MOMSMONEY.ID - Hajatan pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia sudah terlaksana pada Rabu (14/2) lalu. Apakah Bitcoin (BTC) akan menjadi aset yang lebih menarik pasca-Pemilu dan peminatnya bertambah?
Mengutip coinmarketcap, Senin (20/2) pukul 11.44 WIB, harga Bitcoin masih betah bertengger di sekitar US$ 52,128 atau setara Rp 815,15 juta. Selama tujuh hari terakhir, harga raja aset kripto ini naik sekitar 8%.
Menurut, Fyqieh Fachrur, Trader Tokocrypto, pasar kripto yang terkenal dengan volatilitas memang sangat dipengaruhi berbagai faktor politik dan regulasi dari tingkat global hingga domestik, serta sentimen kuat makroekonomi. Meskipun Indonesia memiliki lebih dari 18 juta investor kripto, namun, kontestasi Pemilu 2024 tidak menjadi pusat perhatian dalam dinamika pasar kripto global.
Meski begitu, pergerakan pasar kripto seringkali paralel dengan pasar saham. Lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis lalu, sehari pasca-hitung cepat Pemilu 2024, menunjukkan sentimen positif, yang bisa saja berimbas pada pasar kripto.
"Tren positif di pasar saham seringkali menjadi cerminan bagi pasar kripto, mengindikasikan potensi momentum positif bagi investor kripto domestik," papar Fyqieh dalam News Flash Tokocrypto, 16 Februari 2024.
Baca Juga: Wah, Harga Bitcoin Tembus US$ 50.000, Tertinggi Sejak 2021!
Setelah pelaksanaan Pemilu, kata Fyqieh, fokus para pelaku pasar domestik kini beralih ke isu regulasi, yang merupakan faktor krusial dalam memengaruhi minat investor. Pelaku pasar umumnya mengambil sikap hati-hati, menantikan kepastian terkait regulasi, sebelum menetapkan keputusan investasi mereka.
"Apabila ada regulasi yang mendukung sektor kripto, seperti insentif pajak dan penetapan daftar kripto yang diakui secara legal, maka dapat menjadi katalisator bagi perkembangan transaksi kripto di dalam negeri," beber Fyqieh.
Di sisi lain, penguatan harga Bitcoin sejauh ini telah meningkatkan kepercayaan investor, yang menjadi sinyal dimulainya siklus bullish baru. Aliran modal besar yang masuk ke Bitcoin, terutama melalui ETF BTC spot di Amerika Serikat, menegaskan peningkatan minat institusi. Inilah yang menjadi pendorong dinamika harga saat ini.
Pembelian oleh investor institusi telah mendorong harga BTC melewati US$ 52.000 untuk pertama kalinya sejak tahun 2021, menandai kenaikan bulanan sebesar 20%.
Selain itu, kenaikan harga yang tajam didorong momen halving yang semakin dekat, sehingga meningkatkan euforia pembelian BTC. Secara historis, kata Fyqieh, Bitcoin mencetak reli besar ke level tertinggi baru dalam beberapa bulan berikutnya pasca-halving.
Baca Juga: AS Setujui ETF Bitcoin, Robert Kiyosaki Beli Lebih Banyak Bitcoin dan 2 Aset Ini
Momentum halving yang segera datang akan semakin mengurangi pasokan Bitcoin. Jika halving kali ini mengikuti pola yang sama, maka ada potensi pertumbuhan harga Bitcoin yang
berkelanjutan selama beberapa bulan ke depan.
Fyqieh optimistis Bitcoin berpeluang mencapai kisaran harga antara US$ 54.000 hingga US$ 58.000 sebelum halving. Bahkan, jika ada momentum yang baik dari sisi makroekonomi, bisa membawa harga Bitcoin lebih tinggi lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News