MOMSMONEY.ID - Cuaca yang makin sulit diprediksi membuat risiko bencana seperti banjir semakin nyata di berbagai daerah Indonesia. Dalam kondisi seperti ini, memiliki asuransi bencana menjadi langkah penting untuk menjaga stabilitas keuangan dan melindungi aset keluarga.
Mega (28), warga Denpasar, Bali, merasakan langsung dampak banjir besar yang melanda wilayahnya beberapa waktu lalu.
"Selama kami tinggal di daerah sana, banjir kemarin merupakan yang terparah selama 25 tahun,” ujarnya. Ia memperkirakan kerugiannya mencapai jutaan rupiah, semuanya ditanggung dari tabungan pribadi karena tidak memiliki asuransi.
Menurut Aryawan Eko, Independent Financial Planner banyak masyarakat belum memahami bahwa perlindungan terhadap bencana alam sebenarnya bisa didapatkan melalui perluasan manfaat dari asuransi yang sudah ada.
Baca Juga: Allianz Life Proyeksikan Produk Asuransi Tradisional Masih Berpotensi Tumbuh
“Asuransi bencana itu bukan produk tersendiri, melainkan tambahan dari asuransi rumah atau kendaraan yang bisa diperluas agar menanggung kerugian akibat banjir,” jelasnya.
Eko menambahkan, keputusan untuk membeli asuransi tambahan bencana bisa disesuaikan dengan tingkat risiko dan kemampuan finansial masing-masing.
“Kalau tinggal di daerah rawan banjir, sebaiknya pertimbangkan untuk menambah perlindungan. Premi memang sedikit lebih tinggi, tapi jauh lebih ringan dibanding biaya perbaikan atau penggantian barang setelah bencana,” ujarnya Selasa (14/10).
Kesadaran masyarakat terhadap asuransi masih tergolong rendah.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 oleh OJK, literasi keuangan masyarakat Indonesia memang meningkat menjadi 66,46%, namun literasi di sektor asuransi baru mencapai 45,45%, dengan tingkat inklusi hanya 28,50%.
Baca Juga: Allianz Utama Proyeksikan Premi Asuransi Kendaraan Akan Tumbuh hingga Akhir Tahun Ini
Data dari PT Reasuransi MAIPARK Indonesia (MAIPARK) juga menunjukkan hanya sekitar 0,1% dari total 64 juta rumah di Indonesia yang memiliki asuransi properti.
Ketimpangan ini sangat mengkhawatirkan mengingat besarnya potensi kerugian ekonomi akibat bencana. Berdasarkan analisis Badan Pusat Statistik (BPS), banjir menjadi bencana paling sering terjadi dengan lebih dari 1.400 kejadian sepanjang 2024 dan potensi kerugian ekonomi hingga lebih dari Rp500 triliun.
Direktur & Chief Technical Officer Allianz Utama Indonesia, Ignatius Hendrawan, mengatakan masih banyak masyarakat dan pelaku bisnis yang memahami pentingnya pengelolaan keuangan, tetapi belum menjadikan asuransi sebagai bagian dari strategi perlindungan aset.
"Padahal, tanpa proteksi, kerugian akibat bencana bisa berlipat ganda dan menghentikan aktivitas usaha secara tiba-tiba yang tentunya akan mengganggu kesinambungan usaha dan pada ujungnya berdampak pada ekonomi," katanya.
Sebagai bagian dari upaya memperkuat mitigasi risiko, Allianz Utama Indonesia memiliki Property All Risk dengan cakupan perlindungan mulai dari kerusakan aset rumah dan bisnis hingga perluasan untuk risiko banjir dan bencana alam lainnya.
Melihat semakin seringnya bencana terjadi, Eko menekankan pentingnya kesadaran finansial sejak dini.
“Kita tidak bisa menghindari banjir, tapi kita bisa mempersiapkan diri agar tidak kehilangan segalanya,” ujarnya.
Selanjutnya: Saham Big Banks Melemah pada Penutupan Bursa Rabu (15/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News