MOMSMONEY.ID - Berikut ini perbedaan gangguan seksual dan disfungsi seksual yang perlu Anda tahu. Mari simak.
Berbicara mengenai seksualitas masih kerap dianggap tabu dalam budaya Indonesia. Obrolan maupun edukasi seputar seks juga masih perlu ditingkatkan.
Tidak heran, tidak banyak juga orang yang bisa terbuka untuk membahas permasalahan tentang seksualitasnya. Padahal, Psikolog Ellia Feeber dalam artikelnya di laman Kayrossconsulting mengatakan, kebutuhan seks adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.
Seperti juga dikutip dari teori motivasi Maslow, kebutuhan seks berada dalam kebutuhan dasar, serta digerakkan oleh libido (energi seksual) yang ada pada manusia menurut Sigmund Freud.
"Oleh sebab itu, tidak salah bila kita mengenal perilaku seksual dan masalah yang ada, karena ternyata masalah seksual bisa juga berakar dari masalah yang kita hadapi sehari-hari," tulis Ellia.
Namun, penting Anda untuk mengetahui perbedaan antara disfungsi seksual dengan gangguan perilaku seksual. Disfungsi seksual artinya ketidakmampuan seseorang untuk merespons sehingga seseorang kesulitan mendapatkan kepuasan seksual.
Baca Juga: 5 Jenis Intimasi Selain Seks yang Bikin Hubungan Makin Kuat dan Langgeng
Hambatan dalam relasi seksual tersebut biasanya ada pada fase-fase seksual. Fase seksual adalah sebuah model perubahan antara kebutuhan fisik dan emosional yang dialami dalam sebuah hubungan seks.
Biasanya, pria dan wanita memiliki fase-fase seperti libido (desire, keinginan), arousal (excitement), orgasme dan resolusi. Disfungsi seksual, misalnya, terjadi pada desire (kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual), pada pria misalnya ejakulasi dini dan kesulitan orgasme pada wanita
Ellia menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan disfungsi seksual, seperti misalnya kondisi sakit atau fisik tertentu maupun karena efek samping obat-obatan tertentu.
Apabila Anda mengalami disfungsi seksual, jangan ragu untuk mengkonsultasikannya kepada profesional agar bisa segera ditangani dan tidak terjadi kerenggangan dalam rumah tangga.
Sedangkan gangguan perilaku seksual, yang seringkali disebut dengan parafilia artinya adalah beberapa perilaku tidak umum untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Hal ini lebih banyak melibatkan gangguan emosi yang didorong dengan adanya fantasi-fantasi tertentu, yang terjadi paling sedikit selama 6 bulan, dan hal ini sudah menyebabkan masalah dalam fungsinya sehari-hari.
Baca Juga: Pasutri Wajib Tahu, Ini Cara Alami Meningkatkan Libido Seks yang Layak Dicoba
Perilaku dari seseorang yang memiliki gangguan seksual dapat dikelompokkan, sebagai berikut:
- Voyeurism (mengintip). Kepuasan seksual didapat dengan melihat orang lain tanpa busana, maupun melihat aktivitas seksual orang lain.
- Exhibionism (menunjukkan). Seseorang cenderung menunjukkan alat genital nya kepada orang lain, tanpa perlu kenal dengan orang tersebut, untuk mendapatkan kepuasan seksualnya.
- Frotteurism. Mendapatkan kepuasan seksual dengan menggesekan atau menyentuh orang lain alat genitalnya.
- Masochism. Mendapatkan kepuasan seksual saat dirinya dipermalukan, dipukul, atau menderita saat berhubungan seksual.
- Sadism. Melakukan kekerasan fisik kepada pasangan agar mendapatkan kepuasan seksual.
- Pedophillia. Memiliki gairah seksual kepada anak-anak, biasanya pada anak usia 13 tahun ke bawah, sedangkan ia sendiri berusia 16 tahun ke atas atau 5 tahun lebih tua dari korbannya.
- Fetishism. Kepuasan seksual didapat melalui benda-benda mati seperti celana dalam, maupun misalnya melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak sadar atau orang berkemih.
- Trasvetism. Membangkitkan gairah seksualnya dengan cara menggunakan pakaian lawan jenis.
- Gangguan parafilia lainnya, seperti misalnya scatologia (gairah karena bertelepon), zoophilia (terhadap binatang), coprophilia (terhadap feses) dan lain sebagainya.
Selanjutnya: Harga Emas Dekati Rekor Baru, Saham Pertambangan Emas Bergerak Variatif Jumat (3/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News