MOMSMONEY.ID - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi masih lemah hingga akhir tahun 2025. Meski begitu, masih ada harapan dari kebijakan pro-pertumbuhan untuk membawa pertumbuhan kinerja pada sektor riil.
Samuel Kesuma, Chief Investment Officer Equity Manulife Aset Manajemen Indonesia, mengatakan momentum pertumbuhan ekonomi domestik yang tertekan menjadi faktor yang membayangi kinerja emiten dan pasar saham. Namun, potensi transmisi kebijakan pro-pertumbuhan dari bank sentral dan pemerintah diharapkan semakin berdampak ke sektor riil, menjadi katalis bagi ekonomi dan kinerja emiten.
Secara historis, siklus turunnya suku bunga merupakan periode yang suportif bagi pasar saham Indonesia, sehingga sinyal perbaikan ekonomi domestik menjadi faktor krusial untuk memulihkan keyakinan investor terhadap pasar saham.
Singkat kata, lima hal yang membuat pasar saham tetap potensial untuk investor jangka panjang: momentum perbaikan arus dana global ke pasar negara berkembang, tren pelemahan USD, potensi pemangkasan BI Rate, kebijakan dan stimulus pro pertumbuhan, dan valuasi pasar saham yang atraktif.
Dengan mempertimbangkan segala potensi dan risiko baik jangka pendek dan menengah, Samuel mengatakan, strategi pengelolaan reksadana saham di MAMI saat ini adalah tetap fokus pada saham-saham dengan kinerja fundamental yang solid.
Baca Juga: Manulife AM Dorong Dana Kelolaan Lewat Reksadana Pendapatan Tetap dan Saham
Bahkan di tengah situasi makro ekonomi yang masih menghadapi banyak tantangan. Kinerja bursa saham domestik yang masih cukup positif dalam situasi saat ini mencerminkan optimisme investor akan katalis jangka pendek dari prospek penurunan suku bunga global dan pergeseran fokus investor ke periode yang lebih jangka panjang, seiring cerita pertumbuhan struktural Indonesia yang dianggap masih tetap solid.
Walaupun IHSG telah berada di level yang relatif cukup tinggi, kami masih melihat emiten-emiten berkualitas di sektor finansial dan konsumer yang masih diperdagangkan di valuasi yang cukup menarik.
Momentum pertumbuhan domestik dan situasi likuiditas perbankan yang diprediksi berangsur membaik akan mendukung kinerja laba emiten yang lebih baik ke depannya. "Kami juga terus memantau sektor-sektor yang memiliki potensi perbaikan yang dipicu faktor spesifik industri seperti sektor telekomunikasi dan material," kata Samuel.
Selanjutnya: Pembiayaan Modal Kerja BFI Finance Tumbuh 15,6% pada Semester I 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News