HOME, Santai

Asyiknya Goyang Lidah di Kedai Asinan Cisadane

Asyiknya Goyang Lidah di Kedai Asinan Cisadane

MOMSMONEY.ID - JAKARTA. Meski berada di dekat Bendungan Pintu Air 10 Cisadane, Tangerang, asinan betawi yang satu ini tak pernah sepi pengunjung. Hilir mudik pengunjung tak pernah berhenti untuk mencicipi kuliner legendaris di Kota Tangerang ini.

Agus, generasi kedua yang menjalankan usaha ini, menyebut, walau sudah banyak penjual asinan betawi di daerah Tangerang, namun kedai asinannya tak pernah sepi pembeli.

"Bahkan waktu  awal pandemi asinan malah laris manis, selalu habis terjual," ucapnya.

Cita rasa asinan racikan Agus memang sangat khas. Selain dibuat dengan resep warisan orangtua, kuah Asinan  Cisadane Pintu Air 10 ini juga berbeda.

Jika umumnya asinan memakai kuah cuka pedas yang encer, asinan buatan Agus disiram kuah bumbu kacang. Tingkat kekentalan bumbu kacangnya tentu tidak seperti kuah bumbu kacang gado-gado.

Bumbu kacangnya lebih cair dengan tambahan kuah cabai. Dijamin, deh, bikin asinan jadi gurih dan pedas. Dan, berbeda dengan asinan lainnya, Agus juga menambahkan kuah gula jawa sebagai bumbu pelengkap asinannya.

Gula jawa cair ini murni dari gula jawa yang dipanaskan dan tanpa bahan pengawet. "Biar rasa asinan komplet. Ada pedas, manis, asam," ujarnya.

Baca Juga: Resep Tumis Jamur Paprika, Hidangan Chinese Food Sehat yang Menggoda

Komplet dan berbeda

Selaku generasi kedua yang melanjutkan usaha orangtua, Agus mengaku tidak mudah untuk mempertahankan, bahkan membesarkan usaha kuliner khas Betawi ini.

Terlebih sudah banyak juga sanak saudara yang berjualan asinan di kawasan Pasar Lama, Tangerang.  Namun, sejak awal mewarisi usaha ini, ia sudah bertekad mempertahankan cita rasa peninggalan sang ayah.

Selain mempertahankan cita rasa, ia juga berinovasi dengan memperbanyak isian asinannya. "Awal jualan tahun 1968 isi asinannya enggak banyak. Pelan-pelan mulai saya tambah," imbuh Agus.

Jika diamati, isi asinannya sendiri lazim ditemui di mana-mana. Sebut saja, irisan kol, timun, toge, sawi asin, wortel, kacang tanah goreng, kentang goreng, dan tahu goreng.

Yang membedakan, di sini ada isi  lokio atau bawang batak dalam wadah besar yang diletakkan di atas gerobaknya.  Menurut Agus, tidak semua penjual asinan betawi menggunakan lokio dalam isian asinannya.

Sebab, selain harga jualnya fluktuatif, lokio juga tidak mudah didapatkan. "Lokio ini penting. Kalau mau asinannya ada rasa asam, harus ada lokio," beber Agus.

Usai menyiapkan semua isi asinan, Agus juga tak lupa menyiapkan satu kantong besar berisi kerupuk kuning. Menariknya, pengunjung tak perlu lama-lama menunggu asinan ini tersaji di meja.

Tak sampai lima menit sepoirsi asinan mendarat di meja pembeli. Tidak percaya? Saat KONTAN mendatangi Asinan Pintu Air 10 Cisadane, Agus dengan cepat menyiapkan asinan khas buatannya.

Yang dilakukan pertama kali adalah menaruh potongan-potongan toge di piring. Dilanjutkan dengan irisan kol  dan wortel yang ditaruh di atasnya.

Setelah itu ditimpa lagi dengan irisan sawi asin dan potongan lokio yang sudah direndam tiga hari dengan air bersih. Setelah itu, Agus juga tidak lupa mengiris-iris sebuah timun, kentang dan tahu goreng.

Jika sudah siap, kerupuk kuning pun ditaburkan, lalu disiram dengan bumbu kacang, satu sendok cabai, dan dua sendok gula jawa cair.

Rasanya, sudah pasti bikin nagih. Untuk satu piringnya,  relatif murah. Satu porsi asinan dibanderol dengan harga Rp 15.000.

Lantaran  disajikan dalam keadaan segar, tentu saja, Agus tak main-main dengan kualitas sayuran yang dipakai buat bahan asinan. Maklum, sedikit layu saja, pembeli pasti enggan untuk mencicipi, apalagi kembali lagi.

Demi mendapatkan bahan dengan kualitas terbaik, setiap hari dia selalu belanja sayuran di pasar terdekat, dan mencucinya hingga bersih sebelum digunakan.

"Mau sisa sedikit dari jualan hari ini, atau tidak habis, harus belanja sayuran baru lagi untuk dijual besok," tegas ayah dua anak ini.

Nah, bagi Anda yang ingin menjajal asinan ini bisa datang langsung, dari hari Senin sampai Jumat mulai pukul 10.000 sampai 17.00 sore.

Ada baiknya juga menggunakan sepeda motor, karena tak ada area parkir mobil. Atau sebaiknya, beli untuk dibawa pulang karena tempat makannya juga terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News