MOMSMONEY.ID - Terlepas dari konflik merek dagang yang lagi ramai antara PS Glow dan MS Glow, tentu masih tetap menarik jika kita menengok kisah Gilang Widya Permana membangun bisnis Juragan 99 Corp di Malang, Jawa Timur.
Gilang lahir di Probolinggo, Jawa Timur 4 Mei 33 tahun silam. Ia lahir dari keluarga yang memiliki latar belakang pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mulai dari ayah hingga kakeknya berprofesi sebagai abdi negara.
Kondisi tersebut tak pelak membuat Gilang kecil juga memiliki keinginan menjadi PNS meneruskan tradisi keluarga. Namun ternyata memasuki sekolah menengah atas (SMA), ayah Gilang mengatakan agar dirinya tidak usah menjadi PNS.
"Saat itu ayah bilang, sebaiknya menjadi pengusaha saja, karena kalau menjadi PNS ya kondisinya kurang begitu bisa berkembang," kenangnya.
Maka, Gilang pun dididik sejak remaja agar bisa mandiri. Meski fasilitas ada, orangtuanya menekankan Gilang agar berusaha sendiri. Bahkan ketika hendak melanjutkan kuliah, ia diharuskan bisa masuk universitas negeri karena kalau ke swasta ia harus membiayai kuliah sendiri. Akhirnya Gilang bisa melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang, Jawa Timur.
Di dunia kampus lah, semangat dan insting bisnis Gilang terasah. Ia banyak berdiskusi dan membaca kisah sukses para pengusaha muda baik lokal maupun internasional. Gilang juga mulai mendapat uang saku tambahan dari bekerja menjadi tour leader dalam sebuah bisnis travel milik rekannya. Di situ ia banyak belajar bagaimana berkomunikasi dengan berbagai tipe orang dan juga mendapatkan wawasan bisnis dari pemilik travel.
Selepas lulus kuliah, Gilang sempat bekerja di Bank Danamon sebagai marketing. Namun hal itu ia lakukan untuk memastikan ada pemasukan bulanan dan bukan cita-citanya menjadi karyawan.
Memulai dari cuci motor
Selama menjadi pegawai, Gilang pun mulai mencoba bisnis. Usaha pertama yang ia lakukan ialah cuci motor dan mobil. Awalnya, ia mendapatkan klien sekitar hanya 50 orang saban bulannya dan mendapatkan omzet sekitar Rp 1,2 juta saja per bulan.
Tak menyerah, Gilang pun terus berusaha mengembangkan usahanya. Sampai suatu saat sedang booming cuci motor menggunakan alat salju (snow wash). Ia pun memberanikan diri mencobanya dan menjadi pengguna pertama di Probolinggo.
Ternyata, upaya Gilang sukses. Omzet dan pengunjungnya pun meningkat drastis. Saat itu omzetnya bisa melonjak 300%.
Tidak puas sampai di situ, melihat peluang lain, Gilang pun mencoba mengikuti tender dari pemerintah daerah (pemda) untuk menyediakan perlengkapan usaha cuci motor untuk pemuda karang taruna se-Probolinggo.
Ia pun melakukan presentasi dan mampu meyakinkan pihak pemda. Ia pun berhasil mendapatkan tender 50 paket usaha cuci motor.
Tanpa modal cukup, Gilang pun mencoba melobi pihak supplier alat agar bisa dibayar secara mencicil setelah dana usaha turun. "Ya saat itu ga punya modal sebenarnya," ujarnya.
Saat usaha makin berkembang, Gilang pun memberanikan diri menikah saat usia 23 tahun. Ia menikah dengan wanita yang dikenalnya saat menjadi tour leader beberapa tahun silam.
Mencoba bisnis keset
Gilang juga masih menyempatkan waktu untuk membuat bisnis lainnya. Gilang melihat peluang dari membuat dan menjual keset dari kain perca. Ia mengambil kain perca dari penjual di pasar sekitaran Malang dengan harga Rp 400 per kg.
Aksinya ini membuat rumah miliknya kelihatan sangat berantakan dan sempat membuat sang istri marah. "Istri sempet keberatan karena rumah jadi berantakan," ungkapnya sambil tertawa.
Untuk membantu membuat kain perca, ia sekaligus memberdayakan karyawan cuci motornya. Mereka diberi upah Rp 1.000 per keset. Total biaya produksi sebesar Rp 3.000 per keset. Lumayan, Gilang menjualnya seharga Rp 5.000 per keset.
Seiring berjalannya waktu, kondisi bisnis cuci motor mengalami stagnasi. Maka Gilang pun putar otak untuk bisa terus mempertahankan bisnisnya. Apalagi saat itu sang istri sedang hamil dan kerap memaksanya untuk menjadi PNS.
Namun Gilang tetap teguh dengan pendiriannya. Ia yakin dengan menjadi pebisnis maka jalan sukses pasti akan terbuka lebar.
Sampai suatu waktu, lewat kenalan masa kecilnya, Gilang mendapatkan kesempatan untuk berbisnis transportasi darat lewat usaha sewa menyewa bus. Ia menilai ceruk pasar bisnis transportasi ke depan akan kian mengkilap mengingat maraknya pembangunan jalan tol dan infrastruktur jalan.
Mulai bisnis transportasi
Dengan modal sendiri plus ditambah hasil pinjaman, ia memulai bisnis tersebut dengan 5 unit bus sasis mercy dan karoseri Adiputro. Beruntung ia memiliki jaringan luas lewat pertemanan di kampus, konsumen waktu di bisnis travel, kemudian rekanan di pemda hingga langganan cuci motor. Dalam waktu dua bulan, usaha penyewaan bus milik Gilang tumbuh pesat. Ia pun memberi label usahanya dengan Juragan 99.
Dalam waktu setahun, ia mampu menambah armadanya hingga tiga kali lipat. Usaha bus nya mampu melayani trayek wisata seluruh Indonesia, meski fokus utamanya masih di Jawa.
Dengan memanfaatkan marketing online dan offline, bisnis transportasi milik Gilang kian moncer. Biasanya, secara omzet, usaha Gilang akan melonjak pada momen-momen tertentu. "Biasanya saat liburan sekolah, Lebaran dan akhir tahun," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News