MOMSMONEY.ID - Memasuki tahun 2025, era YOLO alias you only live once mulai memudar, berganti dengan era YONO atawa you only need one. Kok, bisa begitu?
Usai pandemi Covid-19 berakhir, masyarakat, khususnya orang Amerika Serikat (AS), keluar dari karantina wilayah dengan hasrat yang membara untuk menjalani hidup di luar batas tempat tinggal mereka sendiri, berapa pun harganya.
Dalam apa yang dijuluki ekonomi YOLO, kependekan dari you only live once, atau pengeluaran balas dendam, konsumen mengeluarkan uang mereka untuk pengalaman dan barang yang telah mereka lewatkan.
"Covid menunjukkan kepada kita semua bahwa hidup tidak berlangsung selamanya," kata Sameer Samana, Senior Global Market Strategist Wells Fargo Investment Institute, kepada Before the Bell, dikutip CNN.
"Mempersiapkan masa pensiun yang masih jauh di masa depan dan dapat terganggu oleh sesuatu seperti pandemi global telah mengubah pola pikir kita. Orang-orang ingin hidup di masa sekarang," ujarnya.
Baca Juga: Pernah Dengar Sindrom Erotomania? Kebanyakan Halu yang Mengganggu Mental
Sekarang, lima tahun setelah pandemi, pesta belanja bebas akan segera berakhir. Dan, itu mungkin berita buruk bagi perekonomian.
Apa yang terjadi: belanja konsumen kembali turun, dan bahkan orang AS berpendapatan tertinggi beralih ke pengecer diskon seperti Walmart.
Target memangkas harga untuk menarik pembeli yang enggan kembali ke toko mereka.
Sebab, gerai seperti Starbucks telah melaporkan penjualannya tidak tumbuh seperti dulu. Sebab, Frappuccino tidak lagi terasa seperti pengeluaran yang diperlukan banyak orang.
Jadi, apa yang terjadi? Inflasi masih tinggi dan konsumen kehabisan tabungan era Covid mereka, pasar kerja mulai mengetat, dan pekerja mulai khawatir kehilangan pekerjaan.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Ungkap 4 Aset Investasi Ini yang Membuatnya Sangat Kaya
"Ada unsur, berapa lama saya bisa hidup di lingkungan PTSD (post-traumatic stress disorder) pasca-Covid ini?" sebut Samana.
"Pada titik tertentu, Anda harus mencari tahu seperti apa normal baru itu," imbuh dua.
Sebab, pengusaha ingin karyawannya lebih sering kembali ke kantor. Dan, Anda tidak bisa bekerja dari mana pun lagi.
"Itu juga mengubah pola pikir. Ada rasa kembali ke kondisi normal," ungkap Samana.
Karena itu, banyak orang mengurangi belanja di beberapa area. Tapi, orang-orang masih bersedia mengeluarkan uang untuk konser Taylor Swift dan tiket pesawat.
Baca Juga: Hati-Hati, 4 Shio Ini Diprediksi Kurang Hoki di Tahun Ular 2025
Itu berarti, orang-orang mengurangi pembelian diskresioner mereka dan ingin mengurangi kebutuhan sehari-hari juga.
Pada titik ini, era YOLO mulai memudar, berganti dengan era YONO atau you only need one.
Tren YONO berfokus pada pengurangan pengeluaran yang tidak perlu dan memprioritaskan konsumsi yang penting.
Tren ini tampaknya sejalan dengan lingkungan saat ini, khususnya di AS, yang dilanda inflasi, nilai tukar mata uang, dan suku bunga tinggi, yang mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.
Konsumen semakin beralih ke pasar barang bekas, menggunakan sepeda bersama alih-alih taksi, dan menyewa berbagai furnitur dan peralatan elektronik.
Selanjutnya: H+1 Tahun Baru 2025, Volume Lalu Lintas di Ruas Jalan Tol Jabodetabek Naik 16,14%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News