Santai

Humanis: Aksi Iklim yang Adil Harus Sensitif Gender

Humanis: Aksi Iklim yang Adil Harus Sensitif Gender

MOMSMONEY.ID - Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis) memandang perlu adanya keadilan gender dalam aksi iklim. Untuk itu, Humanis menyelenggarakan hajatan yang bertajuk Ruang Setara dan Lestari pada 13-14 Juni 2025.

Inisiatif ini untuk memastikan cerita-cerita mengenai perempuan dalam krisis iklim ini tak terlewatkan atau dilupakan. Acara ini sengaja dirancang sebagai wadah kolaborasi antar organisasi dan komunitas gender dan iklim untuk berkumpul,

Ruang Setara dan Lestari tak hanya menghadirkan cerita dari serangkaian diskusi, namun juga Pameran Komunitas, pameran seni “Merawat Keresahan Bumi”, penayangan film “Mendadak Sinema”, panggung seni “Panggung Setara”, bahkan rangkaian permainan interaktif dengan pengunjung yang datang seperti acara “Tur Tara Tari”.

Di Ruang Setara dan Lestari, pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa aksi iklim yang adil harus sensitif gender, harus melibatkan seluruh pemangku hak, termasuk perempuan.

Berkolaborasi dengan lebih dari 20 organisasi dan komunitas yang bergerak di isu gender dan iklim, Ruang Setara dan Lestari hadir sebagai ruang alternatif untuk menggaungkan inisiatif dan aksi iklim yang sensitif gender dan tidak melupakan orang-orang yang selama ini terpinggirkan. 

Krisis iklim, atau lebih sering dikenal sebagai perubahan iklim, tak serta merta adil. Peninggalan dari sejarah panjang kolonialisme ditambah lagi dengan model ekonomi yang mengutamakan ekstraktivisme memperlebar kesenjangan yang memang sudah ada. Tak jarang orang-orang dengan andil paling kecil dalam krisis iklim malah jauh lebih parah terdampak akibat kerusakan alam. 

Perempuan, dengan segala ragam identitasnya, adalah salah satu kelompok yang paling terdampak krisis iklim. Perempuan adalah kelompok yang lebih cenderung bergantung kepada hasil pertanian dan sumber daya alam untuk penghidupan mereka, dan seringkali juga keluarga mereka. 

Karena budaya patriarki juga, perempuan bertanggung jawab untuk menyediakan makanan dan air bersih untuk keluarga. Di daerah terpinggirkan, kelangkaan air karena krisis iklim lebih membebani perempuan yang harus berjalan lebih jauh, memasuki daerah yang lebih rawan,hanya untuk mendapatkan air bersih untuk keluarganya.

Walaupun paling terdampak, perempuan seringkali disingkirkan dalam pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan mengenai iklim. Kebijakan iklim menjadi tak sensitif gender. Misalnya, ketika bencana alam terjadi, perempuan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan penanggulangan bencana Akibatnya, banyak upaya adaptasi dan mitigasi terhadap krisis iklim yang tak mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan atau malah memperparah kesenjangan.

Baca Juga: Penetapan OVNI di Kawasan Industri Ciptakan Iklim Investasi Kondusif

Dalam acara Puan Bercerita di Ruang Setara dan Lestari, Asmania dari Perempuan Pulau Pari bercerita, sebagai perempuan yang berjuang, tantangannya tidak hanya dari luar. Seringkali, suara perempuan dipandang sebelah mata. "Ketika rapat, hanya disuruh menyeduh kopi,” kata Asmania. 

Cerita serupa diutarakan oleh Iren Fatagur, perempuan adat Keerom dari FAMM Indonesia. “Ketika menyuarakan pendapat, saya pernah mendengar, perempuan jangan berbicara, lelaki sudah membuat keputusan,” kata Iren. 

Namun hambatan struktural dan budaya ini tak menghalangi banyak perempuan seperti Iren dan Asmania untuk melakukan inisiatif iklim dan menjadi tonggak perubahan untuk komunitasnya. Asmania mengorganisir dan membentuk kelompok Perempuan Pulau Pari, yang menanam bakau untuk mencegah abrasi dan membersihkan pantai untuk pariwisata warga.

Iren juga memiliki inisiatif untuk menanam bersama Mama-Mama di Keerom untuk menanam, membuat obat tradisional, hingga akhirnya perempuan di Keerom terlibat dalam musyawarah di kampung.

Farwiza Farhan perempuan yang juga aktif dalam isu iklim, dari Yayasan HAkA, berujar bahwa perempuan harus menjadi perempuan keras kepala yang percaya bahwa perubahan itu juga milik perempuan. 

Selanjutnya: Laut Obi Banyak Ikan Jumbo, Para Peserta Turnamen Mancing Harita Dapat Hingga 94 Kg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News