MOMSMONEY.ID - Hidup sebagai perempuan bukan berarti tak bisa berbuat untuk masyarakat. Itulah prinsip yang ada dalam sanubari Susi Rahmawati (40) warga desa Sujung, Tirtayasa, Kab Serang Prov Banten. Susi saat ini menjadi koordinator sekitar 51 orang perempuan yang tinggal di desa yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Ibukota Jakarta itu. Susi berperan memberdayakan 51 perempuan untuk mengelola peternakan bebek hingga mengelola hasil telur bebeknya.
Total ada sekitar 5.000 ekor bebek yang dipelihara oleh anggota kelompok yang dibentuk Susi. Melalui Usaha Kecil Menengah (UKM) Abinisa, telur dari hasil peternakan warga itu diolah kemudian dipasarkannya. Tak main-main, Susi ternyata sudah memiliki jaringan pemasaran produk berbahan telur itu ke pasar tradisional, toko kelontong, toko oleh-oleh hingga ke ritel modern.
Jika dihitung-hitung, saban bulan Susi setidaknya memutarkan pendapatan hampir Rp 100 juta. Uang itu digunakan untuk membeli telur dari peternak, kemudian diolah menjadi telur asing atau diolah lagi menjadi tepung atau yang lainnya. Semua pekerja yang diberdayakan Susi merupakan kaum perempuan. “Ada juga yang janda yang punya tanggungan anak bekerja, atau istri yang harus biayai diri sendiri karena suami sakit,” kata Susi.
Baca Juga: Promo BreadTalk 18-24 Oktober 2021, Aneka Pastri Danish Hanya Rp 9.000
Sekadar gambaran saja, dalam seharu Susi menerima setoran 1.500 butir telur bebek dari anggota kelompoknya. Untuk menjaga kualitas, telur itu tak boleh lebih dari dua hari. Sebab, untuk membuat telur asing berkualitas, telurnya harus baru dan tak boleh lebih dari tiga hari. “Kami punya standar, sehingga telur yang kami pasok memiliki mutu yang sama saat menjadi telur asin,” kata Susi.
Nah, 1.500 telur yang sudah menjadi telur asin itu dipasarkan ke sejumlah pasar di Serang dan juga di Jabodetabek. Nah, Susi akan mengantar telur itu sekali dalam sepekan ke pelanggan-pelanggan mereka. Nah, moms yang tertarik bisa saja memesan telurnya ke Susi dengan minimal pesanan 100 butir. Selain memasarkan sendiri untuk kebutuhan toko dan pelangga.
Susi bercerita, mereka juga memasok telur asin ke restoran dan supermarket termasuk hotel. Namun Susi memasoknya melalui pihak lain. Susi bilang, pihaknya enggan memasok telur asin langsung ke rotel modern karena metode pembayaran yang terkadang harus menunggu lama bahkan 30 hari. Sementara, Susi tak bisa menunggu pembayaran karena dirinya harus membayarkan setoran telur ke peternak setiap hari. Maka itu, Susi memilih mengambil margin sedikit tetapi putaran telurnya bisa lancar.
Baca Juga: Dapatkan Semua Promo Bank Xperience di Traveloka, Banyak Diskon Menarik!
Selain itu, Susi juga mendapatkan pesanan dari jaringan pemasaran Bank BRI yaitu Localoka BRI. Jaringan pemasaran yang dibangun BRI tersebut juga menyerap sekitar 500 butir telur asin per pekan. Susi juga mendapatkan banyak pelanggan dari toko-toko oleh-oleh yang tersebar di wilayah Serang dan sekitarnya. Begitu juga dengan toko oleh-oleh yang banyak bertebaran di dekat pintu tol.
Sebelum memberdayakan perempuan di kampungnya, Susi dulunya adalah beternak bebek yang mengolah telur asin sendiri. Ia juga menjual hasil telur bebek ke tengkulak. Oleh tengkulak, harga tidak stabil dan kerap diturunkan sampai dengan Rp 1.400 per butir. Namun sejak mereka bersatu dengan peternak bebek lainnya, Susi dan juga peternak kini mematok harga jual telur bebek Rp 1.800 per butir. Setelah matang menjadi telur asin, telur itu dijual dikisaran harga Rp 2.800 per telur.
Nah, rata-rata satu peternak menyetorkan 64 telur ke Susi dengan harga Rp 1.800 per butir, atau dengan pendapatan Rp 115.000 per hari. Dalam hitungan Susi, simpanan bersih peternak dari pendapatan itu sekitar Rp 65.000 per hari. Sisanya untuk biaya pakan dari bebek dan biaya operasional bebeknya. ”Pendapatan ini membantu ekonomi keluarganya, untuk biaya sekolah anak dan belanja dapur,” kata Susi.
Baca Juga: BRI Kasih Diskon Rp 100.000 Belanja di Dough Lab
Dampak dari kelompok tani yang dibikin Susi itu, banyak warga kini ikutan beternak. Bahkan ada juga pekerja pabrik memutuskan mundur dari satpam, kemudian memilih beternak bebek. Kehadiran Susi membuat ekonomi keluarga di desa Sujung perlahan membaik.
Sumber pendapatan, saya mengalami PPKM enggak boleh jalan kena imbas dua kali pengiriman tidak tembus. Secara pendapatan sudah naik angka stabil, dan penambahan orang masih ada. Dan kita masih bisa mengikuti, paling tidak minggu besok harus minta dari sekarang. “Saya Bahagia melihat anak seorang janda bisa lulus sampai kuliah dari telur ini,” kata Susi.
Sempat rugi puluhan juta
Susi ternyata tak hanya bisnis telur asin saja. Telur yang Ia produksi juga menghasilkan banyak produk olahan, seperti telur asap, telur oven, tepung telur dan salt egg, egg roll, stick rasa telur, dan kerupuk telur asin. Semua variasi produk itu diproduksi berkah bimbingan dari banyak lembaga yang membantunya.
Susi bercerita, Ia mulai bikin kelompok usaha tahun 2018. Sebelum itu, Susi memproduksi telur asin sendiri dan dipasarkan sendiri. Namun seiring perjalanan waktu, Susi ikut beragam pelatihan yang diselenggarakan banyak pihak. Mulai dari pemerintah, swasta dan juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari hasil pelatihan itulah, pikiran Susi mulai terbuka untuk memperluas pasarnya.
Baca Juga: Bunga Deposito BRI Turun 10 Bps, Terendah 2,25% dan Tertinggi 2,75%
Seiring waktu, ragam produk milik Susi semakin banyak. Hingga kemudian Covid-19 datang, Susi dan kelompok usahanya menderita kerugian karena hasil produksi tak terserap. Adanya PPKM yang membatasi kendaraan masuk kota Jakarta, membuat Susi tak bisa membawa telur asin dan produk lainnya melalui jalan tol. “Dari pada di buang, produk akhirnya telur dibagi-bagikan di jalan tol dan juga warga sekitar” kata Susi.
Dalam hitungan Susi, nilai kerugian yang ia catat karena produksi tak terserap itu bisa mencapai Rp 90 juta. Efek dari PPKM itu membuat Susi berfikir keras untuk memasarkan produknya. Apalagi bebek milik anggotanya terus bertelur. Jika tidak dipasarkan, telur-telur tersebut bisa busuk dan merugikan para peternak.
Beruntung, saat itu Susi mendapatkan pelatihan dari Rumah BUMN Bank BRI. Susi mendapatkan materi untuk memasarkan produknya melalui toko online dan juga market place. Susi kini juga menggunakan media sosial Instagram dan Facebook untuk memperkenalkan produknya. “Perlahan penjualan kami kembali karena ada pengiriman lewat paket,” katanya.
Selain telur asin, produk turunan dari telur asin milik Susi yang laris adalah tepung telur. Nah, tepung telur miliki Susi dibanderol Rp 245.000 per kilogram. Tepung itu menjadi bahan baku untuk membuat kue bolu, cookies, roti dan banyak lagi. Menurut Susi, kue yang diproduksi dari tepung telur lebih wangi dari kue yang diproduksi dari telur segar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News