MOMSMONEY.ID - Produsen pesawat Boeing melaporkan kinerja kuartal II-2025 di atas ekspektasi pasar. Di bawah chief executive officer (CEO) baru Kelly Ortberg yang dipilih sejak Agustus tahun lalu, Boeing juga memangkas bakar uang atau cash burn yang menghantui perusahaan selama ini.
Boeing melaporkan penjualan US$ 22,7 miliar di akhir kuartal II-2025 (April-Juni), tumbuh 35% dari periode yang sama tahun lalu. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari perkiraan analis di Bloomberg di US$ 21,68 miliar.
Meskipun, perusahaan membukukan rugi operasional US$ 176 juta, lebih besar daripada perkiraan pasar US$ 161,1 juta, Boeing membukukan rugi per saham US$ 1,24, lebih baik dibanding perkiraan pasar yaitu US$ 1,4.
Selain itu, cash burn Boeing tercatat sebesar US$ 200 juta selama kuartal tersebut. Ini adalah perbaikan besar dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 2,3 miliar atau setahun sebelumnya (year on year) yang sebesar US$ 4,3 miliar.
"Perubahan fundamental yang kami lakukan untuk memperkuat keselamatan dan kualitas terlihat, seiring operasional yang lebih stabil, kualitas pesawat yang lebih biak dan peningkatan layanan kepada pelanggan," kata Ortberg dalam rilis resminya.
Dia bilang, ke depan, Boeing tetap fokus untuk membangun kepercayaan kembali dan terus maju dalam pemulihan, meskipun menghadapi situasi global yang penuh dinamika.
Dalam memonya kepada pegawai Boeing, Ortberg mengatakan, jika dapat melanjutkan kinerja baik ini dan fokus paa keamanan, kualitas, dan stabilitas, bukan tidak mungkin tahun 2025 menjadi tahun kebangkitan perusahaan.
Baca Juga: Produsen Sepatu Hoka Panen Laba dari Penjualan mancanegara
Boeing, salah satu produsen pesawat terbesar dunia tengah memperbaiki kembali citranya. Juni lalu, pesawat Boeing 787-8 Dreamliner Boeing menghantam kawasan pemukiman padat di Ahmedabad, India. Sebelumnya, terjadi insiden ledakan penutup pintu. Sejak 2024, dikabarkan, terjadi 19 kecelakaan fatal Boeing dengan korban 422 orang.
Belum lagi masalah dengan pemasok, pengaduan lewat whistle blower terkait pesawat 737 Max dan pesawat berbadan lebar 787 Dreamliner. Hal ini menekan CEO sebelumnya Dave Calhoun, yang akhirnya harus memberikan tampuk jabatannya kepada Ortberg pada Agustus lalu.
Penjualan pesawat
Ortberg memulai kepemimpinannya dengan memperlambat laju produksi pesawat untuk mengatasi isu terkait produksinya. Namun, di semester pertama tahun ini, kinerja penjualannya sudah mengebut.
Boeing mengirim 150 pesawat di periode kuartal II, dan menjadikannya total 280 unit sepanjang semester I (Januari-Juni). Penjualannya lebih banyak 60% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sebagai perbandingan, Pada kuartal II-2024, Boeing menjual 92 unit dan total 175 unit sepanjang enam bulan pertama tahun lalu.
Baca Juga: Garuda Indonesia Baru Terima 1 Pesawat, 49 Boeing Lainnya Dijadwalkan 2031
Boeing menaikkan tingkat produksi pesawat 737 menjadi 38 per bulan dan berencana mengereknya lagi hingga 42 unit per bulan. Sementara tingkat produksi pesawat 787 sebanyak 7 unit per bulan.
Sepanjang kuartal II lalu, divisi pesawat komersial Boeing mengirimkan 150 unit pesawat serta mendapatkan pesanan 455 pesawat.
Salah satunya, pengiriman satu unit kepada Garuda Indonesia, dan sisanya 49 pesawat dijadwalkan pada 2031 mendatang.
Sedangkan pesanan baru ini antara lain 120 unit seri 787 dan 30 unit seri 777-9 dari Qatar Airways, sebanyak 32 unit 787-10 dari British Airways. Ini menyebabkan backlog pesawat Boeing mencapai 5.900 pesawat dengan nilai sekitar US$ 522 miliar.
Selanjutnya: Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Produk UBS dan GALERI 24 Rabu (30/7) Kompak Turun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News