MOMSMONEY.ID - Pandemi boleh saja membuat banyak orang berduka. Baik duka karena sakit maupun duka karena bisnisnya merosot. Namun bagi Sebagian orang, pandemi covid-19 justru kesempatan untuk bangkit mencari peluang baru mengembangkan bisnis. Adalah Susi Rahmawati (40), pengusaha telur asin asal Desa Sujung, Tirtayasa, Kabupaten, Serang, yang kini berhasil membuka jaringan pemasaran online selama pandemi.
Adapun sebelum pandemi, Susi memasarkan bisnisnya secara konvensional. Susi menjual telur asin yang diproduksinya dengan cara datang langsung ke lokasi penampung. Namun kini, Susi tak perlu mengeluarkan energi ekstra lagi dengan mengantarkan telurnya sendiri, karena separuh dari penjualannya sudah dilakukan secara online. “Baik melalui marketplace maupun dilakukan melalui media sosial,” kata Susi.
Asal tahu saja, Susi saban hari mampu mendistribusikan 1.500 telur asin ke pelanggan. Hampir separuh dari pesanan itu dilakukan dengan cara memanfaatkan teknologi. “Ada untungnya juga covid-19, sehingga kami dapat kesempatan belajar cara pemasaran online dan mengenal marketplace melalui Rumah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BRI,” kata Susi.
Baca Juga: Kisah Mantan Pegawai Bank yang Sukses Bikin Sepatu Raja
Memang di awal pandemi, pendapatan Susi sempat drop karena turunnya pendapatan. Saat pesanan sepi, Ia memiliki banyak waktu untuk belajar di Rumah BUMN. Hal yang sama juga diceritakan oleh Rizki Pebriani, salah satu ibu rumah tangga di Pandeglang, Banten yang memiliki usaha pembuatan kerajinan handy craft dari limbah kayu dengan brand Kay Wood Work.
Saat pandemi terjadi, pesanan terhadap handy craft turun drastis. Sehingga, Rizki mulai menghabiskan banyak waktunya ikut kelas online yang diselenggarakan oleh Rumah BUMN di Serang. Dari kelas-kelas yang diikuti itulah, Rizki mendapatkan banyak pengetahuan untuk pengembangan produk kerajinannya.
Jika sebelumnya hanya memproduksi jam tangan dari kayu, kini Rizki juga memproduksi produk kerajinan berbentuk badak, yang merupakan hewan dilindungi yang ada di Banten. Kerajinan itu ternyata banyak diminati untuk jadi buah tangan dari Banten. Tak hanya itu, Rizki juga mendapatkan relasi bisnis dari kelas online yang kerap diikutinya. “Relasi semakin banyak, terkadang ada juga UMKM lain yang butuh panel kayu yang bisa saya penuhi. Ada semangat kolaborasi yang saya rasakan Ketika ikut komunitas pelatihan di Rumah BUMN BRI,” kata Rizki.
Pengalaman dari Susi dan Rizki ini hanyalah segelintir pengalaman dari UMKM yang mendapatkan manfaat dari kehadiran Rumah BUMN BRI. Selain menjadi pusat pelatihan UMKM, Rumah BUMN juga menjadi tempat membangun kolaborasi dan berelasi. “Tujuan dari Rumah BUMN BRI adalah meningkatkan kemampuan UMKM agar bisa naik kelas,” kata Agung Nugraha Fasilitator Rumah BUMN BRI Jakarta, Selasa (22/2).
Baca Juga: Covid-19 Menginspirasi Arana Bike Mengolah Bambu Menjadi Sepeda
Diantara peran yang akan dikembangkan Rumah BUMN BRI untuk UMKM itu adalah, Go Digital, Go Online dan Go Modern. Dalam hal go digital, UMKM yang sudah lama melakoni bisnis offline, bisa memanfaatkan media sosial untuk melakukan pemasaran dan juga branding. Adapun go online, UMKM yang selama ini focus offline, bisa memasarkan produknya melalui sarana online lewat marketplace.
Kemudian ada Go Global, dimana UMKM yang dibina dipersiapkan untuk ekspor ke mancanegara. “Selanjutnya Go Modern, UMKM tersebut dilatih mengelola usaha secara modern, dengan sistem keuangan modern,” ungkap Agung.
Yang menarik, narasumber yang didatangkan oleh Rumah BUMN bukanlah narasumber kaleng-kaleng. Agung memberi contoh, narasumber untuk pelatihan go online dipandu oleh narasumber dari Shopee. Selain menyediakan pelatihan bagaimana membuka akun, merawat akun, mengelola akun hingga tips melakukan transaksi. “Tips-tips agar bisa mendapatkan konsumen juga diberikan oleh tim Shopee,” kata Agung.
Dari hasil pelatihan itulah, banyak UMKM yang selama ini hanya menjalankan bisnis secara konvensional mulai mendapatkan akses pasar lebih luas. Susi misalnya, jika dulu hanya tahu berjualan secara konvensional, kini sudah memiliki rantai distribusi di marketplace dan juga melalui media sosial.
Binaan bertambah
Perlu diketahui, Rumah BUMN lahir lewat Surat Menteri BUMN RI Nomor S-1046/MBU/12/2016 Perihal Pembangunan Rumah Kreatif BUMN. Tujuan dari Rumah BUMN dalam surat tersebut adalah, sebagai wadah dan kolaborasi BUMN dalam membentuk Digital Economy Ecosystem melalui pembinaan UMKM dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UMKM.
Baca Juga: Simak Peluang Bisnis Sedotan Ramah Lingkungan yang Digemari Para Turis
Sejak berdiri sampai sekarang, jumlah Rumah BUMN sudah mencapai 53 unit yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Adapun UMKM yang dibina oleh Rumah BUMN juga bertambah setiap tahunnya. Tahun 2019 tercatat ada 326.085 UMKM yang mendapatkan pembinaan, kemudian naik menjadi 343.332 UMKM. Jumlahnya naik lagi di tahun 2021 dengan jumlah 359.016 UMKM.
Untuk program ini, Kementerian BUMN menyediakan 71 orang fasilitator, dan salah satunya adalah Agung. Selain memberikan pelatihan untuk pengembangan UKMM tersebut, Rumah BUMN juga memberikan konsultasi kepada anggota yang bergabung dalam Rumah BUMN. Konsultasi itu tidak hanya soal pengembangan usaha, termasuk soal perizinan, hak cipta hingga soal pendanaan. “Dari Bank BRI sendiri ada banyak fasilitas pembiayaan, dan itu kami sampaikan semua ke anggota yang bergabung,” kata Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News