BisnisYuk

4 Strategi Plana Bangun Bisnis Sosial yang Berdampak

4 Strategi Plana Bangun Bisnis Sosial yang Berdampak

MOMSMONEY.ID - Yuk, simak kisah inspiratif Plana sebagai salah satu penerima DBS Foundation Grant Award 2023.

Data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menunjukkan, jumlah wirausaha sosial di Indonesia pada 2023 mencapai sekitar 20.000. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu sekitar 15.000. 

Sebenarnya, apa, sih, yang dimaksud dengan wirausaha sosial atau social enterprises? Wirausaha sosial adalah model usaha yang berupaya untuk mengembangkan solusi yang secara langsung dapat mengatasi masalah sosial.

Sehingga tidak hanya berorientasi pada keuntungan, wirausaha sosial pun memperhitungkan dampak positif yang mereka berikan pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan jumlah wirausaha sosial perlu terus digalakkan karena masalah disparitas pendapatan, akses ke pendidikan, kesehatan, tingkat pengangguran, dan kesenjangan sosial masih sangat besar di Indonesia.

Wirausaha sosial dapat membantu menciptakan solusi yang berdampak bagi masyarakat rentan, berkontribusi mengurangi tingkat kemiskinan dan menerapkan kaidah-kaidah keberlanjutan dalam pengelolaan bisnisnya.

Plana merupakan salah satu wirausaha sosial yang mengolah sampah plastik dan sekam padi (rice husk) menjadi PlanaWood dan PlanaBrick, bahan bangunan yang sustainable nan awet. 

Baca Juga: Investasi Berdampak Buka Peluang Kewirausahaan Sosial di Indonesia Bertumbuh

Hadir dengan misi untuk mengubah perspektif mengenai sampah dan memberikan dampak besar bagi masa depan bumi, Plana mendapatkan dana hibah dari DBS Foundation Grant Award 2023 untuk memperluas dampaknya.

Pada kesempatan tersebut, DBS Foundation mendistribusikan dana hibah sebesar lebih dari Rp8 miliar kepada empat wirausaha sosial di Indonesia. 

Kini, Plana akan membagikan kisah perjalanannya serta berbagai tips dalam membangun bisnis sosial yang berdampak bagi lingkungan dan masyarakat, sekaligus bagaimana bisa meraih kepercayaan dari lembaga pemberi dana hibah.

Kenali masalah untuk cari solusi

Setiap bisnis sosial berawal dari sebuah permasalahan yang perlu dipecahkan. Bagi Plana, sesuai dengan kepanjangannya ‘Plastic for Nature’, permasalahan tersebut adalah limbah plastik dan sekam padi yang tidak terkelola dengan baik. 

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sepanjang 2024, jumlah timbunan sampah nasional mencapai 21,8 juta ton. Dari total tersebut, sebanyak 42,5 persen atau 9,3 juta ton sampah tidak terkelola.

Lebih dari itu, limbah plastik yang terus menumpuk diperkirakan akan mencapai 780 ribu ton per tahun di lautan kita pada 2025.

Meskipun kini program daur ulang sudah semakin umum, banyak dari solusi yang ada hanya mengubah plastik menjadi produk sekali pakai.

Baca Juga: Fitur Baru Fox Logger untuk Optimalkan Penggunaan Bahan Bakar

Pendekatan ini belum sepenuhnya menyelesaikan masalah, karena semakin sering plastik didaur ulang, kualitasnya semakin menurun hingga akhirnya tetap berakhir sebagai limbah.

Selain itu, ternyata, plastik bukan menjadi satu-satunya sampah yang belum terkelola dengan baik, karena sekam padi juga turut menjadi kontributor. Sampah sekam padi yang tidak dikelola dengan baik berpotensi mencemari saluran irigasi hingga mencemari udara apabila dibakar.

Inilah yang mendorong Plana untuk mencari solusi yang berbeda dengan menghadirkan PlanaWood dan PlanaBrick. 

Kini, Plana mampu mengelola 8 ton sampah plastik dan 16 ton sekam padi per bulan yang kemudian diproses untuk dijadikan pelet kayu. Sampah plastik dan sekam padi ini didapat dari petani dan pemulung.

Lakukan riset dan susun rencana bisnis yang berkelanjutan

Setelah mengetahui masalah yang ingin diselesaikan, langkah selanjutnya adalah melakukan riset bisnis.

Riset ini penting untuk memahami berbagai hal, seperti siapa target pasar, regulasi bisnis sosial di Indonesia, keunikan bisnis kita, siapa mentor yang bisa membantu, apa yang ingin kita berikan kepada konsumen, dan siapa kompetitor serta bagaimana persaingannya.

Selain itu, cari tahu apakah ada bisnis serupa di luar negeri dan siapa inovatornya. 

Sebelum mendirikan Plana, Plana melakukan riset dan pengembangan (R&D) selama sekitar lima tahun. Riset ini mencakup volume limbah plastik dan sekam padi yang terbuang hingga proses produksi dari polymer injection, plastic injection, ke komposit dari plastik.

Baca Juga: Krisis Iklim Semakin Nyata, Investasi Berdampak yang Peduli Lingkungan jadi Tren

Dari situlah Plana menemukan plastik komposit dari sekam padi dan sampah plastik yang menjadi ciri khas Plana.

"Kami memanfaatkan hasil riset ini untuk menyusun perencanaan bisnis yang juga memperhatikan dampak keberlanjutan," kata Co-Founder & Chief of Sustainability Plana Joshua C. Chandra dalam keterangan tertulis, Rabu (5/2). 

Dalam menyusun rencana bisnis, Joshua juga memberikan pandangan, bahwa bagi pebisnis pemula, rencana bisnis sangat penting untuk menilai potensi keberlanjutan usaha dan menarik investor.

Uniknya, untuk wirausaha sosial, riset dan rencana bisnis biasa tidak cukup karena kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana solusi yang ditawarkan dapat mendukung keberlanjutan dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). 

Sebelumnya, Plana juga kerap menemukan petani yang membakar sisa sekam padi yang menimbulkan polusi di lingkungan serta efek Gas Rumah Kaca yang beracun. Masalah ini yang kemudian Plana coba atasi, dengan memberikan edukasi terkait pentingnya udara bersih dan menjaga lingkungan.

Dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada petani, mereka juga memiliki ilmu baru untuk menangani sampah padi, serta mendapatkan penghasilan dengan menjualnya ke jejaring Plana.

Berkolaborasi dengan mitra yang tepat 

Dari riset yang sebelumnya kita lakukan, kita tidak hanya bisa menemukan kompetitor atau inspirator, tapi mungkin juga mendapatkan kolaborator.

Memilih mitra bisnis yang memiliki visi dan nilai yang sejalan adalah kunci keberhasilan, terutama dalam bisnis sosial. Anda perlu memastikan bahwa mitra yang dipilih juga memiliki komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Dukungan Digitalisasi untuk Pelaku UMKM

Ekosistem tim internal dan kolaborasi dengan pihak eksternal yang baik sangat krusial dalam mempercepat pertumbuhan dan memperluas dampak bisnis sosial.

Plana adalah contoh nyata bagaimana inovasi dan kemitraan dapat berjalan beriringan. Berkat visinya akan keberlanjutan, Plana berhasil menerima dana hibah dari DBS Foundation Grant Award 2023, setelah bersaing dengan lebih dari 1.000 pelamar dari enam negara di Asia.

Melakukan evaluasi, monitor, & pengukuran berkala

Setelah usaha berjalan, evaluasi, pemantauan, dan pengukuran berkala adalah langkah penting dalam memastikan bisnis sosial tetap berada di jalur yang tepat dan mencapai dampak yang diinginkan.

Dengan melakukan evaluasi secara rutin, kita dapat memahami sejauh mana strategi yang diterapkan berjalan efektif, apa saja tantangan yang dihadapi, dan bagaimana cara mengatasinya. Monitoring yang baik juga membantu mengidentifikasi peluang untuk inovasi dan pengembangan lebih lanjut.

Di samping menganalisis keuntungan dan hasil penjualan, Plana juga secara berkala mengevaluasi beberapa metriks seperti jumlah limbah plastik dan sekam padi yang berhasil didaur ulang, manfaat ekonomi yang diberikan kepada petani lokal, hingga efisiensi operasional dan keberlanjutan bisnisnya.

Sepanjang tahun 2024, Plana berhasil mengolah 90 ton sampah plastik dan sekam padi. Dengan ini, Plana juga turut berkontribusi pada pemberdayaan petani lokal.

Setiap kilogram beras menghasilkan sekitar 600-700 gram sekam padi, yang dengan panen 3-4 kali setahun menghasilkan jumlah limbah yang signifikan yang biasanya hanya dibakar oleh petani.

Baca Juga: IBM dan Palo Alto Networks Hadirkan Solusi Efisiensi Dalam Keamanan Jaringan

Namun, kali ini petani dapat menjual sekam padi tersebut ke Plana untuk diolah sehingga membuka peluang ekonomi baru dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Sekadar informasi, program DBS Foundation Grant Award merupakan salah satu perwujudan pilar keberlanjutan Bank DBS Indonesia yang ketiga.

Yaknim Impact Beyond Banking, menegaskan komitmennya untuk berkontribusi pada masyarakat luas dan pelestarian lingkungan, melampaui lingkup perbankan. Ini sejalan dengan aspirasinya untuk menjadi ‘Best Bank for a Better World’.

Selain mendukung wirausaha sosial dengan dana hibah, tahun ini DBS Foundation juga berkolaborasi dengan The Asia Foundation, Yayasan Humanis & Inovasi Sosial, serta Dicoding.

Kongsi ini dalam program pengembangan sosial yang berfokus pada menyediakan kebutuhan dasar (providing essential needs) dan mendorong inklusi (fostering inclusion).

Melalui kerja sama ini, SGD 9 juta atau lebih dari Rp 100 miliar disalurkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat rentan di Indonesia, seperti perempuan, petani kecil, kaum muda, dan penyandang disabilitas, khususnya di NTT dan Kalimantan Barat.

Program ini juga merupakan bagian dari komitmen DBS Foundation senilai SGD 1 miliar selama 10 tahun ke depan.

Selanjutnya: IHSG Tak Menarik, Institusi Industri dan Dapen Mulai Kabur dari Pasar Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News