InvesYuk

Produsen Sepatu Hoka Panen Laba dari Penjualan mancanegara

Produsen Sepatu Hoka Panen Laba dari Penjualan mancanegara

MOMSMONEY.ID - Deckers Outdoor Corp (Deckers Brands) menutup kinerja kuartal pertama tahun fiskal 2026 di akhir Juni lalu dengan gemilang. Penjualan sepatu olahraga Hoka dan boots UGG di mancanegara telah mendorong kinerja perusahaan selama periode tersebut. 

Deckers yang menyebut perusahaannya sebagai produsen sepatu, pakaian, dan aksesori inovatif mencatatkan penjualan US$ 964,5 juta sepanjang April-Juni tahun fiskal 2026 (kuartal I-2026) atau jika dihitung dengan kurs rupiah sekitar Rp 15,8 triliun. 

Kinerja penjualan ini naik 16,9% berbanding periode yang sama untuk fiskal 2025 (kuartal I-2025) yang sebesar US$ 825,3 juta. 

Dari angka tersebut, brand Hoka mencatatkan penjualan US$ 653,1 juta, naik 19,8% year on year dari sebelumnya US$ 545,2 juta. Hoka menyumbang hampir 68% pendapatan untuk Deckers. 

Penjualan brand Ugg juga kokoh, yaitu sebesar US$ 265,1 juta, naik 18,9% dari US$ 223 juta.

Sedangkan penjualan untuk brand lainnya tercatat turun. Deckers yang berbasis di Goleta, California yang juga menjual Teva dan Ahnu mencatatkan penjualan brand lain sebesar US$ 46,3 juta, turun 19% dari US$ 57,2 juta. 

"Kinerja HOKA dan UGG melampaui ekspektasi kami di kuartal pertama, dengan pertumbuhan yang kuat menghasilkan hasil yang solid untuk memulai tahun fiskal 2026,” kata Stefano Caroti, Presiden dan CEO Deckers Brands dalam rilisnya Kamis lalu (24/7).

Dia bilang, meskipun ketidakpastian di lingkungan perdagangan global masih tinggi, kepercayaan perusahaan terhadap merek-merek tersebut tidak berubah. Peluang jangka panjang ke depan juga dinilai sangat besar. 

"Kami akan mengandalkan kekuatan dasar dari model operasi yang kuat sementara terus menjalankan strategi kami," ujar Caroti.

Penjualan internasional

Kenaikan penjualan Hoka dan Ugg tak terlepas dari pamor kedua brand ini di banyak negara.  

Penjualan di pasar internasional melejit 49,7% menjadi US$ 463,3 juta berbanding US$ 309,5 juta. Padahal, di pasar domestik turun 2,8% menjadi US$ 501,3 juta, berbanding sebelumnya US$ 515,9 juta. 

Perusahaan mencatatkan penurunan gross margin menjadi 55,8% dari sebelumnya 56,9%.  Namun, berhasil mendorong kinerja laba operasional menjadi US$ 165,3 juta berbanding sebelumnya US$ 132,8 juta. 

Sedangkan laba bersih atau net income tercatat US$ 139,2 juta atau sekitar Rp 2,28 triliun. Sebelumnya, laba Deckers tercatat US$ 115,62 juta. 

Laba per saham atau earning per share (EPS diluted) sebesar US$ 0,93% berbanding sebleumnya US$ 0,75. 

Deckers juga mencatat kepemilikan kas dan setara kas sebesar US$ 1,72 miliar, lebih banyak dibanding sebelumnya yang sebesar US$ 1,44 miliar. Perusahaan juga mengatakan, tak punya tanggungan utang yang belum dibayar. 

Deckers pun memberikan proyeksi kinerja kuartal II-2026 yang berakhir September nanti. 

Karena kelanjutan ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan dan tekanan makroekonomi dunia saat ini, perusahaan hanya akan memberi panduan untuk kuartal II. Ini adalah outlook dari manajemen.
  
Penjualan diperkirakan berada di rentang US$ 1,38 miliar - US$ 1,42 miliar. Diluted EPS diperkirakan berada di rentang US$ 1,50 - US$ 1,55. 

Di bursa saham, saham DECK tercatat sebesar US$ 112,39 pada Senin (28/7). Dalam satu bulan terakhir, sahamnya melejit 9,04%, meski year to date masih tercatat masih turun 45%. 

Selanjutnya: Peringatan BMKG: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Hadapi Puncak Kemarau Agustus 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News