MOMSMONEY.ID - Simak panduan memahami kesalahan umum down payment yang bisa Moms mulai sejak awa sebelum menandatangani suatu perjanjian bersama.
Down payment atau uang muka sering kali dianggap hal sepele saat membeli rumah, kendaraan, maupun barang bernilai tinggi, padahal keputusan ini bisa berdampak besar pada kondisi keuangan jangka panjang.
Banyak orang tergoda memilih DP sekecil mungkin agar terasa ringan di awal, tetapi akhirnya terjebak cicilan dan bunga yang justru lebih besar.
Menyadur dari laman OCBC, tidak sedikit juga yang nekat membayar DP dengan utang baru hingga membuat cash flow semakin berantakan.
Agar tidak merugi, penting bagi setiap calon pembeli memahami kesalahan umum soal down payment sejak awal sebelum menandatangani perjanjian.
Baca Juga: Manajemen Keuangan Sederhana untuk Ibu Agar Hidup Lebih Tenang dan Teratur
Pengertian down payment dalam transaksi besar
Down payment (DP) adalah pembayaran sebagian dari harga barang atau jasa sebelum pelunasan penuh, biasanya berkisar 20 hingga 50 persen dari total harga yang disepakati antara penjual dan pembeli.
DP berfungsi sebagai tanda jadi bahwa pembeli serius untuk melanjutkan transaksi, baik dalam pembelian rumah, kendaraan, maupun produk lain dengan nilai besar.
Besarnya DP akan berpengaruh langsung pada jumlah cicilan dan lamanya tenor pembayaran, sehingga keputusan awal dalam menentukan DP tidak bisa dianggap sepele.
Tergiur dengan DP kecil
Kesalahan paling umum adalah memilih DP yang terlalu kecil demi meringankan biaya awal, padahal beban cicilan dan bunga ke depan justru menjadi lebih besar.
Misalnya, membeli mobil dengan DP hanya 10 persen memang terasa ringan di awal, tetapi bunga pinjaman selama 5 hingga 7 tahun membuat total pembayaran jauh lebih mahal daripada harga aslinya.
Semakin kecil DP, semakin panjang tenor dan semakin tinggi akumulasi bunga yang harus ditanggung.
Membayar DP dengan utang baru
Banyak orang memaksakan diri membayar DP menggunakan kartu kredit, paylater, atau pinjaman online tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
Langkah ini memang terlihat bisa menyelesaikan kewajiban awal, tetapi justru menimbulkan beban baru yang membuat kondisi keuangan semakin tertekan.
Apalagi jika bunga pinjaman tambahan cukup tinggi, risiko gagal bayar hingga terjebak utang konsumtif semakin besar.
Baca Juga: Simak Ramalan Zodiak Keuangan & Karier Besok Sabtu 23 Agustus 2025
Tidak menyesuaikan DP dengan kemampuan keuangan
Kesalahan lainnya adalah terlalu ambisi membeli rumah atau kendaraan di luar kemampuan finansial, sehingga DP yang dibayarkan menguras seluruh tabungan.
Akibatnya, tidak ada dana darurat tersisa dan penghasilan bulanan habis hanya untuk menutup cicilan, yang pada akhirnya menimbulkan stres keuangan.
DP seharusnya disesuaikan dengan kondisi keuangan pribadi agar tetap ada ruang untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Mengabaikan promo atau potongan DP
Sering kali pembeli terburu-buru membayar DP tanpa mencari tahu apakah ada promo, diskon, atau subsidi yang bisa dimanfaatkan.
Padahal pengembang properti maupun dealer kendaraan kerap memberikan potongan harga, cashback, atau program khusus yang dapat meringankan beban awal.
Tanpa riset lebih dulu, peluang mendapatkan DP lebih murah bisa terlewat begitu saja dan membuat pembeli rugi.
Tidak meminta bukti resmi pembayaran
Kesalahan fatal berikutnya adalah tidak meminta kwitansi resmi atau bukti transfer ketika membayar DP, bahkan ada yang nekat transfer ke rekening pribadi tanpa memastikan nama penerimanya.
Jika terjadi penipuan atau sengketa, pembeli akan kesulitan membuktikan bahwa uang muka benar-benar sudah diserahkan.
DP yang seharusnya menjadi tanda jadi justru bisa hilang tanpa jejak karena tidak ada dokumen yang sah.
Setelah memahami kesalahan soal down payment sejak awal, akan membantu Moms lebih bijak dalam mengambil keputusan keuangan agar tidak merugi di kemudian hari.
Selanjutnya: Sinopsis Fall For Me dan Pemeran, Film Netflix Terbaru yang Populer Saat Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News