InvesYuk

Apakah Beli Rumah Masih Menguntungkan? Ini Fakta Investasi Properti Jangka Panjang

Apakah Beli Rumah Masih Menguntungkan? Ini Fakta Investasi Properti Jangka Panjang

MOMSMONEY.ID - Simak fakta investasi properti seperti membeli rumah yang dianggap relevan sampai saat ini dan bisa membangun kekayaan jangka panjang.

Apakah beli rumah masih merupakan investasi yang menguntungkan? Pertanyaan ini kembali mencuat seiring naiknya harga rumah dan suku bunga yang makin memberatkan calon pembeli. 

Melansir dari Forbes, di tengah situasi ekonomi global yang tidak pasti, penting bagi Anda untuk mengetahui bagaimana investasi properti, khususnya rumah, tetap relevan sebagai strategi membangun kekayaan jangka panjang.

Kepemilikan rumah masih jadi simbol stabilitas keuangan

Data dari Aspen Institute menunjukkan bahwa pemilik rumah memiliki kekayaan bersih rata-rata sekitar Rp6,5 miliar, jauh melampaui penyewa yang hanya sekitar Rp169 juta. Fakta ini menguatkan bahwa beli rumah bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga sarana utama mengumpulkan kekayaan.

Dengan kesenjangan yang besar ini, tak heran jika kepemilikan rumah tetap dianggap sebagai bagian penting dari mobilitas ekonomi. Rumah menjadi aset yang secara perlahan tetapi pasti dapat memperkuat kondisi finansial dalam jangka panjang.

Baca Juga: 7 Perbedaan Tabungan dan Deposito yang Wajib Diketahui Sebelum Menyimpan Uang

Kekuatan leverage dalam membeli rumah

Membeli rumah identik dengan menggunakan leverage atau dana awal kecil untuk mengontrol aset besar. Contohnya, jika Anda membeli rumah seharga Rp8,1 miliar dengan uang muka 10% atau Rp810 juta, maka Anda memiliki kendali atas nilai rumah penuh.

Jika nilai rumah naik 3% per tahun, maka keuntungan dihitung dari total harga rumah, bukan dari uang muka saja. Inilah keunggulan utama membeli rumah dibandingkan investasi lain yang hanya berdasarkan dana yang benar-benar Anda tanam.

Hitung-hitungan realistis biaya dan penghasilan

Untuk rumah Rp8,1 miliar, cicilan hipotek bulanan (misal, bunga 6,5%) berkisar Rp46 juta. Tambahkan biaya pajak dan asuransi sekitar Rp9,7 juta, serta biaya pemeliharaan Rp6,5 juta, maka total pengeluaran bisa mencapai Rp62 juta per bulan.

Agar aman, penghasilan rumah tangga ideal untuk menutupi semua itu berada di kisaran Rp2,7 miliar hingga Rp3 miliar per tahun. Ini sejalan dengan prinsip bahwa biaya perumahan sebaiknya tidak melebihi 28% dari pendapatan kotor.

Baca Juga: Menggali Potensi Pendapatan Pasif: Cara Cerdas Menghasilkan Uang Tanpa Bekerja Aktif

Potensi keuntungan jangka panjang masih menarik

Simulasi menunjukkan bahwa rumah Rp8,1 miliar bisa menjadi sekitar Rp10,9 miliar dalam 10 tahun ke depan jika nilai naik 3% per tahun. Artinya, kenaikan nilai aset mencapai sekitar Rp2,8 miliar.

Jika modal awal Anda hanya Rp810 juta sebagai uang muka, maka return tunai atas tunai bisa mencapai 342% dalam 10 tahun. Ini mencerminkan pengembalian tahunan sekitar 17%, yang sangat kompetitif dibandingkan banyak instrumen investasi lainnya.

Harga rumah bisa naik, tapi bukan tanpa risiko

Sejak 2020, harga rumah di AS melonjak hampir 50%. Namun jangan lupa, dari 2006 hingga 2012 sempat terjadi penurunan drastis 20%-30% karena krisis. Pasar properti memang fluktuatif, tapi cenderung pulih dalam jangka panjang.

Itulah mengapa beli rumah cocok sebagai investasi jangka panjang, bukan untuk cari cuan cepat. Rumah lebih stabil dalam nilai, tapi memerlukan kesabaran dan daya tahan keuangan untuk menghadapinya.

Baca Juga: 5 Strategi Cerdas Menarik Dana Pensiun agar Uang Anda Tahan Lama Sampai Tua

Biaya tambahan yang sering terabaikan

Kepemilikan rumah tak berhenti di cicilan saja. Pajak properti sekitar 1%-2% dari nilai rumah per tahun, atau sekitar Rp81 juta–Rp162 juta. Asuransi bisa menambah Rp16 juta–Rp32 juta per tahun.

Belum lagi biaya perawatan dan perbaikan sekitar 1%-2% setiap tahun, serta iuran lingkungan atau HOA jika ada. Ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan finansial agar tidak jadi beban tersembunyi.

Fakta dan aturan praktis seputar investasi rumah

Fakta pentingnya, beli rumah bisa jadi bentuk "tabungan paksa". Anda dipaksa mencicil tiap bulan, yang sebenarnya membentuk ekuitas seiring waktu. Selain itu, rumah juga bisa jadi pelindung dari inflasi.

Aturan yang umum digunakan adalah membatasi pengeluaran perumahan maksimal 28% dari pendapatan. Sementara itu, pelunasan hipotek sebaiknya dilakukan jika Anda sudah punya dana investasi kena pajak setidaknya tiga kali dari sisa hutang rumah.

Baca Juga: Cara Mendukung Usaha Kecil di Tengah Pengeluaran Bulanan yang Ketat

Investasi rumah masih menjanjikan, asal realistis

Apakah beli rumah masih merupakan investasi yang menguntungkan? Jawabannya adalah ya, selama Anda memahami risikonya, siap membayar biaya jangka panjang, dan mampu bersabar untuk menikmati hasilnya. 

Investasi rumah tetap solid jika dilakukan dengan perhitungan yang matang dan niat jangka panjang.

Selanjutnya: Sri Mulyani Sudah Kumpulkan Penerimaan Pajak Rp 683,3 Triliun Hingga Mei 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News