Santai

Kemenkes Sebut Ada Potensi Peningkatan Kasus DBD Saat Kemarau

Kemenkes Sebut Ada Potensi Peningkatan Kasus DBD Saat Kemarau

MOMSMONEY.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau pada Juli dan Agustus 2024. Di tengah musim kemarau, masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan, kemarau diperkirakan akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Sebab, nyamuk akan sering menggigit ketika suhu meningkat.

“Jadi, kita dapat penelitian, waktu suhunya 25 derajat celcius itu nyamuk menggigitnya 5 hari sekali. Tapi, kalau suhunya 20 derajat celcius, nyamuk akan menggigit 2 hari sekali. Ini dapat meningkatkan potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi,” kata Imran seperti dikutip dari situs Kemenkes, Senin (17/6).

Menurut Imran, kasus DBD di Indonesia pun mengalami pemendekan siklus, yang mengakibatkan peningkatan Incidence Rate (IR) dan penurunan Case Facility Rate (CFR). Menurutnya, siklus tahunan pun memendek dari 10 tahun menjadi 3 tahun, bahkan kurang. Menurutnya, ini disebabkan oleh fenomena El Nino.

Kasus DBD berhasil diturunkan sekitar 35% pada 2023 dan awal 2024. Namun, pada minggu ke-22 2024, kasus DBD kembali mengalami kenaikan mencapai 119.709 kasus. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada 2023 yang mencapai 114.720 kasus.

“Jumlah kasus DBD saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus di tahun 2023,” kata Imran.

Baca Juga: Penuh Manfaat, Intip 5 Khasiat Daging Kambing yang Jarang Diketahui Ini

Meski terjadi kenaikan kasus DBD, tetapi jumlah kasus kematian akibat DBD menunjukkan penurunan. Pada 2023, jumlah kematian akibat DBD mencapai 894 kasus, sedangkan pada 2024 minggu ke-22 terdapat 777 kasus kematian.

Menurut Imran, kunci penanganan yang dilakukan di DKI Jakarta, adalah  begitu terdeteksi demam berdarah langsung masuk ke rumah sakit untuk diopname. Pasalnya, bila pulang ke rumah, menurutnya ini akan sulit dilakukan pemantauan. "Itulah kunci untuk menurunkan case facility rate seminimal mungkin,” lanjut Imran.

Berdasarkan data distribusi kasus DBD sesuai kelompok umur dalam tiga tahun terakhir, kelompok umur 15 hingga 44 tahun merupakan kelompok yang paling banyak terkena DBD dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan, untuk kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok umur 5 hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan.

Pada 2024, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi, yaitu Bandung, Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Sementara itu, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus dengan IR tertinggi, yaitu Kendari, Gianyar, Kutai Barat, Klongkong, dan Tomohon.

Kasus kematian DBD terbanyak pada 2024 terjadi di lima kabupaten/kota, yaitu Bandung, Klaten, Subang, Kendal, dan Jepara. Sedangkan CFR tertinggi terdapat di lima kabupaten/kota yaitu Tidore Kepulauan, Purworejo, Mandailing, Barru, dan Surakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News