Santai

Kualitas Hidup Lebih Penting Dari Sekadar Usia panjang

Kualitas Hidup Lebih Penting Dari Sekadar Usia panjang

MOMSMONEY.ID - Masyarakat Indonesia lebih ingin memperbaiki kualitas hidup daripada sekadar memperpanjang usia hidup. Kesimpulan ini adalah hasil survei Asia Care Survey 2025 yang Manulife lakukan. Dari survei terungkap perubahan signifikan dalam cara masyarakat Indonesia dalam memaknai longevity (usia panjang). 

Survei ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin memprioritaskan kualitas hidup, termasuk kebebasan finansial, kesehatan fisik dan mental, serta kemampuan untuk hidup mandiri, dibandingkan sekadar memperpanjang usia hidup.

Sebanyak 56% responden Indonesia menyatakan bahwa kebebasan finansial dan kemampuan untuk tetap aktif secara fisik, mental, dan sosial lebih penting daripada hidup lebih lama. Hanya 6% yang memilih “memaksimalkan usia hidup” sebagai harapan utama mereka di masa tua.

“Konsep hidup sehat di usia lanjut telah berubah bagi masyarakat Indonesia. Usia panjang bukan hanya soal bertahan hidup lebih lama, tetapi tentang bagaimana menjalani hidup yang bermakna dan mandiri,” ujar Lauren Sulistiawati, Presiden Direktur Manulife Indonesia dalam keterangan tertulis, Rabu (30/7) 

Makna kesehatan kini berubah, yang lebih penting adalah dapat hidup mandiri, bukan sekadar bebas dari penyakit. Sebanyak 84% responden Indonesia sepakat bahwa menjadi sehat berarti mampu hidup mandiri dan melakukan hal-hal yang penting bagi mereka, bukan sekadar bebas dari penyakit. Hampir 64% dari kelompok usia 25–44 tahun sudah mulai mengalami masalah kesehatan fisik atau mental yang mempengaruhi gaya hidup mereka.

Baca Juga: 14 Daftar Menu Sarapan Terbaik untuk Menurunkan Berat Badan

Meskipun begitu, 82% responden merasa upaya menjaga kesehatan yang mereka lakukan sudah cukup—angka ini 20% lebih tinggi dari rata-rata di Asia. Namun, survei juga menunjukkan bahwa langkah pencegahan dan pemantauan kesehatan yang dilakukan masih belum merata dan belum menyeluruh.

Kebebasan Finansial Kunci untuk Menjaga Kualitas Hidup di Masa Tua

Survei ini juga mengungkapkan ketidaksesuaian antara persepsi dan kenyataan terkait kesiapan pensiun di kalangan masyarakat Indonesia. Meskipun 76% responden yakin bahwa mereka sudah berada di jalur yang tepat dalam mempersiapkan dana pensiun yang cukup, ternyata hampir setengah dari responden mengakui bahwa jika mereka kehilangan pekerjaan tetapnya hari ini, mereka hanya akan sanggup bertahan selama kurang dari setahun tanpa bantuan orang lain.


Meskipun jelas ada kebutuhan untuk mengembangkan kekayaan sebagai bekal pensiun, 73% responden Indonesia masih sangat mengandalkan uang tunai dan simpanan bank – yang porsinya secara rata-rata mencapai 49% dari total kekayaan mereka. Pendekatan konservatif ini dapat membatasi pertumbuhan jangka panjang, karena imbal hasilnya yang relatif lebih rendah.

“Menyimpan uang tunai secara berlebihan dan keengganan untuk berinvestasi pada instrumen yang memiliki potensi pertumbuhan, mencerminkan kebutuhan dalam literasi keuangan dan kepercayaan diri. Tanpa arahan atau bantuan yang tepat, banyak orang kehilangan kesempatan untuk membangun kekayaan jangka panjang dan menjamin masa depan mereka, " kata Afifa, CEO dan Presiden Direktur, Manulife Aset Manajemen Indonesia.

 

Selanjutnya: Resmi Buka UMK Digital Fest 2025, Telkom Pacu Semangat Go Digital untuk UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News