatarbelakangi penurunan suku bunga, membuat kekhawatiran investor terhadap risiko lonjakan inflasi meningkat,” bebernya, dalam siaran pers, Jumat (26/9).

Baca Juga: Bitcoin Terkoreksi 4,79% Usai Pemangkasan Suku Bunga, Begini Proyeksi di Akhir 2025!

Apalagi, meski The Fed memangkas suku bunga, data neraca keuangan The Fed menunjukkan bank sentral sebenarnya belum agresif memperluas likuiditas.

Mengacu rilis mingguan  Federal Reserve, total aset The Fed per 17 September 2025 tercatat US$ 6,608 triliun. Jumlah tersebut masih jauh di bawah puncak pandemi (sekitar US$ 9 triliun), menandakan proses quantitative tightening (QT) atau pengetatan kebijakan moneter, masih berlangsung meski dengan tempo yang melambat.

Dalam kondisi ini, menurut Fahmi, pasar menyadari bahwa penurunan suku bunga saja belum cukup. Yang menentukan adalah ketersediaan likuiditas dollar secara riil di pasar global.

Meski demikian, data on-chain memperlihatkan kondisi yang sudah relatif netral. "Indikator SOPR yang mengukur perbandingan aksi profit taking dan cut loss mengindikasikan bahwa aksi profit taking memang terjadi, namun saat ini berada pada level yang relatif normal, sehingga tekanan jual jangka pendek mungkin cukup minim,” ungkap Fahmi.

Potensi kenaikan Bitcoin

Kondisi saat ini, kata Fahmi, cukup suportif untuk menunjang proyeksi positif Bitcoin dan pasar kripto secara umum di sisa tahun ini.

Meskipun masih banyak ketidakpastian, termasuk risiko shutdown pemerintah AS, namun outlook pemangkasan suku bunga lanjutan sebanyak dua kali, mengacu hasil jajak pendapat dot plot pada FOMC pekan lalu, dapat memberikan sentimen positif bagi pasar kripto, terutama jika didukung oleh kondisi inflasi yang stabil.

Baca Juga: Pasar Hindari Risiko, Avalanche Menghuni Top Losers, OKB Jadi Top gainers

Di tengah masih relatif solidnya tren akumulasi investor institusi dan potensi berkembangnya adopsi ETF altcoin, Fahmi memperkirakan Bitcoin dan Ethereum berpeluang kembali mencetak all time high anyar.

Tetapi, dia tak menampik bahwa skenario downside tetap ada. Misalnya, jika terjadi shutdown pemerintah AS, dapat memicu tekanan arus kas jangka pendek serta pemangkasan lapangan pekerjaan dalam skala besar.

"Selain itu, potensi lonjakan inflasi atau mulai menguatnya dollar AS, juga dapat memicu berkembangnya sentimen negatif dengan risiko koreksi Bitcoin ke bawah US$ 100.000,” tutur Fahmi.

Bagi investor lokal, proyeksi penurunan suku bunga The Fed di sisa tahun ini membuka prospek diversifikasi ke aset risk-on. Walau demikian, masih terdapat kecenderungan volatilitas tinggi pada Bitcoin.

Maka, saran Fahmi, strategi beli bertahap dalam periode tertentu atawa dollar cost averaging (DCA) bisa lebih strategis dibanding investasi atau trading sekaligus dalam jumlah besar.

Perlu diingat, pasar aset kripto kini tidak bisa dipisahkan dari dinamika makro global. Dus, investor perlu memantau bukan hanya harga Bitcoin, tetapi juga indikator likuiditas dollar dan arus dana institusional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TERBARU

6 Film Romantis Tentang Hubungan Friendzone, Rumit tapi Bikin Baper

Beberapa film berikut menceritakan tentang bagaimana rumitnya hubungan friendzone yang umum terjadi dalam percintaan masa kini..​

7 Daftar Promo Awal Bulan Desember 2025, Jajan Chatime hingga Mako Bakery Lebih Hemat

Sederet kuliner favorit hadir dengan promo spesialnya di awal Desember 2025. Mulai dari Chatime sampai Mako Bakery tawarkan harga lebih hemat.

4 Fakta Kesehatan Menopause Perempuan, Bisa Terjadi di Sekitar Umur 30-an

Yuk, simak dulu beberapa fakta kesehatan tentang menopause yang penting untuk diketahui perempuan berusia 40 tahunan.

Taxi Driver dan 6 Drama Korea dengan Cerita Berbeda dalam Setiap Episode

Agar tetap tertarik nonton hingga akhir episode, coba tonton rekomendasi drakor dengan cerita yang berbeda-beda di tiap episodenya ini.​

5 Jenis Selingkuh yang Sering Tidak Disadari, Bukan Cuma Selingkuh Fisik

Sudah tahu belum jenis selingkuh dalam hubungan dengan pasangan? Cari tahu macam-macam jenis selingkuh di sini.

Tak Cuma Berjemur, Coba Lakukan Aktivitas Seru Ini Saat di Pantai

Jika ingin menghabiskan waktu dengan berlibur di pantai, beberapa ide aktivitas seru ini bisa dilakukan di pantai semua, lo.

Promo Traveloka 12.12 Super Sale: Liburan Seru Mulai Rp 12 Ribu, Catat Tanggalnya!

Traveloka hadirkan promo 12.12 Super Sale dengan diskon gede-gedean mulai 3-12 Desember 2025. Nikmati liburan Anda mulai Rp 12.000 saja.

Naik Lagi, Simak Harga Emas Antam Hari Ini Selasa 2 Desember 2025

Harga emas Antam hari ini ukuran 1 gram dibanderol Rp 2.425.000 Selasa pagi (2/12/2025), naik Rp 10.000 dibanding Senin pagi (1/12/2025).

Ciptakan Karya yang Beri Dampak Nyata ke Konsumen Juga Jadi Kunci Keberhasilan Bisnis

Menciptakan karya yang memberi dampak nyata bagi konsumen menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis dan usaha.

IHSG Berpotensi Sideways, Simak Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Selasa (2/12)

IHSG diperkirakan bergerak mendatar (sideways) pada perdagangan Selasa (2/12/2025). ​Berikut rekomendasi saham pilihan BNI Sekuritas​ hari ini.