BisnisYuk

Shell Garap Pasar B2B Kosmetik di Indonesia, Andalkan Teknologi GTL

Shell Garap Pasar B2B Kosmetik di Indonesia, Andalkan Teknologi GTL

MOMSMONEY.ID - Shell Indonesia meluncurkan Shell Silk Alkane, produk berbasis teknologi gas-to-liquids (GTL) yang ditujukan untuk industri kecantikan dan perawatan pribadi. Langkah ini menjadi upaya terbaru Shell dalam memperluas portofolio bisnisnya ke sektor non-energi.

Shell Silk Alkane merupakan cairan sintetis yang diklaim menawarkan keanggunan sensorik, performa fungsional, serta kemampuan terurai secara hayati. Produk ini diperkenalkan di ajang Indonesia Cosmetic Ingredients (ICI) 2025 di Jakarta.

"Shell Silk Alkane hadir sebagai pilihan premium untuk para konsumen bisnis di Indonesia agar dapat membuat produk kosmetik dengan alternatif yang lebih bertanggung jawab dan biodegradable," ujar Andri Pratiwa, Managing Director Shell Indonesia, Rabu (14/5). 

Andri menjelaskan, langkah Shell masuk ke sektor kosmetik dilandasi oleh potensi pasar yang sangat besar.

"Pasarnya besar sekali. Pertumbuhannya itu sebesar 20%. Beberapa tahun lalu pelaku usaha yang terdaftar sekitar 700, sekarang sudah lebih dari 1.100. Ini menunjukkan market-nya berkembang pesat," ujarnya.

Selain pertumbuhan jumlah pelaku usaha, Andri juga menyebutkan, permintaan terhadap produk kosmetik yang mengedepankan teknologi tinggi dan sifat biodegradable makin meningkat.

"Kalau kami melihat ada kebutuhan itu dan kita punya produk serta teknologi yang tepat, ya, makanya kami masuk ke industri ini," ujarnya kepada KONTAN usai pengenalan Shell Silk Alkane, Rabu (14/5).

Baca Juga: Produk Baru Somethinc Soroti Tren Kosmetik Hybrid dan Inklusivitas Warna Kulit Shell menargetkan, Shell Silk Alkane untuk pelaku usaha manufaktur kosmetik atau business-to-business (B2B), seperti pabrik pembuat lip balm, hair oil, lotion, krim, dan sampo.

"Sampai saat ini masih belum ada rencana untuk masuk ke B2C. Model bisnis kami masih B2B," tegas Andri lebih lanjut.

Saat ini, Shell Silk Alkane masih diimpor dari fasilitas produksi Shell di Eropa. Meski begitu, Shell membuka peluang untuk membangun fasilitas produksi di kawasan yang lebih dekat dengan pasar, termasuk Indonesia.

"Kalau secara market sudah terbentuk dalam skala besar, tidak menutup kemungkinan kami akan produksi lebih dekat ke market. Tapi dalam waktu dekat belum," kata Andri.

Terkait tantangan di industri kosmetik, Andri menyebutkan, ada tiga faktor utama yang harus dijawab oleh para pelaku usaha.

"Tantangannya, kami harus punya produk yang performanya tinggi, secara komersial harganya kompetitif, dan yang terakhir ramah lingkungan. Itu yang diminta konsumen saat ini," sebutnya.

Selanjutnya: Alamtri Resources Indonesia (ADRO) Revisi Jadwal Pelaksanaan Buyback Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News