Pendidikan

ITB Usul Literasi Visual sebagai Alat Pembelajaran Inklusif

ITB Usul Literasi Visual sebagai Alat Pembelajaran Inklusif

MOMSMONEY.ID - Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung atau FSRD ITB menyoroti peran seni, desain, dan literasi dalam mendukung pembelajaran anak-anak, khususnya mereka yang berkebutuhan khusus.

Ketua pelaksana kegiatan Wenny Yoselina, M.Ds. menjelaskan, seni, desain, dan literasi memiliki kekuatan transformatif dalam membuka akses pendidikan bagi semua anak.

"Menciptakan ruang di mana setiap anak merasa diterima dan dapat berkembang sesuai potensinya adalah sebuah keharusan," ujarnya dalam keterangan tertulis Senin (21/7). 

Salah satu fokus utama dalam forum ini adalah pengembangan media visual inklusif untuk proses belajar.

Dr. Riama Maslan Sihombing dari FSRD ITB menekankan pentingnya kolaborasi antara ilustrator, pendidik, terapis, dan orang tua.

Baca Juga: Ajak Anak Belajar Menabung, MSIG Life Bikin Board Game Keuangan

Ia mengusulkan pendirian Creative Hub for Inclusive Education (CHIE), sebuah platform untuk menciptakan media seperti buku anak dan alat bantu visual yang mendukung pendidikan inklusif di Indonesia.

Dari sisi akademik, Prof. Endang Rochyadi dari Universitas Pendidikan Indonesia mengkritik pendekatan integratif prosedural yang dinilai belum menyentuh kebutuhan anak secara holistik.

Dia menekankan perlunya penggunaan literasi multimodal dan ekspresi seni sebagai fondasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan suportif.

Pengalaman internasional juga turut memperkaya diskusi. Dr. Eunice Tan dari Singapore University of Social Science membagikan pendekatan strengths-based yang digunakan di Singapura.

Ia mencontohkan program ART\:DIS, yang mengangkat potensi artistik penyandang autisme untuk mendukung kesejahteraan dan peluang kerja mereka.

Baca Juga: Jangan Menyesal, Ayo Ajari Anak Pentingnya Literasi Keuangan Sejak Dini

Topik-topik lain yang dibahas meliputi desain buku anak yang inklusif, ilustrasi sebagai terapi, hingga strategi pengembangan literasi dengan pendekatan kreatif. Total 44 peserta terlibat sebagai pemakalah dan peserta poster dari berbagai kota di Indonesia serta Malaysia.

Simposium ini menjadi ruang berbagi gagasan lintas disiplin yang mendorong praktik pendidikan lebih adaptif. "Melalui simposium ini, kami berharap dapat melahirkan kolaborasi nyata untuk membangun ekosistem pendidikan yang benar-benar inklusif di Indonesia," tambah Wenny.

Pameran karya dan sesi diskusi yang menyertai acara turut menampilkan lembaga seperti PKBM, yayasan disabilitas, serta penerbit buku anak.

Dengan pendekatan lintas sektor, FSRD ITB ingin menempatkan seni dan desain sebagai bagian integral dari strategi pendidikan yang menjangkau semua anak.

Selanjutnya: Ini 6 Rekomendasi Drama Korea Populer Tentang Serangan Monster Mengerikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News