Santai

Nilai Inklusi Bisa Dimulai dari Dunia Usaha

Nilai Inklusi Bisa Dimulai dari Dunia Usaha

MOMSMONEY.ID - Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku bangsa, agama dan budaya yang berbeda-beda. Karunia ini bisa menjadi hal yang harus disyukuri sekaligus dipupuk untuk terus berkembang, sehingga kehidupan berbangsa dan berbangsa bisa terjalin harmonis.

Dengan masyarakat heterogen dan plural terbesar di dunia, Indonesia tentu saja memiliki potensi konflik yang cukup tinggi. Oleh karena itu, diperlukan toleransi dan kesadaran bahwa keberagaman merupakan modal untuk maju bersama.

Baca Juga: Petuah mendidik buah hati agar sukses pada masa depan

Alissa Wahid, Dewan Pembina The Wahid Institute menyebut era digital membuat informasi begitu banyak masuk di tengah masyarakat. Oleh karena itu, penting sekali bagi stakeholder untuk hadir secara digital untuk memastikan interaksi di ruang digital bagi generasi penerus menjadi sehat.

Apalagi menurut penelitian, untuk anak muda atau generasi z saat ini menganggap agama adalah faktor yang sangat penting sebagai penentu kebahagiaan. Indonesia bahkan menempati posisi tertinggi di dunia dengan lebih dari 90% anak mudanya yakin bahwa agama berkorelasi dengan kebahagiaan.

Baca Juga: Punya Anak Perfeksionis? Begini Tips Mengasuhnya

Anak muda yang religius ini faktor yang penting sehingga harus dijaga sebagai modal bangsa, jangan justru diracuni dengan berbagai informasi seperti intoleransi bahkan radikalisme atas nama agama. Oleh karenanya, Alissa juga meminta sekolah, perguruan tinggi hingga dunia usaha berperan untuk bisa memupuk nilai nilai inklusifitas.

“Karyawan menghabiskan banyak waktu di kantor, maka lingkungan kantor akan bisa menjadi salah satu pembentuk nilai-nilai ini. Kita perlu memastikan bahwa iklim di dalam kantor, perusahaan atau pabrik itu memang menyuburkan nilai-nilai keberagaman,” ujarnya Kamis (18/8)

Dengan jumlah waktu di kantor hampir 8 jam maka dengan adanya ruang pertumbuhan nilai-nilai inklusi ini akan mengimbangi transformasi digital. Karyawan bisa menjadi pelurus nilai di rumah sehingga toleransi tetap terjaga, bagaimanapun hoax, intoleransi dan radikalisme menyeruak di ruang digital.

Baca Juga: Stop Bermain Sosial Media! Ini 4 Efek Buruk dari Terlalu Banyak Bermain Sosial Media!

Badrodin Haiti, Ketua Dewan Pembina Yayasan Muslim Sinar Mas menyampaikan masyarakat harus memupuk toleransi, menghargai perbedaan dan keberagaman. Oleh karena itu, hal yang mengancam keberagaman harus mulai ditinggalkan mulai dari hal kecil seperti diskriminasi di sekolah hingga radikalisme ideologi di kalangan mahasiswa dan intoleransi berdasarkan SARA, hingga pelaku pengeboman.

“Toleransi merupakan tonggak untuk hidup rukun, harmonis dan tentram,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News