MOMSMONEY.ID - Harga emas hari ini melanjutkan kenaikan untuk hari yang kelima. Logam mulia menguat, karena investor menghindari risiko dengan menjauhi saham-saham Asia di tengah kekhawatian terhadap prospek perusahaan teknologi yang banyak berinevstasi dalam kecerdasan buatan (AI).
Mengutip Bloomberg, Senin (15/12) pukul 12.58 WIB, harga emas spot diperdagangkan US$ 4.343,08 per troi ons. Harga emas hari ini naik 1%, setelah naik lebih dari 2% minggu lalu.
Pasar saham Asia jatuh pada Senin, seiring dengan meredanya selera risiko global. Pasalnya, pasar meragukan kemampuan perusahaan teknologi untuk mempertahankan pertumbuhan valuasi yang tinggi dan pengeluaran yang agresif untuk kecerdasan buatan.
Hal ini menambah daya tarik emas sebagai aset safe haven di minggu perdagangan penuh yang terakhir tahun ini.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Senin 15 Desember 2025 Naik
Para pendukung emas juga bertaruh pada pelonggaran moneter lebih lanjut di AS di tahun depan, setelah Federal Reserves memotong suku bunga yang ketiga berturut turut pada pekan lalu.
Dalam sebuah wawancarta dengan Wall Street Journal pada Jumat, Presiden AS Donald Trump menyerukan penurunan suku bunga agresif dan mengatakan dia berharap Ketua Fed berikutnya untuk berkonsultasi dengannya tentang kebijakan moneter. Ia menyebut Kevin Hasset, dan Kevin Warsh sebagai calon wakil ketua pilihan terbaik untuk pengganti Jerome Powell.
Tahun ini, harga emas telah melonjak lebih dari 60%, dan berada pada jalur kenaikan terbaik sejak 1979. Lonjakan harga didukung peningkatan pembelian oleh bank sentral dan penarikan dana investor dari obligasi pemerintah dan mata uang. Kepemilikan dalam dana berbasis emas yang diperdagangkan di bursa (ETF) telah meningkat setiap bulan, kecuali Mei, menurut World Gold Council.
Baca Juga: Harga Emas Global Reli Empat Hari, Menuju Kenaikan Mingguan 2%
"Kami masih memperkirakan pembelian berkelanjutan oleh bank sentral bersamaan dengan aliran dari investor swasta di bawah pelonggaran kebijakan Fed, akan mendorong harga emas hingga US$ 4.900 pada akhir 2026," kata Lina Thomas, analis Goldman Sachs Gourp Inc. dalam catatan, mengutip Bloomberg, Senin.
Goldman Sachs menyatakan bahwa akumulasi yang tinggi oleh bank sentral merupakan tren multi tahun dan kembali memperkirakan pembelian rata-rata bulanan sebesar 70 ton pada 2026.
Selanjutnya: Indonesia Mulai Mengembangkan Produksi Obat Berbasis Plasma
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News