MOMSMONEY.ID - BMKG memberi peringatan kepada masyarakat Sumatera Barat, cuaca hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi hingga 22 Mei 2024.
"Prospek cuaca selama satu pekan ke depan masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," kata Kepala BMKG Dwikorita dalam siaran pers, dikutip Selasa (14/5).
Informasi saja, banjir bandang melanda sejumlah kabupaten di Sumatera Barat pada Sabtu (11/5) malam, menewaskan 41 orang.
Berdasarkan analisa BMKG, pada 14 Mei ada penurunan intensitas hujan menjadi ringan. Lalu, pada 15-17 Mei 2024 akan terjadi peningkatan curah hujan lagi, sedang-lebat, hingga 22 Mei 2024.
"Artinya, kewaspadaan terhadap terjadinya banjir lahar hujan, juga galodo atau banjir bandang serta longsor masih akan berlanjut, paling tidak 17-22 Mei," ujar Dwikorita.
Baca Juga: Cuaca Curah Hujan Tinggi sampai 20 Mei 2024, Provinsi Ini Klasifikasi Awas Bencana
BMKG pun mengimbau masyarakat untuk menghindar atau menjauhi lereng-lereng bukit atau gunung yang rawan longsor.
Selain itu, BMKG merekomendasikan untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah Sumatra Barat.
Menurut Dwikorita, TMC dengan cara menabur zat NaCl atau garam ke langit menggunakan pesawat, merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengendalikan potensi cuaca ekstrem.
Dwikorita membeberkan, hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat merupakan pemicu banjir bandang, banjir lahar hujan, dan longsor yang melanda tiga kabupaten di Sumatera Barat, yakni Agam, Tanah Datar, dan Padangpanjang.
Baca Juga: Ingin Menanam Tanaman Hias Tanpa Tanah? Yuk Simak 8 Alternatif Cara dan Tipsnya
Mengacu analisa BMKG per 6 Mei 2024, telah terdeteksi pola sirkulasi siklonik di sebelah barat Aceh yang berpotensi memicu pertumbuhan awan hujan secara intensif.
"Merespons hal tersebut, BMKG di hari yang sama langsung menerbitkan peringatan dini potensi hujan lebat hingga sangat lebat yang dapat berujung bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan dan longsor di Sumatera Barat," ungkapnya.
Sementara terkait lahar gunung, Dwikorita menjelaskan, material berasal dari material erupsi Gunung Marapi beberapa waktu lalu yang masih mengendap di lereng bagian atas gunung.
Kemudian, material itu hanyut terbawa air hujan ke arah hilir, hingga menerjang tiga kabupaten yang berada di sekitarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News