MOMSMONEY.ID - Mata uang rupiah masih loyo melawan dollar AS pada hari ini. Namun, laju pelemahannya mulai terbatas.
Mengutip Bloomberg, Selasa (11/6), kurs rupiah di pasar spot melemah tipis 8,50 poin atau 0,05% dibandingkan kemarin, menjadi Rp 16.291 per dollar AS.
Menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, indeks dollar masih menguat pada hari ini. Di eksternal, mata uang AS didukung kenaikan imbal hasil US Treasury. Ini terjadi setelah data pekerjaan domestik yang dirilis akhir pekan lalu, secara mengejutkan masih kuat, sehingga memicu penurunan dramatis taruhan penurunan suku bunga The Fed di tahun ini.
Di samping itu, ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi harga konsumen AS bulan Mei akan turun menjadi 0,1% dari 0,3%. Tekanan harga inti akan tetap stabil pada bulan ini di 0,3%. Diperkirakan tidak ada perubahan kebijakan pada akhir pertemuan pejabat The Fed yang berakhir pada Rabu waktu setempat.
Namun, para pejabat akan memperbarui proyeksi ekonomi dan suku bunga. Mereka telah berubah menjadi lebih hawkish sejak rilis data terakhir pada Maret, ketika proyeksi median adalah pengurangan suku bunga tiga perempat poin pada 2024. Pasar saat ini memperkirakan pemotongan hanya sebesar 37 basis poin pada Desember.
Baca Juga: Minim Amunisi, Kurs Rupiah Terpental ke Rp 16.282 per dollar
Sedangkan, di internal belum ada katalis yang kuat bagi mata uang Garuda. Cuma, penjualan eceran pada Mei 2024 diperkirakan meningkat. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2024 yang mencapai 233,9 atau secara tahunan tumbuh 4,7% (yoy). Bulan April, IPR tercatat 236,3 atau terkontraksi 2,7% secara tahunan.
Peningkatan IPR bulan lalu menunjukkan adanya perbaikan dalam daya beli masyarakat.
Meski demikian, secara bulanan, penjualan eceran diduga terkontraksi 1,0%. Ini seiring dengan normalisasi aktivitas masyarakat pasca Idul Fitri. Kontraksi lebih dalam tertahan oleh beberapa kelompok yang masih tumbuh positif, yaitu kelompok suku cadang dan aksesori serta bahan bakar kendaraan bermotor.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Juli dan Oktober 2024 diprediksi meningkat. Ini terefleksi pada Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juli dan Oktober 2024 yang masing-masing 142,5 dan 142,0. Angka ini lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang masing-masing 140,1 dan 134,5.
Ibrahim memprediksi, pada perdagangan besok, Rabu (12/6), kurs rupiah fluktuatif dan masih rawan ditutup melemah di rentang Rp 16.280 sampai Rp 16.350 per dollar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News