MOMSMONEY.ID - PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) masih akan fokus pada nasabah segmen mikro dan pra-sejahtera di tahun ini. Perusahaan yakin, upaya perbankan mendorong nasabah untuk naik kelas akan juga mendorong bisnis bank berkelanjutan.
Direktur Kepatuhan BTPN Syariah Arief Ismail menjelaskan dalam paparan publik, Rabu (10/9), profil nasabah perusahaan terutama nasabah pra-sejahtera produktif (ulta mikro). Mereka memiliki kebutuhan biasanya untuk kebutuhan dasar harian, pendidikan untuk anak, serta perbaikan kondisi hidup.
Dalam pemaparan kepada publik pada Rabu (10/9), BTPS menjelaskan, memberikan pembiayaan kepada segmen pra-sejahtera produktif dengan besaran pembiayaan kurang dari Rp 5 juta. Ada sekitar 45 juta nasabah potensial di segmen ini.
Bukan cuma memiliki potensi nasabah yang besar, Arief bilang, kelebihan segmen ini yaitu memiliki persaingan relatif rendah karena mayoritas bank membidik segmen usaha mikro, menengah, dan di atasnya.
Menjaga kualitas aset pembiayaan menjadi kunci dari pertumbuhan bisnis yang sehat di segmen ini. Untuk mendorong pembiayaan berkualitas, BTPS mendirikan sentra atau komunitas yang terdiri dari 15-20 nasabah. Nantinya, ada petugas lapangan atau community officer mendampingi sentra-sentra ini.
Selain itu, BTPS mendorong 4 karakter kunci mendorong perilaku unggul nasabah yaitu berani berusaha, disiplin, kerja keras, dan solidaritas (BDKS).
"Dengan begitu, paket lengkap dari pembiayaan, pendampingan terukur bisa maksimal," ujar Arief.
Tak lupa, BTPS juga memberikan apresiasi kepada nasabah berkualitas BDKS tersebut, baik insentif individu atas pembayaran yang lancar, penghargaan bagi sentra terpilih, serta Program Umrah Satu Pesawat. Tahun 2025, BTPS sudah memberangkatkan 18 sentra untuk umrah, lebih banyak dari tahun lalu 10 sentra.
Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad menambahkan, BTPS bukan hanya ingin tumbuh optimal tetapi juga ingin membawa manfaat bagi bank dan nasabah. Perbaikan kualitas aset menjadi langkah perusahaan untuk menjaga bisnis berkelanjutan.
Tahun ini, BTPS bergerak lebih konservatif, hati-hati atau prudent di tengah tantangan ekonomi. Strategi perusahaan yaitu menyesuaikan pendanaan atau dana pihak ketiga (DPK) dengan penyaluran pembiayaan.
"DPK akan kami sesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan," kata dia. Dengan begitu, rasio biaya bisa terjaga.
Namun, strategi ini memang berimbas pada penurunan pembiayaan dan simpanan nasabah. Pada akhir semester I-2025, BTPS mencatatkan penurunan pembiayaan 3% menjadi Rp 10,1 triliun dibanding periode akhir semester I-2024 sebesar Rp 10,45 triliun. Bersamaan dengan itu, total DPK atau simpanan nasabah juga turun 3% menjadi Rp 11,46 triliun dari sebelumnya Rp 11,76 triliun.
Namun, ada perbaikan kualitas aset seperti penurunan net financing loss dan financing loss provision masing-masing sampai 42%. Selain itu, ada juga penurunan biaya dana.
Dengan perbaikan kualitas aset, BTPN mencatatkan pertumbuhan laba bersih 16,6% year on year menjadi Rp 644 miliar di akhir semester I-2025. Karena itu, Fachmy yakin, bisa melihat pertumbuhan lagi di sisa tahun ini dan tahun depan.
Selanjutnya: Transaksi BI-FAST Bank CIMB Niaga Melesat 86% per Juli 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News