Santai

Benarkah Gempa Megathrust Lumpuhkan Jakarta? Ini Kata BMKG

Benarkah Gempa Megathrust Lumpuhkan Jakarta? Ini Kata BMKG

MOMSMONEY.ID - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Dwikorita Karnawati membantah narasi dalam video viral pada platform TikTok yang menyebutkan Jakarta mengalami kelumpuhan akibat gempa megathrust

Menurutnya, video tersebut dipenggal oleh orang yang tidak bertanggungjawab sehingga bisa dimaknai berbeda dan membuat masyarakat menjadi resah.

"Itu adalah rekaman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR pada hari Kamis tanggl 14 Maret 2024 di Senayan Jakarta," katanya dalam siaran pers, dikutip Senin (18/3).

"Saya tengah memberi penjelasan kepada anggota dewan mengenai alasan perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS) di Bali," ujar dia.

Dwikorita menjelaskan, lumpuh yang dia maksud adalah jaringan komunikasi terputus akibat berbagai infrastruktur komunikasi seperti base transceiver station (BTS) rusak akibat gempa megathrust. 

Baca Juga: BMKG: Musim Kemarau Tahun Ini Mundur di Sebagian Besar Wilayah Indonesia

Nah, hal inilah yang coba BMKG antisipasi dengan membangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS) sebagai fungsi back up atau cadangan di Bali, meskipun di Jakarta sudah ada.

Keberadaan gedung InaTEWS di Bali ini sebagai bagian dari mitigasi dan manajemen risiko dalam kondisi darurat apabila sewaktu-waktu operasional InaTEWS di Kemayoran Jakarta mengalami kelumpuhan. 

Hal ini berdasarkan pada skenario terburuk, yakni jika gempa terjadi di lepas pantai Samudra Hindia pada jarak kurang lebih dari 250 kilometer dari tepi pantai.

Dalam skenario terburuk tersebut, lanjut Dwikorita, gempa megathrust berkekuatan M 8,7 dampaknya mampu melumpuhkan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta. 

Sebab, jaringan komunikasi lumpuh ataupun Gedung Operasional lama yang tidak disiapkan tahan gempa dan likuefaksi roboh.

"Maka, sebagai upaya manajemen risiko demi keberlanjutan operasional sistem Peringatan Dini, Gedung Operasional InaTEWS yang lama perlu dibangun kembali dengan standar bangunan tahan gempa dan tahan likuifaksi," sebut Dwikorita. 

Baca Juga: Apa Bedanya Gempa Vulkanik dan Gempa Tektonik? Pengertian, Sifat, dan Peristiwa

"Bangunan yang saat ini ditempati merupakan bekas gedung Bandara Kemayoran yang dibangun di tahun 1980-an," ungkapnya.

Sementara gedung InaTEWS yang ada di Denpasar perlu BMKG siapkan dengan desain khusus tahan gempa. 

"Gedung di Bali sebagai backup jika sewaktu-waktu InaTEWS yang di Jakarta benar-benar mengalami kelumpuhan," tegas dia.

Dwikorita berharap, penjelasan ini bisa meredakan rasa khawatir masyarakat akibat beredarnya potongan video pada aplikasi TikTok tersebut, dengan narasi yang tidak sesuai konten dan konteksnya. 

Karenanya, masyarakat lebih jeli dan hati-hati, tidak menelan mentah-mentah isu atau kabar yang bersumber dari media sosial.

"Pastikan informasi yang diperoleh hanya dari BMKG. Karena hanya BMKG lah satu-satunya lembaga pemerintah yang diberi kewenangan dan tugas di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News