Bugar

Gagal Ginjal Akut pada Anak Terjadi Setiap Tahun, Kenapa Tahun Ini Kasus Melonjak?

Gagal Ginjal Akut pada Anak Terjadi Setiap Tahun, Kenapa Tahun Ini Kasus Melonjak?

MOMSMONEY.ID - Sejatinya, kasus gagal ginjal akut pada anak terjadi setiap tahun. Tapi, kenapa tahun ini kasus melonjak tinggi?

Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan M. Syahril, kasus gagal ginjal akut pada anak terjadi saban tahun. Tapi, jumlahnya sedikit, hanya 1-2 kasus setiap bulan. 

"Kasus gangguan ginjal akut baru menjadi perhatian pemerintah setelah terjadi lonjakan pada Agustus, dengan jumlah kasus lebih dari 35 kasus," katanya, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Kamis (27/10). 

"Sama halnya seperti kasus hepatitis akut yang tiba-tiba juga melonjak, walau setiap tahun ada kasus," ujar dia.

Baca Juga: Ini Daftar Obat Sirup yang Boleh Tenaga Kesehatan Resepkan dan Apotek Jual Bebas

Lalu, kenapa baru kali ini terjadi lonjakan? Syahril bilang, pemerintah menduga akibat ada cemaran senyawa kimia pada obat tertentu yang saat ini sebagian sudah teridentifikasi.

Hanya, Kementerian Kesehatan bergerak cepat di samping melakukan surveilans atau penyelidikan epidemiologi, terus melakukan penelitian untuk mencari sebab penyebab gagal ginjal akut. 

Misalnya, Kementerian Kesehatan sudah menyingkirkan kasus yang disebabkan infeksi, dehidrasi berat, perdarahan berat, termasuk keracunan makanan dan minuman.

Dan, dengan upaya itu, Kementerian Kesehatan bersama IDAI dan profesi terkait telah menjurus kepada salah satu penyebab, yakni ada keracunan atau intoksikasi obat.

"Jadi, kasus gangguan gagal ginjal bukan disebabkan oleh Covid-19, vaksinasi Covid-19, atau imunisasi rutin," ungkap Syahril.

Baca Juga: Obat Gagal Ginjal Akut akan Diberikan Gratis

Selain upaya pencegahan, Kementerian Kesehatan juga telah mendatangkan antidotum Fomepizol sebagai panawar gagal ginjal akut pada anak.

"Pemerintah sudah mendatangkan obat antidotum Fomepizol dari Singapura sebanyak 26 vial dan dari Australia sebanyak 16 vial," kata Syahrial.

"Selanjutnya, akan mendatangkan ratusan vial dari Jepang dan Amerika Serikat. Penawar ini akan segera didistribusikan ke rumahsakit rujukan pemerintah dan obat ini gratis," tegasnya.

Dari hasil pemberian obat Fomepizol di RSCM, 10 dari 11 pasien terus mengalami perbaikan klinis. Tidak ada kematian dan tidak ada perburukan lebih lanjut. 

Baca Juga: Waspada! Kematian Akibat Gagal Ginjal Akut di Indonesia Tertinggi di Dunia

Anak sudah mulai dapat mengeluarkan air seni. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kadar etilen glikol (EG) dari 10 anak tersebut sudah tidak terdeteksi lagi.

Sebagai tindak lanjut hasil pengujian dan pengumuman oleh BPOM, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran yang membolehkan lagi penggunaan 156 obat sirup.

Obat-obatan di luar 156 obat sirup tersebut untuk sementara tetap dilarang digunakan sampai dengan pengumuman pemerintah lebih lanjut.

"Momen ini menjadi sarana kita untuk melakukan edukasi, khususnya bagi yang memiliki anak hingga usia balita, untuk tidak memberikan obat tanpa resep atau tanpa konsultasi kepada tenaga kesehatan," imbuh Syahrial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News