MOMSMONEY.ID - Waspada tingkat tinggi! Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, sejumlah bakteri menjadi semakin kebal terhadap pengobatan
Laporan bertajuk Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) ini memberikan analisis tingkat resistensi antimikroba (AMR).
Laporan tersebut menunjukkan tingkat resistensi yang tinggi, di atas 50%, pada bakteri yang sering menyebabkan infeksi aliran darah di rumah sakit, seperti Klebsiella pneumoniae dan Acinetobacter spp.
Infeksi bakteri yang mengancam jiwa ini memerlukan pengobatan dengan antibiotik pilihan terakhir seperti karbapenem.
Namun, 8% dari infeksi aliran darah yang disebabkan oleh Klebsiella pneumoniae ternyata resisten terhadap karbapenem. Ini meningkatkan risiko kematian akibat infeksi yang tidak bisa dikendalikan ini.
Baca Juga: Bagi Penderita Diabetes, Ini 3 Cara Menurunkan Gula Darah di Pagi Hari Tanpa Obat
Infeksi bakteri umum juga menjadi semakin kebal terhadap pengobatan. Lebih dari 60% Neisseria gonorrhea, penyakit menular seksual yang umum terjadi, menunjukkan resistensi terhadap salah satu antibakteri oral yang paling banyak digunakan, ciprofloxacin.
Lebih dari 20% E.coli, patogen paling umum pada infeksi saluran kemih, resisten terhadap obat lini pertama (ampisilin dan kotrimoksazol) dan pengobatan lini kedua (fluoroquinolones).
"Resistensi antimikroba merusak pengobatan modern dan membahayakan jutaan nyawa," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, dalam keterangan tertulis, Kamis (8/12).
"Untuk benar-benar memahami sejauh mana ancaman global dan meningkatkan respons kesehatan masyarakat yang efektif terhadap AMR, kita harus meningkatkan pengujian mikrobiologi dan menyediakan data yang terjamin kualitasnya di semua negara, bukan hanya negara yang lebih kaya," ujarnya.
Meskipun sebagian besar tren resistensi tetap stabil selama 4 tahun terakhir, infeksi aliran darah akibat Escherichia coli dan Salmonella spp serta gonore yang resisten meningkat setidaknya 15% dibandingkan dengan angka pada 2017.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Pria
Hanya, butuh penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi alasan di balik peningkatan AMR yang terjadi, dan sejauh mana kaitannya dengan peningkatan rawat inap juga peningkatan perawatan antibiotik selama pandemi Covid-19.
Analisis baru menunjukkan bahwa negara-negara dengan cakupan pengujian yang lebih rendah, sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan menengah (LMICs), lebih cenderung melaporkan tingkat AMR yang jauh lebih tinggi untuk sebagian besar kombinasi "obat-penyakit".
Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh fakta bahwa di banyak LMIC hanya sedikit rumahsakit rujukan yang melapor ke GLASS. Rumahsakit ini sering merawat pasien yang paling sakit yang mungkin telah menerima pengobatan antibiotik sebelumnya.
Misalnya, tingkat AMR median global adalah 42% (E. Coli) dan 35% (Methicilin resistant Staphylococcus aureus/MRSA). Tetapi, ketika hanya negara-negara dengan cakupan pengujian tinggi, tingkat ini jauh lebih rendah masing-masing sebesar 11% dan 6,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News