HOME, BisnisYuk

Begini Cara Memulai Usaha Thrift Shop

Begini Cara Memulai Usaha Thrift Shop

MOMSMONEY.ID - Sekarang ini semakin banyak thrift shop yang bermunculan. Kebanyakan pakaian-pakaian yang dijual dipasarkan melalui daring (online). Wajar saja, selain memerlukan modal yang tak terlalu besar, kegiatan thrifting pun masih digemari hingga kini.

Tertarik memulai usaha ini? Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memulai usaha thrift shop:

1. Siapkan Modal

Pastinya, sebelum memulai usaha, hal yang perlu disiapkan lebih dulu adalah modal. Namun, nominal yang dibutuhkan tak fantastis. Dengan modal kurang dari Rp 1 juta, usaha ini pun bisa dimulai. Hal ini lah yang dilakukan oleh beberapa pemilik thrift shop seperti Wewearthrift, Butik Nostaljik, Itwears dan Itswear.id.

"Modal di awal itu dulu sekitar Rp 500.000. Dari modal itu aku baru mulai dari barang," ujar Deira, Pemilik Itwears.id.

Selain membeli pakaian bekas, modal tersebut pun digunakan untuk biaya pengemasan, dan beberapa tambahan lain seperti biaya reparasi, kartu ucapan, sticker hingga biaya cuci/laundry. Bila baru memulai, pakaian-pakaian tersebut pun bisa dicuci sendiri.

2. Tetapkan Ciri Khas Toko 

Perlu diingat, sebelum memulai usaha ini, Anda harus menetapkan tujuan atau ciri khas masing-masing toko. Apalagi terdapat beragam jenis/model pakaian yang bisa diperdagangkan. Karenanya, Deira mengatakan bila pemain baru ingin terjun ke usaha ini, bisa dimulai dari jenis pakaian yang disenanginya.

Hal senada pun disampaikan oleh pemilik Toko Baju Sederhana, Emmanuella Vania Dewie. Vania mengatakan, dia mulai menjual pakaian bekas dari sesuatu yang disukainya, sehingga dia mengerti seperti apa jenis pakaian yang memiliki kualitas baik.

Baca Juga: Cara Husni Muthohari Meraup Miliaran Rupiah dari Lilin Aromaterapi

3. Tentukan Harga

Pakaian bekas yang dijual tentu tak semahal barang baru di pasaran. Nah, untuk menentukan harga jual, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Penentuan harga ini dilihat dari kondisi barang apakah memiliki kualitas bagus atau tidak, apakah barang tersebut merupakan barang bermerek, besaran biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya, seperti apa tingkat kesulitas saat mencarinya, hingga melihat harga di pasaran. Cerita dari barang yang dijual pun bisa jadi nilai tambah.

"Kalau untuk harga barang sih kita kondisikan dulu, karena ada barang yang susah dicari. Kita juga lihat harga orang lain," kata pemilik Pemilik Wewearthifts, Muhammad Rifki Hidayah.

Keuntungan yang didapatkan dari setiap pakaian pun beragam, bisa jadi keuntungan yang didapatkan tidak terlalu besar, ada juga yang bisa mendapatkan keuntungan lebih dari 100%.


4. Lakukan Penyortiran

Barang yang dijual melalui thrift shop ini bisa didapatkan di pasar atau supplier atau dari bekas pemilik usaha. Nah, barnag-barang yang dibelu tersebut tentunya sudah dipilih tersebut dipilih satu per satu untuk memastikan kualitas dan model yang sesuai dengan selera pasar. Dalam proses pemilihan ini harus dipastikan tidak ada barang cacat (defect) supaya tidak mengurangi harga jual.

Setelah melalui proses pemilihan selesai, pakaian-pakaian tersebut pun dicuci lebih dulu supaya dijual dalam keadaan bersih.  Nah jangan lupa, barang-barang yang akan dijual perlu dilihat atau disortir kembali. Apakah masih ada kerusakan pada pakaian.

Bila kerusakan terebut bersifat minor, pakaian masih bisa diperbaiki sebelum dijual. "Biasanya kalau masih diakalin, kami akalin. Seperti jahit ulang atau tambah kancing baru," terang Pratikto, salah satu pemilik Butik Nostaljik.

Senada dengan Pratikto, Rifki, Vania dan Deira  sepakat cacat yang ada di pakaian perlu diperhatikan dengan seksama, karena bisa jadi kerusakan yang ada terlewat ketika masih dalam proses pemilihan barang.

Setelahnya, barang dikemas dan siap dikirimkan pada pembeli. Pastikan barang yang dikirimkan ke pembeli bersih dan diperlakukan dengan baik.

Baca Juga: Garap Pasar Bikers, Northy Sukses Membangun Bisnis Sarung Tangan Kulit

5. Konsisten

Konsistensi dibutuhkan ketika menjalankan usaha thrift shop. Menurut Pratikto, sikap ini dibutuhkan mulai dari belanja, foto barang, edit foto, mengurus sosial media, penjualan, hingga pembukuan. Dia menambahkan, sikap ini akan sulit dijalankan terlebih bila usaha ini dijalankan sendiri.

Tak hanya dari proses pembelian hingga penjualan, konsistensi pun dibutuhkan dalam mengelola sosial media mengingat penjualan dilakukan secara online. Ini mulai dari rutin menampilkan barang-barang baru hingga interaksi dengan para pembeli.

"Upload-nya sedikit-sedikit saja tidak apa-apa, yang penting konsisten. Jadi orang tahu kalau kamu aktif," kata Vania.

Sepakat dengan Vania, Deira dan Rifki pun mengatakan bahwa mempertahankan interaksi dengan follower/pembeli juga pembeli penting supaya penjual mengetahui apa keinginan para pembeli.

Rifki juga mengatakan untuk menjaga eksistensi, penting untuk kreatif dalam menghasilkan berbagai konten di media sosial untuk menaikkan engagement. "Konten ini juga tidak sebatas mengikuti orang lain. Buat yang berbeda supaya tidak sama," kata Rifki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News