MOMSMONEY.ID - Pasar aset kripto terguncang, belakangan ini. Nilai kapitalisasi pasar atau market cap susut menjadi US$ 3,07 triliun pada Selasa (18/11). Dibandingkan rekor tertingginya pada 7 Oktober lalu, market cap tergerus sebesar US$ 1,21 triliun.
Raja aset kripto, Bitcoin pada Rabu sore diperdagangkan di level US$ 91.260, setelah pada Selasa turun hampir 30% dari rekor tertingginya US$ 126.000.
Pasar sedang menghindari risiko, tercermin pada CMC Crypto Fear and Greed Index yang sempat di level extreme fear 15. Tekanan terhadap Bitcoin cs terjadi di tengah kombinasi faktor ekonomi makro global, yang memicu sikap hati-hati investor terhadap aset berisiko.
Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku, menjelaskan, sentimen utama yang memengaruhi pasar adalah perubahan ekspektasi terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat. Dalam sepekan terakhir, probabilitas penurunan suku bunga The Fed pada Desember turun dari 62% menjadi sekitar 42%.
"Pergeseran ekspektasi ini memicu kondisi risk-off di pasar global, mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan yield Treasury. Dampaknya, investor cenderung mengurangi eksposur pada aset berisiko tinggi seperti kripto,” jelas Fahmi, mengutip siaran pers, Rabu (19/11).
Baca Juga: Ini 5 Kripto Top Gainers saat Pasar Rebound, MYX Finance Jawaranya
Selain faktor suku bunga, kata Fahmi, keterlambatan rilis sejumlah data ekonomi penting karena situasi penutupan pemerintah AS turut menambah ketidakpastian. Ketika data inflasi dan indikator makro lainnya tertunda, investor kehilangan acuan yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan secara objektif.
Hal ini membuat pasar bergerak lebih hati-hati dan volatilitas meningkat dalam jangka pendek.
Peluang berbalik arah?
Indeks Fear & Greed mengukur sentimen investor melalui volatilitas, volume, tren pencarian, hingga dominasi Bitcoin, yang berada di level extreme fear, mencerminkan tekanan
psikologis investor.
Menurut Fahmi, pergerakan indeks ke level ekstrem umumnya juga berkaitan dengan fase konsolidasi pasar. Level extreme fear sering kali menandakan terjadinya capitulation, fase ketika investor ritel melakukan aksi jual yang dipicu ketakutan berlebihan.
"Secara historis, kondisi seperti ini tidak jarang menjadi area accumulation, penumpukan aset saat harga rendah, bagi investor institusi. Meskipun arah pergerakan jangka pendek tentu tetap perlu dicermati dengan hati-hati,” bebernya.
Baca Juga: Pasar Aset Kripto Makin Keok, Masih Tepat Beli Bitcoin?
Data historis menunjukkan bahwa periode Fear & Greed Index di level 10-15 kerap diikuti oleh peluang rebound dalam rentang waktu 1 minggu hingga 8 minggu. Terakhir kali, pada Februari 2025, situasi serupa diikuti rebound sekitar 13,2% dalam rentang waktu 1 minggu setelahnya.
Meskipun demikian, Fahmi mengingatkan bahwa tidak semua fase extreme fear akan langsung berujung pada pembalikan harga dalam waktu dekat. Investor tetap dianjurkan
untuk mempertimbangkan strategi manajemen risiko yang sesuai profil masing-masing.
Walau ketidakpastian makro global masih cukup tinggi, dan sentimen pasar masih berada di zona kehati-hatian, ini bisa menjadi momentum bagi sebagian investor
melakukan pembelian terukur di level lebih rendah. Tentunya dengan risiko yang perlu diperhitungkan dengan baik.
"Investor dapat mempertimbangkan kripto bluechip, yang memiliki fundamental kuat dan potensi untuk pulih ketika pasar kembali membaik," saran Fahmi.
Selanjutnya: Cegah Tuli Dini di Indonesia, Cochlear Australia Jajaki Kerja Sama dengan BPJS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News