MOMSMONEY.ID - Simak, yuk, dari sisi ilmu pengetahuan soal brain rot yang meresahkan berikut ini.
Terlalu sering terpapar atau menonton karakter-karakter aneh atawa absurb yang dibuat oleh teknologi artificial intelligence seperti Italian Brainrot bisa berdampak negatif terhadap kognisi manusia, lo.
Berdasarkan laman Psykay, fenomena brain rot adalah ketika otak kelelahan melihat konten digital yang terlalu banyak dan terlalu dangkal.
Brain rot populer dan merujuk pada kondisi di mana otak terasa "rusak" atau "menurun fungsinya", karena terlalu banyak mengonsumsi konten digital dangkal, repetitif, absurd, atau terlalu cepat.
Contoh konten digital yang dangkal, adalah video TikTok atau Reels Instagram berdurasi 10–15 detik dengan irama aneh dan unik.
Ada juga, meme-meme absurd seperti Tung Tung sahu, Brr brr Patapim, Unta Tobi Tob Tob, Tralarelo Tralala, atau Capuchino Assassino.
Ternyata, kebiasaan doomscrolling atau menggulir (scrolling) tanpa henti, tanpa tujuan jelas, juga bisa membuat otak lelah.
Menurut laman Psykay, meskipun bukan istilah klinis yang resmi, konsep brainrot kini ditelaah secara serius dalam dunia psikologi dan ilmu saraf karena berkaitan erat dengan perubahan pola pikir, perhatian, hingga motivasi manusia modern.
Baca Juga: Waspada Brain Rot pada Anak, Begini Tips Mencegah Penurunan Fungsi Kognitif
Berikut ini kata ilmu pengetahuan mengenai brain rot.
1. Gangguan fungsi eksekutif otak
Brain Sciences (MDPI, 2023) melakukan penelitian dan melihat bahwa penggunaan internet yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan fungsi eksekutif, yaitu kemampuan untuk fokus, membuat keputusan, dan mengendalikan dorongan impulsif.
2. Kecanduan video pendek mengganggu memori prospektif
Dalam studi eksperimental tahun 2023, kelompok pengguna TikTok mengalami penurunan signifikan dalam memori prospektif, seperti kemampuan mengingat dan menjalankan rencana di masa depan.
Berbeda dengan pengguna Twitter atau YouTube tidak menunjukkan gangguan yang sama.
Baca Juga: 11 Makanan yang Bagus untuk Kesehatan Otak Menurut Ahli
3. Perubahan neurologis karena video pendek
Studi fMRI menunjukkan, pengguna berat video pendek (short-form video addicts) mengalami peningkatan aktivitas di area otak yang berkaitan dengan sistem reward (hadiah) dan gangguan struktur pada bagian otak yang mengatur pengendalian emosi dan keputusan jangka panjang.
4. Kasus di Indonesia: Gangguan konsentrasi pada anak
Studi fenomenologis di jurnal ToFedu (2024) menemukan, anak-anak usia sekolah dasar yang terlalu sering terpapar video TikTok dan game mobile mengalami kesulitan konsentrasi, kelelahan kognitif, dan keterlambatan dalam pemrosesan tugas sekolah.
5. Overstimulasi dan kelelahan mental
Studi dari PubMed (2024) menyatakan, konten media sosial yang terus-menerus dan repetitif menyebabkan overstimulasi korteks prefrontal (otak bagian depan), memicu kelelahan mental, gangguan pengambilan keputusan, dan penurunan empati sosial.
Selanjutnya: Jamkrida Kaltim Terapkan Upaya Ini Meminimalkan Risiko NPL UMKM yang Tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News